01

1.8K 230 79
                                    

"Apa yang lo lihat dari seorang Park Woojin?"

"Nggak ada yang gue lihat, dia gelap nggak kelihatan."

Cuma satu keinginan Nancy di siang menjelang sore dengan panas yang masih menyengat terik ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuma satu keinginan Nancy di siang menjelang sore dengan panas yang masih menyengat terik ini. Pulang, ia ingin segera pulang. Lapar, haus, gerah, rasanya matahari bersinar hanya sejengkal dari kepala.

"Jin, nebeng," pintanya sambil mengekor Woojin yang baru keluar kelas.

Sengaja ia mencegat Woojin karena kebetulan kelasnya bubar duluan.

"Nggak, gue mau pergi sama Jihoon ke rumah Guanlin."

Nancy hanya berdecak saat penolakan yang ia terima. Sudah ketebak, pasti ujung-ujungnya main game.

"Game mulu, pantes jomblo," cibirnya.

Dan tidak digubris.

Manusia dekil bernama Park Woojin justru asik nyanyi-nyanyi nggak jelas sepanjang koridor sekolah.

Terserah, biarkan ia bahagia.

Suaranya yang nggak merdu sama sekali itu jadi menarik perhatian anak-anak kelas lain yang ramai bubaran. Kalau sudah begini, ingin rasanya pura-pura nggak kenal Park Woojin.

"Jihoon bukannya bawa motor sendiri ya?"

Nancy baru ingat, tadi pagi ia papasan dengan Jihoon dan motornya di depan gerbang.

"Itulah romantisnya, Jihoon naik motornya sendiri, gue juga. Walaupun kita pisah akan tetap disatukan oleh game di kamar Guanlin dengan wifi yang kecepatannya ngalahin kilatan cahaya."

Sampai di sini, Nancy berganti bengong. Woojin ngomong apa?

"Anterin gue dulu, turunin aja depan gapura komplek," pintanya sekali lagi.

Daripada naik angkot atau naik bus, males jalannya jauh. Belum lagi kalau nanti digodain cowok-cowok iseng.

"Nggak, nggak," geleng Woojin masih dengan pendiriannya.

Dasar tidak berperikemanusiaan. Meski ia memang nggak cocok jadi manusia dan lebih cocok jadi ampas kopi.

Padahal rumah mereka dekat, hanya berjarak dua rumah.

Bahkan lebih dari separuh usianya, Nancy mengenal Woojin sepaket dengan masa lalunya yang kelam dan aib-aibnya yang berserakan.

"Lo nggak kasian sama gue?"

Percuma walau Nancy memasang tampang memelas di wajah cantiknya, Woojin nggak bakal lihat. Dia berjalan jauh di depan.

"Udah ditunggu Jihoon."

"Jihoon lagi, Jihoon lagi."

Itu duo upin ipin emang udah terkenal di seluruh penjuru sekolah. Kemana-mana berdua macam anak kembar.

Kalau urusan sama Jihoon atau teman-teman Woojin lainnya, Nancy sudah pasti kalah. Tanpa sadar langkahnya jadi melambat. Ia tidak lagi berharap Woojin akan memberinya tumpangan.

Sana kalau mau pergi dengan Jihoon.
Sana kalau mau main game online di kamar Guanlin. Toh ia siapa, dari dulu sampai sekarang ia dan Woojin cuma sebatas teman meskipun ia diam-diam menaruh perasaan lebih.

Ia pandangi punggung Woojin yang semakin menjauh. Yang kian tersamarkan dengan punggung-punggung lain milik teman-temannya. Sampai sosok itu berbalik tanpa ia sangka.

"Buruan atau gue tinggalin."

"Park Woojin, the most annoying person but I love him so much

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Park Woojin, the most annoying person but I love him so much."
















Lagi gemes sama mereka. Padahal Nancy terlalu cantik buat Woojin 😭😭😭

Tapi aku memang labil soal kapal kapalan, jiwa shipperku terpengaruh dikit langsung terombang ambing 😂😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi aku memang labil soal kapal kapalan, jiwa shipperku terpengaruh dikit langsung terombang ambing 😂😂😂

Sunflower | PWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang