Bab.4

16 1 0
                                    

Sesampainya di masjid Ar-rahman. Hanafi langsung memarkirkan mobilnya. Kemudian, mereka berdua memasuki masjid yang sudah terisi oleh beberapa jama'ah pengajian.

"Assalamu'alaikum." Ucap Hanifa dan Hanafi bersamaan.
"Wa'alaikummussalam." Jawab para jama'ah hampir bersamaan.
"Maaf, apa kami terlambat?" Tanya Hanafi dengan sopan.
"Tidak,kalian datang tepat waktu." Jawab salah seorang jama'ah pria,di sebelah Hanafi.
Sedangkan, Hanifa telah berkumpul bersama jama'ah wanita.
"Kalian kembar, ya?" Hanifa hanya mengangguk pelan sambil tersenyum manis.
"Oh, mirip!" Ujar salah seorang jama'ah yang baru datang bersamaan dengan Hanifa.
Hanifa hanya tersenyum"yaiyalah mirip, kan kembar.!" Hanifa membatin.

Diantara jama'ah para pria, Hanafi sedang bercengkerama dengan seorang pria yang seumuran dengannya.

"Gue nggak telat-kan?" Tanya Hanafi sedikit berbisik.
"Nggak kok, tenang aja!" Jawab pemuda itu.
"Yaudah, mulai aja acaranya sekarang!" Ujar Hanafi.
"Ntar dulu Naf, qori'nya belum datang. Masih di jalan!" Kata pemuda itu yang tampaknya sangat akrab dengan Hanafi.
"Pake qori'?" Tanya Hanafi.
pemuda itu mengangguk mantap.

"Ngapa lu kagak ngomong Juna, kalau ni pengajian pake qori'?. Gue-kan bisa nyuruh adik, gua untuk jadi qori'!" Ucap Hanafi.

Kening pemuda yang bernama Juna itu, memgerut."Emang lu punya adik?"

Seketika itu, Hanafi membelalakkan matanya. Bagaimana bisa Juna sebagai sehabat bisa lupa,kalau Hanafi memiliki adik kembar yaitu Hanifa.

"Lo lupa?, gue-kan punya adik kembar!,si Hanifa. Masa lo lupa sih, Jun?" Ucap Hanafi.

Dengan kuat Juna menepuk jidatnya.
"Gue lupa,Naf!. Sorry, btw apa kabar adik lu yang tomboy itu?"

Hanafi memutar bola matanya malas.
"Alhamdulillah, baik. Eh, setomboy-tomboynya adik, gua tapi dia udah berhijab ya!. Lo kalau liat paras dia yang sekarang, gua yakin lu bakal kepincut sama adik,gua!" Ujar Hanafi dengan penuh percaya diri.

"Ah,masa sih?. Palingan juga biasa aja."

Pletak...
Hanafi menjitak kuat kepala Juna.Sehingga,membuat Juna mengduh kesakitan.

"Enak aja lu ngomong!" Ucap Hanafi sambil menatap Juna tajam.

Mencintaimu dalam diamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang