DELAPAN

585 52 7
                                    

"Selamat bertugas untuk pengurus baru, dan selamat berjuang meraih masa depan untuk pengurus lama."

Acara pelantikan pengurus baru selesai dengan khitmad. Sesuai dengan hasil pemilihan, Nando Lukman lah yang terpilih sebagai ketua dan Fiki Yanuar sebagai wakil ketua. Acara sudah selesai, tapi kami masih mengobrol tentang rencana jelajah terakhir bareng angkatan lama.

"Lo gak usah ikut aja deh, Han. Lo nyusahin kalo boker mulu," Gian mengatakannya dengan datar, sementara aku sudah kehilangan muka karena Gian mengatakannya di depan orang banyak.

Baru aku akan membuka mulut, riuh tertawa orang-orang sudah memenuhi ruangan.

"Kalian jangan jahat-jahat napa ke Jihan. Meskipun dia ratu boker, tapi dia yang selalu sigap kalo ada yang sakit atau luka."

Semua terdiam.

"Ciyee, ada yang belain," goda Gian.

Coba tebak siapa yang membelaku?
Rey!
Itu Rey. Rey yang telah membelaku. Ada apa ini?

Aku menatap Rey dan dia berani mengedipkan mata padaku. Dia membuatku melongo. Mataku bisa saja lepas dari tempatnya jika aku tidak segera menyadarinya.

Bukankah terakhir kali kita bertemu, kita sedang bertengkar? Ingat?

Dia berjalan kearahku lalu merangkul pundakku seolah aku adalah orang dekatnya.

"Apaan sih." Aku melepas tangannya dari pundakku. Belum sempat tangan itu lepas, Rey justru semakin mengeratkannya.

"Kenapa sih? Sebagai temen kan gue belain lo."

Aku semakin malas mendengarnya. Segera saja aku berbalik meninggalkannya. Tapi dia tetap saja mengikutiku.

"Pulang sekolah lo ada acara gak?"

Aku masih diam, berpura-pura tidak mendengarnya.

"Kalo lo gak ada acara, gue pengen ngajak lo jalan bentar. Gue pengen ngomong sesuatu."

Apa aku tidak salah dengar? Rey mengajakku? Lagi? Dia ingin mati?

Aku berusaha keras mengontrol emosiku. Menahan rasa yang meledak-ledak.

"Gue sibuk," ucapku datar.

"Kalo gitu ketemu bentar deh di kantin," tawar Rey.

"Gue ada acara sama Laila pulang sekolah," balasku masih datar.

"Lima menit aja," tawar Rey lagi.

"Gak bisa."

"Tiga menit." Aku tidak menjawab, berpura-pura sibuk membereskan kertas-kertas diatas meja. "Dua menit? Semenit? Ayolah"

"Kenapa gak ngomong disini aja sih?"
Aku benar-benar sebal dengan Rey. Dia sudah menghancurkan perasaanku berkali-kali. Dan sekarang, dia ingin semua kembali seolah tidak ada yang terjadi?

Maaf, tapi aku bukan batu.

"Baiklah," Rey mengumpulkan kata-kata dalam otaknya. "Gue tau lo mungkin kecewa dengan apa yang gue lakuin ke elo. Tapi gue gak bisa menutupi kalo gue bersyukur banget punya temen kayak lo."

Dia kerasukan apa bisa bicara begitu padaku.

"Karena berkat lo, gue akhirnya bisa ketemu sama cinta masa kecil gue sekaligus cinta pertama gue."

Alisku bertaut. Aku terdiam dengan muka bloon yang membuat Rey sadar jika aku tidak mengerti maksud ucapannya.

"Grace, dia cinta masa kecil gue yang udah lama gak pernah gue tau gimana kabarnya. Dan kemarin gue resmi jadian sama Grace."

Seperti tersambar petir di siang bolong. Mataku semakin lebar membulat.

"Jadian? Grace?" Aku spontan mengatakannya. Tidak, bukan dengan suara keras. Tapi sangat lirih. Hampir-hampir hanya telingaku sendiri yang bisa mendengar.

