"Aku tidak bisa percaya kalian benar-benar datang." Chess berbicara girang sambil menggabungkan kedua tangannya. Kulihat matanya yang berpupil biru cerah yang tanpa kusadari mulai mengeluarkan air mata.
"Lho? Kok nangis? Ada apa?" Tanyaku canggung. Dia nangis kenapa? Sedih kami datang?
Gak mungkin sih. Seandainya benar itu benar-benar tidak masuk akal dan tidak bisa diterima. Setelah mengingat berbagai kesulitan selama perjalanan kami kesini.
Atau mungkin dia menangis bahagia? Memangnya sebesar apa masalah yang akan terjadi pada kerajaan ini?
"Aku.. Aku benar-benar bahagia. Terimakasih... Terimakasih kalian sudah jauh-jauh datang kemari."
Aku tersenyum canggung. Aku menoleh kebelakang dan melihat si kembar ei yang terus berdiri dengan mulut menganga memperhatikan keseluruhan ruangan melupakan keberadaan dua orang baru di ruangan luas ini.
"Ah... Chess? Ini Kei, dan ini adalah Rei. Maaf aku baru memperkenalkan mereka. Meskipun kamu mungkin sudah mengenal mereka dari ramalan itu sih."
Di belakangku, Kei dan Rei membungkukan badan singkat sambil memasang senyum anggun. Mungkin mereka mencoba meniru cara seorang gadis kerajaan memberi salam?
"Tidak. Dan biarkan aku memperkenalkan diri sekali lagi. Namaku Chesire Vessalius Aria. Putri tunggal Kerajaan Aria." Chess membungkukan badan dengan anggun.
"Kalian pasti lelah. Stef akan menuntun kalian ke ruangan kalian." Wanita yang berdiri dibelakang Chess dan bernama Stef itu mengangguk sopan. Lalu melangkah mendekati kami bertiga.
"Ikuti saya." Katanya.
Chess berjalan kesampingku dan tersenyum. Memberi tahu kami untuk mengikuti Stef, dan dia akan ikut mengantar kami. Kami hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang.
Kami berjalan keluar dari ruangan barusan dan lagi-lagi berjalan melewati lorong yang luas dan berlangit-langit tinggi.
Sepertinya ruangan yang Chess maksud adalah ruangan yang akan menjadi kamar kami masing-masing. Dan kamar kami akan berada dilantai dua.
Kami menaiki tangga yang terbuat dari Batu putih. Aku bukan orang yang memperhatikan arsitektur ruangan. Jadi aku tidak peduli terbuat dari apa tangga ini. Tapi lama kelamaan aku mulai tertarik untuk tahu setelah masuk kedalam istana ini.
Hiasan yang biasa kulihat disekitar lingkungan tempat tinggalku bisa membuat sebuah bangunan menjadi sangat megah. Kenapa bisa begitu? Aku tidak mengerti.
Selesai menaiki tangga, kami belok kekanan. Dan mulai masuk ke lorong yang dipenuhi bilik berpintu kayu dikedua sisi.
Setelah berjalan beberapa lama melewati lorong itu, Stef berhenti dan berbalik menghadap kami.
"Tiga ruangan ini akan menjadi kamar pribadi kalian masing-masing. Silahkan masuk." Ucapnya.
Aku menganga. Serius? Kami akan tinggal diistana? Kamar pribadi? Bukankah ini berlebihan?
"Eh? Serius?" Rei tampaknya sudah tidak bisa menahan rasa girangnya. Sama seperti aku dan Kei. Chess menatap kami bertiga dan mengangguk.
Kami langsung membuka pintu kamar yang kami pilih. Tiga deret ruangan sudah disiapkan untuk kami. Kami bertiga hanya perlu memilih kamar saja.
Aku memilih kamar yang berada di paling kanan, ditengah Kei, dan yang akan tinggal diruangan paling kiri adalah Rei.
"Untuk malam ini, kalian istirahat saja. Kalian bisa melakukan apapun yang kalian mau didalam ruangan kalian. Besok, aku akan menjemput kalian. Kalian bertiga akan menemui Raja dan Ratu." Jelas Chess.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Three Queen
Fantasia[Update when i feel like it. So don't expect much to this story. And my story is a little sucks 'cause i just writing to kill my boredom. But if you like, here's my story] (P.s) ceritanya pake bahasa Indonesia. Yang diatas hanya merupakan keisengan...