Seketika, aku membuka mataku. Aku melihat seorang pria menggunakan masker melayangkan tendangan ke arah kami. Aku melihat pria yang terluka itu semakin kesakitan, tetapi dia bertahan. Aku merasa takut tapi juga tidak tega, hatiku merasa bimbang untuk sesaat sebelum ku putuskan untuk memberanikan diri memberikan perlawanan.
Aku berdiri dan memukuli pria bermasker itu menggunakan tas ku. Aku memukul dengan sembarang, bahkan aku memejamkan mataku sambil berteriak minta tolong sekeras kerasnya.
Merasa terancam akhirnya pria bermasker itu memilih melarikan diri, tubuhku menggigil perasaan takut serta bersyukur memenuhi fikiranku. Aku tidak tahu nasib apa yang akan ku alami jika pria bermasker itu tidak melarikan diri.
Aku segera pulih dari kesadaranku dan beralih pada pria yang terluka tadi, " bagaimana keadaanmu? Kau bisa dengar aku? Bertahanlah sebentar "
Aku menghubungi kantor polisi berharap bantuan segera datang.Tidak lama kemudian ku dengar suara sirine dari kejauhan, perasaanku merasa lega bahwa sebentar lagi bantuan akan datang.
🌜
Aku berjalan lunglai keluar dari kantor polisi, aku masih enggan melanjutkan langkahku. Aku berdiri di lobi sambil menyenderkan tubuhku di tembok.
Aku melihat baju ku terdapat noda darah, aku menyadari tidak ada yang terluka dari tubuhku. Aku tiba tiba merasa khawatir dengan pria tadi, aku menghentikan salah satu petugas polisi untuk menanyakan bagaimana keadaan pria itu.
" Permisi "
" Iya ada yang bisa ku bantu?"
" Apa pria yang terluka tadi baik baik saja? " Tanya ku ragu
" Dia baik baik saja, sekarang sedang di rawat di Rumah sakit. Terimahkasih atas bantuanmu pria tadi bisa selamat, akhir akhir ini daerah disekitar sana memang sedang rawan. Lebih baik kau segera pulang dan berhati hati lah karena pelaku masih belum di temukan " polisi tersebut tersenyum ramah sambil melangkah masuk.
Aku bersyukur mendengar dia baik baik saja, aku melihat jam tangan ku sudah menunjukan pukul 2 malam. Ku fikir polisi itu benar, aku harus segera pulang secepatnya.
🌜
Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur tanpa melepas sepatuku. Rasa letih menggerogoti tubuhku, aku masih memikirkan kejadian tadi. Jantungku masih berdetak cepat karena ketakutan.
Aku merasa sakit di sekujur tubuhku, tapi aku harus tetap melakukan pekerjaan itu. Orangtuaku tidak mengetahui tentang hal ini. Mereka selalu mengirimiku uang setiap bulannya, dan uang itu tidak pernah ku gunakan jika tidak dalam keadaan mendesak. Uang yang mereka kirim ku kumpulkan dan ku tabung dalam rekening yang berbeda.
Semua ini agak menyedihkan, terkadang aku berfikir seperti itu. Aku mengeluhkan betapa beratnya hari hariku. Betapa punggungku rasanya mau putus karena kelelahan, tentang memar yang selalu saja ada di sekujur kaki ku karena terlalu sering berlari. Aku tidak menyesal sungguh, tapi sedikit berkeluh kesah ku rasa tidak masalah kan.
Aku bangun dari tidurku lalu duduk di tepi tempat tidur, aku melihat noda darah di baju ku untuk yang kedua kali. Aku segera melepas bajuku, aku tidak mau terbayang bayang kejadian tersebut.
Aku rasa, aku harus mandi dengan bersih. Aku terlihat sangat kacau malam ini, keberuntungan benar benar tidak berpihak padaku.
🌜