"Gue tau lo gak percaya. Gue sendiri juga gak percaya."

Rey mengembangkan senyuman.

"Grace adalah Alin. Alin cinta masa kecil gue. Gadis yang selalu gue ajak ke rumah pohon di belakang rumah gue yang lama, yang selalu gue bikin nangis tapi gue juga yang nenangin, yang gue kasih hadiah boneka besar biar bisa dia peluk setelah gue pergi. Gue terpaksa pindah dan ninggalin Alin karena keluarga gue pindah ke Jakarta. Ayah gue dipindahtugaskan ke sini. Tapi gue bersyukur ternyata takdir berpihak ke gue. Gue dipertemukan lagi, melalui elo. Lo tau, dia bahkan masih nyimpen boneka itu. Sumpah, gue gak nyangka dunia sekecil ini."

Senyuman masih mengembang di bibir Rey.

"Pantesan gue gak asing sama wajahnya pas di pesta ultah temennya kakak temen gue."

"Tunggu, gimana lo tau kalo Grace adalah Alin?" potongku. Entahlah, hanya saja ini masih membingungkan buatku.

"Gue bertamu ke rumahnya. Awalnya gue cuma samar-samar denger mamanya Grace manggil dia dengan sebutan Alin. Entah kenapa gue penasaran dan gue amati foto keluarga yang dipajang di sana. Gue amati wajah wanita yang selalu di samping Grace. Gue kenal betul siapa itu. Dan terbukti setelah mamanya Grace keluar dan ketemu gue sendiri, beliau kaget, gue apalagi. Suasana jadi kayak reuni. Gue seneng, banget."

'Hai, kenalin namaku Gracelin Adiyana. Aku biasa dipanggil Grace atau Alin. Tapi biar mudah, kalian panggil aku Grace aja ya.'

Sekarang aku baru ingat dan paham.

Iya, Grace adalah Alin. Dan Alin adalah Grace. Sedikit teringat perkenalan Grace di depan kelas waktu kelas 10. Dia biasa dipanggil Grace atau Alin. Berhubung semua orang memanggil nama depannya yang singkat, Grace, nama Alin hampir tidak pernah ia pakai di sekolah.

Hanya saja aku tidak menyangka dunia bisa sejahat ini padaku. Ketika semua orang perlahan menjadi pemeran utama dalam cerita hidupnya, mengapa sampai sekarang aku tidak pernah menjadi pemeran utama? Mengapa aku harus jadi pemeran antagonis dalam kisah cinta mereka? Kenapa aku harus ada dalam cerita takdir mereka? Kenapa harus ada aku jika cerita ini tidak bermuara padaku? Terlebih, Tuhan memberikan perasaan ini. Perasaan pemeran pembantu pada pemeran utama yang tidak mungkin terbalas. Apa hanya untuk mempermanis kisah mereka, takdir mengorbankan aku?

Dunia sungguh jahat.

"Karena itu gue mau traktir lo. Apapun. Gue berterima kasih karena lo udah ngasih jalan buat gue dan Grace," tambah Rey.

Aku menelan ludah dengan susah payah. Menahan suara parau keluar. Sebisa mungkin menormalkan suaraku agar tak terdengar seperti - menahan tangis.

"Gak perlu. Karena gue juga gak ngerasa ngelakuin sesuatu buat lo atau buat Grace." Lagi-lagi aku harus menetralkan emosiku. "Gue bahkan gak pernah ngasih jalan ke kalian."

Sungguh, aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi. Kaca-kaca di mata memaksa untuk menampakkan diri. Sebelum Rey melihat semuanya, aku putuskan untuk segera bergegas keluar ruangan.

*****

I'm baaacckk
Kelamaan ya aku update nya? *peace*
So, how is your life?
Gimana puasanya? Lancar?
Kalo puasa jangan baper2 ya. Takut gampang lapar 👻

Hope y'all still enjoy this story.

Pretty UglyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang