Part 9 "Fall in Smile"

305 37 1
                                    

Jimin mengawali harinya dengan olahraga jogging di alun-alun distrik Seongbuk yang letaknya kurang lebih 4,9 km dari Seoul.

Namja bertubuh agak pendek namun berotot itu telah mencapai 3 putaran dan memutuskan untuk istirahat sejenak.

Tak lupa, ia juga memakai earphone merahnya dengan mp3 player yang menggantung di kerah kaosnya.

Jimin POV

Inilah kebebasan!
Aku bisa merasakannya!

Aku harus cepat-cepat mencari pekerjaan lain.... kah?

Huft, simpan itu untuk nanti Jimin. Kau berhak bebas meski sehari.

Terdesak dalam ruang kejaksaan, dibalut kebohongan dan bukti yang harus dipalsukan, membela orang yang bersalah, semua telah usai.

Entah mengapa kini aku membenci pengacara. Apa yang akan dilakukan si 'Jennie' itu ya?

Jimin POV End

*

*

*

Di tengah alun-alun distrik Seongbuk, sosok yeoja dengan paras seksi dan manis mulai mengambil beberapa kue dan tersenyum manis ke arah 2 anak kecil di depannya.

"Eonnie, kau membantu kami lagi?" tanya salah seorang anak kecil yang bernama Naeun itu.

Yeoja bernama Seulgi itu tersenyum ramah, "Tentu saja. Aku sudah bilang akan membantu kalian terus, kan?".

"Noona, jika sudah capek jangan terlalu dipaksaka." ujar anak kecil kedua dengan nama Goeun itu.

"Gwaenchana. Hei, kau pikir noona selemah itu? Ayo kita segera menjualnya!" seru Seulgi bersemangat.

Kegiatan Seulgi di pagi hari adalah membantu kedua anak kecil itu menjajakan kue khas Korea, beberapa ddeobokki dan mochi.

Seulgi melakukannya dengan tulus dan penuh semangat.

Hal itu terpampang jelas di wajahnya yang tak bisa berhenti tersenyum saat menjajakan pangan itu.

*

*

*

Back to Jimin POV

Siapa yeoja itu?
Hah, ia jualan kue?
Apa ia kurang mampu?
Apa mereka adik-adiknya?
Tapi, kalau dilihat-lihat cantik juga, sih...

Tunggu!

Apaan, min?
Kau gabakal jatuh cinta ke cewek itu kan?
Cewek itu miskin.
Lantas apa?

Wait.... Ia mendekat. Apa aku coba beli? Hmmm ayo kita lihat kemampuannya membuat kue.

"Permisi, apa anda tertarik dengan kue ini? Silahkan semua hanya 2000 won!" seru yeoja itu dengan senyum lebarnya.

Sial! Senyumnya manis banget, sih!
Duh, gawat.....

Ditambah, senyumannya tulus, sinar mata nampak, dan eyesmilenya mempesona.

"Permisi? Apa anda mau beli?"

Arghh.... gawat....
Jantungku berisik
Tenanglah ia hanya penjual kue!
Hatiku, kau bodoh memilih yeoja ini....

Permisi....
Pak?

Jimin POV End

"Maaf, saya tidak beli." ujar Jimin seraya meninggalkan Seulgi dengan wajah datarnya.

Seulgi menatap Jimin dari kejauhan sambil menghela nafas berkali-kali.

"Padahal, dia tadi pengen beli lho..." gumamnya.

"Bodo amat, dah! Lanjut jualan~
Lalalala~" seru Seulgi diiringi senandungannya.

Di sisi lain, Jimin nampak bingung dengan perasaannya sendiri dan berkelahi dengan hati kecilnya.

"Tadi aku seharusnya beli aja. Itung-itung sedekah." gumamnya.

"Tapi.... Shit! Kenapa yang terngiang-ngiang itu senyumnya, sih?".

"Nggak, nggak bakal mungkin aku suka ama tuh yeoja. Kenal aja enggak!" Jimin mulai mencari yeoja disekitarnya.

"Semoga semua ini hanya kebetulan semata." ucap Jimin dalam hati seraya melangkahkan kaki dan pergi dari Alun-alun.

*

*

*

Jajanan milik Seulgi habis. Ia pun menghitung uang-uangnya dengan ceria dan segera berlari menuju kedua anak kecil itu.

"Gomawo, noona." ujar Goeun seraya mengambil uang yang ditodongkan Seulgi.

Seulgi tersenyum lebar, "Tak apa. Aku pergi dulu, ya!".

Goeun dan Naeun pun melambaikan tangan dan Seulgi membalasnya dengan senyuman.

Seulgi pun berlari dengan kecepatan maksimal dan tanpa sengaja menabrak seseorang di depannya.

"Aishh... Kalau lari liat-liat napa?" keluh Jimin sambil memegang kakinya.

"Ma-maaf, saya buru-buru."

"Eo? Kau penjual kue tadi, kan?".

Seulgi mengangguk ringan dengan mata terfokus pada lampu merah berjarak 10 meter darinya.

"Kau mau kemana?" tanya Jimin seraya merapikan bajunya.

"He? Ehm, a-ada pasien yang harus aku layani. Pergi dulu, ya!" seru Seulgi berlari meninggalkan Jimin.

"Yak! Kau bahkan merusak mp3 playerku! Ganti balik, woy!" teriak Jimin membuat Seulgi menghentikan larinya dan mendekati Jimin.

"Be-benarkah? Ma-maafkan saya, saya berjanji akan menggantinya." ujar Seulgi yang tubuhnya tak bisa diam.

"Kau dokter, ya? Dimana rumah sakitmu?".

Duh, gimana? Tinggal 20 menit lagi. Kalau aku telat, pasti yang lain menunggu lama!
Orang ini benar-benar tak pengertian!
Ucap Seulgi dalam hati seraya melirik sesekali ke arah Jimin.

Jimin mendekatkan wajahnya ke Seulgi dan hal itu mengejutkannya.

"A-ada apa?"

"Kapan kau akan mengganti mp3 playerku? Aku butuh segera."

"Ma-maaf, kalau boleh tahu, dimana anda tinggal? Biar saya bisa segera mengirimkan mp3 playernya," ujar Seulgi tak berani menatap ke arah Jimin.

Dia tak goyah, apa ia segitunya tak tertarik padaku?
Ucap Jimin dalam hati

Apa ia jatuh cinta padaku? Hah! Masa sih? Degup jantungnya berisik, namun aku belum bisa memastikan karena aku tak berani menatap matanya langsung.
Ucap Seulgi dalam hati

"Ini kartu namaku. Alamatku, nomorku, semua tertera disana. Tepati janjimu, aku butuh benda itu segera," ujar Jimin sambil menjauh dari Seulgi dan memberikan kartunya.

Seulgi menaikkan bibirnya dan tersenyum, "Semoga harimu menyenangkan!".

DEG!

Jimin memegangi dadanya dan melihat Seulgi meninggalkannya. Entah apa yang ada di pikirannya, ia pun tersenyum tipis melihat Seulgi berlari.

Aku.... jatuh cinta, ya?

-

-

Yaho~
Seulmin nongol, nih 😆

Makasih yang udah setia baca Ff ue dan makasih udah ngeluangin waktu buat baca dan vote 😄😆😆

Makasih banyak yoerobun!!! 😆😆

Jangan lupa sekalian klik bintang di pojok kiri, ya!😊😊😄😆😆

Part selanjutnya bakal ngebahas first case lagi dan tentunya Taerin shipper raise ur hand!
✌🙋✌🙋

FINGERPRINTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang