6. My parent

51 4 0
                                    

Aku segera menutup koperku setelah mengemasi beberapa baju, aku memutuskan untuk cuti. Aku harus pulang, aku sudah tidak sabar ingin bertemu Ayah dan Ibu. Aku juga merindukan kebun kecil yang ada di samping rumah.

Aku pergi ke stasiun, aku lebih memilih naik KTX dari pada bus sebenarnya hanya terpaut satu jam saja tapi aku ingin segera sampai di rumah. Aku masuk kedalam kereta menyusuri kursi kursi penumpang yang sudah mulai terisi oleh penumpang lain.

Aku mendapat tempat duduk di samping jendela, tempat strategis fikirku.  Aku duduk di samping perempuan paruh baya, mengingatkanku pada Ibuku.

Aku menyapanya sebentar sebelum dia duduk disampingku, aku mengeluarkan phone cell berniat mendengarkan musik. Aku memasang earphone di salah satu telingaku.

Tidak lama kemudian kereta berangkat, aku mengamati pemandangan diluar selama perjalanan. Sambil menikmati musik yang masih mengalun dari phone cell ku, aku mengulang ulang lagu balad salah satu soundtrack drama. Beberapa hari ini aku menyukai lagu ini jadi aku putar berulang ulang. Mata ku mulai pedih, aku memutuskan untuk tidur.

Aku merasa ada yang menggoyangkan lenganku membuatku terbangun, " tidurmu nyenyak sekali, maaf sudah membangunkanmu tapi kita sudah sampai " kata perempuan paruh baya yang duduk di sampingku.

" ohh terimahkasih Bu sudah membangunkanku, terimahkasih sekali lagi "

" kau kelihatan lelah, istirahatlah ketika sudah sampai dirumah " dia beranjak sambil tersenyum ke arahku, aku mengikutinya untuk turun dari kereta.

Aku meregangkan tubuhku ketika keluar dari stasiun, aku menghirup udara dalam dalam. Bau kampung halamanku fikirku. Beginilah seharusnya kualitas udara yang menjadi standar, bersih dan segar. Aku segera menuju halte bus untuk menunggu bus yang bisa membawaku ke desaku.

                              🌜

Aku sampai di depan pintu pagar rumahku, pagar rumahku terbuka sedikit. Aku yakin Ayah dan Ibu sudah menungguku, sebelum berangkat aku sempat menghubungi mereka. Ibu ku berjanji untuk membuat baberque dan Ayah ku akan memetik daun letuce yang paling segar dari kebun kesayangannya.

Aku melangkah masuk ke dalam, masih tampak sama, kebun Ayah ku masih tetap segar. Pohon persik di halaman rumah sedang berbuah terasa menyegarkan ketika melihatnya berwarna orens segar seperti jeruk mandarin. Beberapa buah persik hampir mengering berkerut kerut di jemuran, Ibuku menyukai manisan persik. Dia sering minum teh dengan manisan persik bersama Ayah.

Aku melihat Ayah ku sedang menyiram bunga krisan, aku tau apa yang membuat kebun Ayahku menjadi lebih berwarna. Ternyata Ayahku mulai menanam bunga sekarang, baguslah fikirku.

Aku bersemangat menghampiri Ayahku," Ayah" panggil ku riang.

Ayahku menoleh ke arah ku, dia tersenyum melihat ku.

"Anak ayam sudah sampai" Ayah ku memeluk ku sambil menepuk nepuk bahu ku.

" Aku sudah bukan anak ayam lagi, aku sudah besar " keluh ku

" tentu saja kau sudah besar, tapi bagi Ayah kau tetap sama. Ayo masuk Ibu mu sedang sibuk di dapur "

Ayah menuntunku masuk ke dalam, Ibu ku menyambutku dengan tidak kalah euphoria dari Ayahku, Ibuku hampir berjingkrak jika tidak ku tahan. Bagaimanapun aku adalah putri satu satunya, jadi aku berani bertaruh Ayah dan Ibu ku selalu merindukanku setiap hari.

So, It's END?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang