Death terbangun saat matanya melihat bahwa Black juga masih asik meringkuk dalam dekapannya.
Jadwalnya sebagai pemimpin klan sangat padat, memaksanya untuk perlahan bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan dirinya.
Black terbangun setelahnya. Telinganya berubah menjadi mampu menerima suara sekecil apapun dan menganggu ketenangannya. Itulah sebabnya, di kesehariannya, Black lebuh senang memasang headset ditelinganya.
Headset itu dibuat khusus oleh It, yang berisikan lagu-lagu pilihan rekomendasi Neel. Sebenarnya, headset itu juga berfungsi mengontrol emosi Black yang sangat labil.
" Ikut" rengek Black manja saat Death keluar dari kamar mandi. Black memasang gaya seduktif, berharap bisa sedikit mempengaruhi Death.
Lelaki dingin itu mendekat, melumat bibir itu singkat lalu menyentil dahi Black.
" Aku tidak pernah mengajarkanmu untuk menjadi penggoda seperti Red Black. Jangan lakukan itu pada orang lain" peringatnya.
Black merenggut, " Maka biarkan aku keluar. Aku bosan dirumah terus" pintanya lagi.
Death bosan mendengar permintaan ini. Black belum tahu tanggungan mental yang harus ia rasakan saat membunuh seseorang, apalagi dengan kepribadian labilnya.
Masih lebih baik jika si sadis yang sedang mengambil alih tubuhnya saat dia membunuh. Tidak lucu jika setelahnya si polos yang malah muncul kan?
Death belum bisa mengambil resiko itu. Apalagi ditengah pengobatan yang masih harus dijalani Black.
Melihat penolakan dari mata Death, Black merenggut kesal dan menghentakan kakinya menuju kamar mandi. Sebelum menutup pintu, ia bahkan sempat menggebraknya dengan keras untuk melampiaskan kekesalannya.
Death yang menjadi objek kekesalan, hanya bisa menghela nafas dan melanjutkan persiapannya untuk 'bekerja'. Dia sudah biasa melihat sifat kekanakan Black. Apalagi saat sedang ingin sesuatu seperti hari ini.
Setiap harinya, banyak tugas yang harus ia lakukan. Waktunya tidak bisa habis hanya untuk Black seorang.
-
-
" Shit!" Umpat Neel saat pisau terbang lagi-lagi hampir mengenai bola matanya. Seluruh masion sedang ribut sekarang, karena seorang pemuda manis yang tengah mengamuk minta keluar.
Headset sialan itu entah sedang memutar lagu apa. It selaku pembuatnya saja bahkan tidak bisa berbuat apa-apa karena Black mengancam akan merobeknya dan menyajikan dagingnya pada Polly jika berani menghack perangkatnya.
Lagu itu menambah panas suasana hati Black yang tengah labil, membisikan kata-kata iblis yang mendorong Black untuk membunuh siapapun selarang.
Masa lalunya yang kelam menambah kemungkinan Black untuk menjadi psikopat, yang tengah kambuh saat ini.
Mentalnya tengah bertarung, antara mempertahankan rasionalitasnya dengan dorongan untuk melukai yang besar.
Tabrakan mental itulah yang membuat Black mengamuk saat ini. Jarinya sudah memutih karena tekanan yang tidak bisa ia tahan, sementara badannya bergerak gelisah mencari pelampiasan.
Black butuh seseorang untuk dilukai sekarang!
" Black tenangkan dirimu..... Fuck! Red bisakah kau lebih cepat dalam menelfon bajingan Death yang menciptakan kekacauan ini?!" bentaknya pada Red yang tengah sibuk menelfon nomor yang tidak aktif sedari tadi. Biasanya saat Black 'kumat' begini, hanya suara Deathlah yang bisa menenangkannya.
Polly disatu sisi, malah bersorak melihat perkelahian ini. Dia tidak sabar, merasakan daging siapapun yang akan mati nantinya.
Medo? Dia malah asik di labnya tidak peduli pada kekacauan yang tengah terjadi diluar ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing in the Dark [boyxboy]
Ação" Jadi apa yang ingin kau lakukan jika kau telah berhasil melawan takdir?" Hanaru, pria muda itu termenung untuk sesaat. Sibuk menatap rintikan hujan sebelum berkata dengan suara yang datar, " Balas dendam" " Dan apa yang akan kau berikan padaku seb...