1. Desember

366 24 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


























Perasaan cemas menyelimutiku pagi ini, ada beberapa hal yang ku fikirkan. Hanya beberapa hal kecil dan belum semuanya, tapi hal itu sudah membuatku cemas.

Aku melompat dari tempat tidurku, aku tau waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi. Tapi aku  merasa seperti  terlambat, ada banyak hal yang perlu ku lakukan.

Segera aku melangkah menuju kamar mandi, berdiri di depan cermin dengan wajah mengantuk. Lingkaran hitam menghiasi mataku ditambah dengan rambut kusutku yang berantakan. Aku menggosok gigi tidak lebih dari 5 menit bahkan aku hanya perlu 5 menit untuk mandi.

Aku mengecek tugas kuliahku yang semalam ku acuhkan karena tidak bisa menahan kantuk, ku fikir aku hanya tinggal mengeprintnya saja. Tidak butuh waktu lama tugasku jadi dalam 10 menit.

Aku meraih ranselku dan memasukkan buku catatan beserta baju ganti, segera ku sambar coat tebal yang tersampir di kursi belajarku. Diluar udara dingin menyergap tubuhku, aku menggosok telapak tanganku sambil meniupnya berharap membantu menghangatkan tubuhku.

Jalanan masih sepi, beberapa orang berlalu lalang membawa payung. Di luar sedikit grimis, aku berjalan hati hati diatas genangan air yang memantulkan diriku. Tadi malam hujan turun cukup lebat. Ini bulan desember, memang sewajarnya banyak genangan air. Semua tampak berwarna keabuan, jalan kelabu, rumah - rumah tampak kelabu diselimuti kabut.

Ku fikir banyak orang memilih menghabiskan sarapan hangat mereka di meja makan bersama keluarga dibandingkan pergi keluar dalam cuaca sedingin ini.

Aku menghentikan langkahku disebuah baber shop yang masih tutup, pintu kaca nya memantulkan jelas bayanganku yang pucat karena kedinginan.

Entah kenapa pagi ini, Aku ingin sekali menikmati sup hangat buatan Ibuku. Ku rasa sudah lama aku tidak pulang kerumah, aku merindukan sup hangat yang selalu Ibuku sajikan bersama semangkuk nasi putih. Dan aku juga merindukan Ayahku yang selalu lebih menyayangi kebun hydroponiknya dibanding aku.

Ayahku selalu mengawasiku jika aku berkeliaran di kebun kecil kesayangannya, Ayahku akan mengomel jika aku salah memberi pupuk atau terlalu banyak memberi air. Aku sering sebal dan akhirnya aku sering berdebat dengan nya hanya karena pohon tomat ataupun daun letus. Setelah aku sekolah di kota dan hidup terpisah dari orangtuaku, hal hal yang menyebalkan itulah yang selalu aku rindukan.

🌫️

So, It's END?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang