duda atau om-om ♦

1K 147 100
                                    

"[Y/N]," suara rendah Gakushuu membuat bulu [Y/N] meremang, bulu kuduk.

"Kenapa?"

Gakushuu memeluk adiknya itu dari belakang, menghentikan paksa aktifitas yang adiknya lakukan; menggambar alat reproduksi.

Kelas 3 SMP memang mempelajari ini, kok! Materi KTSP, nggak tahu yang kurtilas belajar apa.

"Kau nanti mau melanjutkan sekolah kemana?" Setelah beberapa detik yang hanya diisi deru nafas keduanya, Gakushuu bertanya.

"Hng? Entah, aku belum terpikirkan." Mengendikan bahu cuek, "Mungkin Seirin."

"Nggak mau ke Rakuzan?"

"Nggak."

"Kenapa?"

"Ada Akashi-senpai, nanti aku anemia gara-gara mimisan tiap hari liat muka dia."

'Melihat Karma senyum saja sudah tidak sanggup, tidak kuat.'

Sayangnya Gakushuu punya pendengaran yang super peka, perkataan [Y/N] barusan sukses membuatnya melepaskan pelukan yang terjalin sejak beberapa menit yang lalu.

"Apa?!"

"Enggak."

"[Y/N]," Gakushuu menarik kedua bahu adiknya, memaksa atensi terpusat padanya.

"Kenapa lagii?"

"Dia sudah punya orang lain."

♦♦♦♦

Maehara mendengus kesal, mendapati si cowok merah baru saja duduk dihadapannya -setelah membuatnya menunggu selama dua jam- dengan cengiran kuda yang terpatri di wajahnya.

"Dasar homo."

Karma mengernyit, "Apa?"

Maehara menghela nafas, sambil menyembunyikan gondok tiga kilo, "Tidak. Itu kebiasaanku dengan [Y/N] yang lama, jika kami sedang kesal maka salah satu cara melampiaskannya adalah meneriaki orang lain homo atau lonte."

Kerutan di dahi Karma berangsur-angsur hilang, mulai mengerti apa yang dibicarakan Maehara.

"Kau terlihat dekat dengan [Y/N]," kata Karma tiba-tiba.

Maehara tersenyum usil, "Tentu saja, kami saling mengenal sejak kecil, sebelum dia diadopsi keluarga Asano, tentunya."

Karma tampak berpikir.

"Tumben sekali kau menanyakan perihal perempuan kepadaku?" Senyum usil itu berubah menjadi sebuah smirk.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, Maehara. Aku hanya berpikir dia bisa membantuku melupakan orang itu."

"Maksudmu?"

"Awalnya duniaku hanya milik orang itu. Setiap menit, detik, jam, tak pernah lepas dari pikiranku. Tapi saat kemarin-"

"Mungkin itu hanya perasaan sementara, Akabane. Jangan terlalu dipikirkan." Maehara mengotak-atik ponselnya, "Biasanya, jika seseorang sedang bosan atau tersakiti, mereka akan cenderung tertarik pada sesuatu yang baru."

Karma mengangkat kedua alisnya, "Aku tidak tersakiti,"

Maehara terkekeh, "Berarti kau bosan. Setelah beberapa waktu, kau pasti menyadari bahwa sesuatu yang baru tidak selalu sesuai keinginanmu. Maka kau akan kembali lagi ke orang yang lama." Berdiri, merapikan kemeja putih yang sedikit kusut, "Aku pergi dulu,"

"Mau kemana?"

"Rumah Gakushuu."

"Mau bertemu [Y/N]?"

"Tidak, kubilang Gakushuu."

"Terserah,"

Maehara pergi. Meninggalkan Karma dengan pikiran yang tidak ia pikirkan. Lah terus apa dong.

♣♣♣♣

"Kenapa tiba-tiba?" Maehara menyandarkan punggung -yang biasanya dicakar, kucing, -ke sofa yang ada di ruang tamu keluarga Asano.

Gakushuu memijat pelipis, "Aku hanya berkata pada adikku, bahwa ia pindah ke kelas E untuk menjalankan tugas dari ketua dewan, bukan untuk jatuh cinta. Apa itu salah?"

Maehara memutar bola matanya, "Kenapa hari ini aku dijadikan pojok curhatan, sih?" Menopang dagu, atensi terfokus pada si lelaki violet, "Jatuh cinta itu bukan sesuatu yang  direncanakan."

Gakushuu menggaruk tengkuknya pelan, "Yah, memang aku yang salah."

Maehara mengangguk, "Sudah minta maaf?"

"Sudah. Tapi dia minta yang aneh-aneh, seperti yang kau tahu."

Maehara terkekeh, "Minta apa dia?"

"Hiroto kepo." Si perempuan yang menjadi bahan gibah para kaum Adam akhir-akhir ini muncul dari anak tangga terakhir yang menghubungkan ruang tamu dan kamar yang terletak di lantai atas.

"Jangan dengarkan Gakushuu, dia ditaburi biji wijen." [Y/N] duduk samping Maehara. Penampilannya yang agak mirip gembel depan apotek sukses membuat Maehara mengernyit heran.

"Kau berantakan sekali,"

"Ini hari Minggu."

Maehara cengo, that's extremely specific.

Merasa eksistensinya sudah tidak diperlukan bagi kelangsungan hidup dua makhluk yang ada di hadapannya kini, Gakushuu melenggang pergi. Menyambar gitar yang terletak di pinggir televisi, berniat menghibur diri.

"[Y/N]," Maehara memegang bahu si perempuan.

"Hng?"

"Kalau kau disuruh memilih om-om atau duda, mana yang akan kau pilih?"

[Y/N] mengernyit, nggak ada pilihan yang agak normal apa.

"Kalau om-om nya semacam Levi Ackerman- aku mau saja." Cengiran mengembang.

"Hmm, begini," Maehara memegang dagunya, "Jika diibaratkan Gakushuu itu duda yang sayang tulus padamu, sementara Karma itu om-om yang bisa membahagiakanmu, karena ia punya segala yang kau inginkan, kau akan pilih siapa?"

"Apa-apaan," [Y/N] terkekeh, "Ternyata Hiroto ingin mencoba buka jasa biro jodoh, ya? Zaman sekarang jarang yang ikut begituan, Hiroto. Tapi apa kau minat ikut MLM? Aku punya barang bagus, loh!"

Poker Face.

Maehara bingung sendiri. Apa ia pergi ke Thailand saja untuk operasi kelamin- alias cabut titit- agar bisa menjadi sosok perempuan yang selalu benar dan tidak bisa dibantah?

"Yang kuinginkan belum tentu yang kubutuhkan, aku memilih yang sudah pasti saja." [Y/N] berdiri, "Lapar tidak? Mau kubuatkan sesuatu?"

Tersenyum, Maehara mengangguk "Apa saja, aku kebetulan sedang lapar."

[Y/N] mengangguk, "Oke!"

Berjalan menuju dapur, mulut menyanyikan sebuah lagu yang agak mengusik ketenangan jiwa kemanusiaan Maehara.

"Bucigeng-Bucigeng!"

♦♣♥♠

A/N : /disiram air keras/
Hari Minggu yang agak membosankan, okedeh. Next chap bakal ada bakar-bakaran di kelas 3E! :v see you tonight!

escape. | karmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang