Feeling Sorry

22 1 7
                                    

Jordan Henderson's point of view

Marbella, 16 Februari 2018

Setelah menang besar dari FC Porto di Liga Champions, kami menghabiskan waktu empat hari di Spanyol untuk berlatih dan merayakan kemenengan itu. Semuanya berlatih dengan bahagia dan penuh tawa, termasuk Simon yang meskipun posisinya sebagai kiper mulai terancam oleh Loris.

"Apa kau tak merasa tersaingi dengan Loris?" Tanyaku hati-hati.

"Tentu saja, Jordan. Mana mungkin aku tak merasa jengkel padanya?" Jawab Simon.

"Benar juga."

"Tapi buat apa aku jengkel saat ini? Kemenangan ini untuk dirayakan, bukan?" Potong Simon.

Saat itu kami memang beristirahat di sebuah hotel di daerah Marbella, Spanyol, karena latihan memang sudah berakhir setengah jam lalu.

Namun ketenanganku agak terganggu saat kulihat satu pesan whastapp dari......

Gary Clark
12.30: Jord, why didn't you tell about Bella?

Apa yang harus aku jawab?

"Kau kenapa Jordan?"

"Errrrr...Simon. Mantan pacar Bella mengirimiku pesan."

Raut muka Simon seketika berubah menjadi agak serius.

"Apa yang dia tanyakan?"

"Kenapa aku tak memberitahunya soal Bella."

"Sejak kapan dia peduli?" Seloroh Simon, skeptis.

"Ah aku sebenarnya malas memberitahu soal ini padanya. Akhir-akhir ini tempramennya begitu buruk padaku, Simon!"

"Maksudmu apa?"

"Semenjak performaku jelek dia sering mengirimiku pesan untuk sekedar mengolokku. Dia dulu tak seperti itu," ceritaku.

"Dia bisa bersikap begitu? Dia kan cuma fan. Mbok ya gampang gitu main bal-balan beneran?" Protes Simon.

"Ah entahlah, sebenarnya dia baik kok."

"Kalau baik kenapa dia tak peduli pada Bella? Dia sudah berpacaran dengan Gary sejak lulus SMA kan? Bella sangat mengharapkan Gary untuk segera menikahinya tapi dia malah asyik sendiri dengan kegiatannya."

Simon tak pernah menceritakan awal ia berkenalan lalu berpacaran dengan Bella Mackenzie pada siapapun sebelumnya, namun karena cukup gusar dengan Jordan yang selalu membela Gary iapun mulai bercerita.
****
Simon Mignolet's point of view

Sebenarnya aku tak sengaja bertemu Bella di kedai kopi milikku. Saat jeda kompetisi bulan Agustus lalu aku pulang ke Belgia untuk melihat kegiatan di sana. Pada pukul 3 sore kedaiku belum terlalu ramai, hanya ada satu dua pengunjung yang datang.
Apakah aku kurang terkenal? Sehingga kedaiku masih sepi -_-
Di antara kursi-kursi yang masih kosong itu aku melihat seorang wanita yang menangis, sepertinya sudah cukup lama ia menangis karena kulihat matanya sembap. Akupun menghampirinya dengan rasa penasaran.

"Maaf kalau aku mengganggu, apa ada yang bisa kubantu?"

Dia tetap menangis dengan menutupi wajahnya.
Tak ada reaksi.

"Aku pesan Caramel Macchiato!"

Wanita itu meminta tanpa melihat ke arahku.

"Maaf Nona, nanti pelayan yang akan mencatat pesananmu."

Wanita itu tentu kaget saat menoleh ke arahku.

"Kau! Mignolet?"

Rasanya bahagia aku ternyata dikenal.

"Tentu saja!"

Wanita itu menyeka airmata di pipi dan sekitar matanya.

"Kau baik-baik saja?" Tanyaku hati-hati.

"Tidak. Kau lihat betapa hancurnya aku."

"Maafkan aku."

"Senang bisa bertemu kiper Liverpool yang menyebalkan."

Jleb

Kok ngeselin sih ya.

Salahku padanya apa sehingga dia berkata aku menyebalkan?

"Maaf? Maksudmu apa ya dengan mengatakan aku menyebalkan?"

"Kapan sih aku bisa lihat permainanmu bagus?"

"Kau fan Liverpool?"

"Sejak Michael Owen memulai debutnya di Liverpool."

"Oh astaga! Mau minta foto?"
Dengan percaya diri sekali aku berani menawarkan diri untuk berfoto. She was swallowing my pride.

Wanita itu tertawa...

"Berfoto? Denganmu? I prefer Mo Salah ffs."

"Ya baiklah, aku mengerti kok kenapa kau kesal sekali padaku," kataku, mengalah.

Tanpa kuduga ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Aku Bella MacKenzie. Aku berasal dari Liverpool yang kebetulan saat ini sedang mampir di Brussels."

"Lalu kenapa kau menangis?" Tanyaku.

Kemudian wanita itu, selanjutnya kita panggil Bella, mulai bercerita.

Bella itu seorang instruktur EFL untuk British Council. Pekerjaannya berkeliling Asia untuk memberikan pelatihan pada guru Bahasa Inggris. Saat dia mampir ke kedaiku ia sebenarnya hendak menuju ke Liverpool untuk menemui kekasihnya. Namun ternyata kekasihnya itu, sebut saja Gary, tak bisa menemuinya karena urusan pekerjaan. Bella tidak sebodoh itu mempercayai kalau Gary sibuk dengan pekerjaannya.

"Lantas?" Tanya Jordan.

"Dia ke Jerman untuk mencari sepupunya yang baru saja menikah!"

"Oh iya, Charine."

"Kau tahu Jordan?"

"Tentu saja. Charine itu memang sempurna, banyak yang menginginkan dia. Dia itu mantan pacar Aaron Ramsey!"

"Oh ya?"

"Iya Simon, tapi karena berbagai alasan mereka harus putus."

"Aku lanjutkan ceritaku ya."

Bella bilang kalau ia tahu kalau Gary ternyata mencintai sepupunya. Bella baru tersadar kalau hati Gary tak pernah untuknya.

Dia bilang padaku akan mencari waktu yang tepat untuk memutuskan Gary.

Temanmu itu sudah gila, Jordan!

"Iya aku tahu. Gary itu pria yang labil."

......

"Simon! Jordan! Keur naon maneh didinya? Hayap latihan!" Teriakan Kloppo yang memekakkan telinga itu harus mengakhiri obrolan aku dan Simon.

"Eh Jordan! Kau bilang tadi latihannya selesai, gimana sih?" Protes Simon.

"Ya mana ku tahu!"

Aku dan Simon berlari sekencang-kencangnya agar tidak mendapat hukuman dari Kloppo.

Those Sharp EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang