Baru kali ini Woojin merasa takut mendatangi rumah Nancy. Dari tadi cuma maju mundur dengan langkahnya yang ragu-ragu.
Nancy lagi marah, Nancy lagi ngambek, gara-gara dia yang bilang mau lari 50 kali. Tadinya mau Woojin biarin aja sampai besok. Tapi kenapa rasanya ada yang mengganjal.
"Nggak usah ke sini kalau masih nggak peka."
Juga ucapan Nancy yang terdengar seperti sebuah ancaman.
"Gue cuma bercanda," ucap Woojin berusaha sewajar mungkin.
Berharap Nancy akan melunak dan hubungan mereka kembali baik. Kalau pakai acara ngambek kayak gini malah bikin canggung.
"Perasaan bukan buat candaan."
Tapi jawaban Nancy justru membuatnya kembali kelu. Sejujurnya sedikit banyak dia mulai mengerti meski terus disangkalnya sendiri. Nggak mungkin kan Nancy suka sama dia? Dia mah apa, cuma remah rengginang, cuma biji kuaci bunga matahari.
Tapi kenapa satu sisi hatinya justru mencoba percaya dan berharap. Atau dia hanya kegeeran?
"Gue cuma takut," gumamnya pelan.
Berganti Nancy yang diam menyimak dengan seksama.
"Takut gue yang nggak tau diri."
Diliriknya Nancy yang memberinya tatapan yang sulit diartikan. Juga helaan nafasnya yang berat.
"Gue udah terlanjur nyaman kayak gini. Gue takut kita jadi beda. Gue takut kita berubah," sambungnya.
Baru kali ini Nancy melihat Woojin bicara serius. Dan nggak cocok!!
"Semua orang pasti bakal berubah," sangkalnya.
Bahkan ia rindu Woojin yang dulu bilang ingin berubah jadi ranger merah dan menyuruhnya jadi ranger pink.
"Gue bukan Guanlin atau Jihoon."
"Terserah."
Nancy paling malas kalau Woojin mulai membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain.
"Jadi gue harus apa?"
Dan lebih malas lagi saat Woojin nanya kayak gitu.
"Jadi diri lo sendiri. Karena lo Park Woojin bukan orang lain. Karena gue sukanya Park Woojin bukan orang lain. Ngerti nggak?" amuk Nancy sebelum ia buru-buru pergi masuk kamar dan membanting pintunya keras.
Untung orang tuanya sedang tidak di rumah.
Nancy seperti tidak sadar dengan apa yang baru saja ia katakan. Ia mengakui perasaannya ke Woojin?
Yang benar saja. Ia tutupi sekujur tubuhnya dengan selimut tapi sebentar kemudian menyibaknya lagi.
Ia berguling-guling di kasur lalu kemudian bangun. Ia mondar-mandir di kamar lalu tiduran lagi. Begitu terus berulang.
Sepertinya ia akan terus gelisah sepanjang malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower | PWJ✔
Short Storybe bright, be cheery, be bold and big.. come be the sunflower..