Beberapa adegan mungkin menimbulkan perasaan tidak nyaman saat membacanya.
"Seseorang coba bantu aku mengangkat tirai ini!"
"Ah, tolong cat juga bagian sana!"
"Kalau begitu, aku pergi untuk membeli bahan-bahannya dulu ya!"
"Hati-hati!"
Mata Black terus mengamati teman-teman sekelasnya yang sibuk sementara dia hanya duduk di pojok kelas. Bukannya Black tidak ingin membantu, tapi tidak ada satu orangpun yang menganggapnya ada di kelasnya selain Jihan. Dan lelaki itu, kini tengah sibuk berbicara dengan wakil ketuanya di depan kelas.
Black terus memerhatikan Jihan, sampai remaja itu akhirnya selesai bicara dan kembali mendekat ke arahnya.
Jihan tersenyum kecil, sebenarnya gemas ingin mengusak kepala Black yang tengah jongkok di sudut kelas sambil menatapnya terus.
"Jika kamu bosan, kau bisa membantu kami menghias dinding Hanaru" ujar Jihan menawarkan. Black menggeleng pelan, menumpukan kepalanya pada posisi miring di lututnya yang tertekuk.
"Mereka tidak mengijinkanku, mereka takut aku mengotori kelas ini" jawab Black singkat. Jihan baru saja hendak menghiburnya, sebelum Black kembali melanjutkan kata-katanya.
"Lihat, matahari akhirnya tenggelam" ujarnya polos sambil menatap langit dari jendela kelas yang terbuka. Bibirnya tiba-tiba saja tersenyum, apalagi saat suasana kelas tiba-tiba berubah panik setelah satu kaca tiba-tiba pecah disusul dengan kepala seseorang yang tiba-tiba berlubang dan jatuh tak bernyawa.
"Ikut aku!"
Jihan yang masih terkejut segera digandeng Black yang segera bangkit untuk keluar dari kelas mereka. Suara penembakan itu ternyata tidak hanya terjadi di kelas mereka, sehingga hampir satu sekolah panik saat suara bom mulai terdengar dari seluruh arah.
"ANAK-ANAK, CEPAT IKUTI KAMI DAN BERLINDUNG!"
Sebagai sekolah internasional bergengsi yang telah berdiri sejak jaman perang, tentu saja sekolah memiliki basemen yang bisa dipakai sebagai tempat perlindungan saat anak-anak sekolah diserang pada jaman perang dulu. Tempatnya tersembunyi, dan sudah lama tidak digunakan sebelum hal ini tiba-tiba terjadi. Banyak siswa maupun guru yang berusaha menghubungi orang tuanya, yang berakhir kegagalan karena sinyal tiba-tiba menghilang dari lingkungan sekolah mereka.
Dalam kekacauan itu, Black dengan lihai berhasil membawa Jihan ikut masuk kedalam basemen bersama dengan guru dan murid-murid yang lain. Pintu ditutup dan dikunci seseorang saat belum semua anak berhasil masuk kedalam basemen. Seseorang mengejar mereka, sehingga tidak ada pilihan lain selain segera menutup pintu dan menguncinya sebelum siswa lain ikut menjadi korban pembantaian teroris diluar sana.
Pintu basemen yang mereka masuki begitu solid dan tebal. Satu suara tembakan berhasil membuat semua orang ketakutan, disusul oleh suara gedoran kasar dan umpatan yang tidak jelas, sebelum akhirnya tidak ada lagi suara apapun.
Melihat mereka aman untuk sementara, para siswa mulai berlutut sambil menangis sementara para guru masih berwajah pucat sambil terus menatapi pintu dengan cemas. Tidak terkecuali Jihan, yang bergetar hebat sambil meremas tangan Black dengan kuat.
"Mereka......... Apa mereka seseorang yang memburuku...... Hanaru?" tanya Jihan dengan suara bergetar. Black tidak menjawabnya, dan malah menyingkirkan tangannya sebelum berjalan ketengah ruangan besar itu sambil menatap siapa saja yang berhasil masuk ke ruangan basement ini.
"Ekhem,"
Ditengah suasana mencekam dimana siapapun terlalu takut untuk bicara, suara Black jelas terdengar di semua telinga orang-orang yang kini menatapnya. Wajah Black yang selalu suram kini penuh dengan senyum, senyum yang berhasil membuat semua orang memiliki firasat buruk saat melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing in the Dark [boyxboy]
Action" Jadi apa yang ingin kau lakukan jika kau telah berhasil melawan takdir?" Hanaru, pria muda itu termenung untuk sesaat. Sibuk menatap rintikan hujan sebelum berkata dengan suara yang datar, " Balas dendam" " Dan apa yang akan kau berikan padaku seb...