waktunya karma ♥

1.2K 175 94
                                    

Author's Point of View

Semua pasang mata membulat, bahkan banyak perempuan yang sampai menutup mulut, bau.

Pasalnya, setelah dikejutkan dengan seorang murid baru yang tampak sangat akrab dengan koro-sensei (bahkan gurita itu memanggilnya dengan nama depan), yang juga bermarga Asano, lalu memanggil koro-sensei dengan sebutan Shin-chan, kini [Y/N] berhasil memutuskan dua tentakel yang dimiliki makhluk itu. Hanya dengan menggunakan sebilah cutter.

Tentu saja, cutter yang digunakan telah dilapisi bahan khusus. Gerakannya yang terbilang sangat cepat bahkan sampai membuat seorang murid yang diketahui bernama Nagisa Shiota berdiri sambil menggebrak meja.

[Y/N] tersenyum sinis, "Ayolah, aku tadinya hanya berniat memutuskan satu tentakelmu."

Wajah gurita itu berubah warna menjadi kuning-hijau, dengan tawa khasnya ia menepuk pipi [Y/N] beberapa kali, "Kau akan mudah beradaptasi disini, percayalah padaku." Tanpa diduga ia berbisik pelan.

Namun tidak cukup pelan untuk tidak didengar murid lain.

"ADA APA SEBENERNYA?!" Seorang perempuan bersurai hijau dengan kuncir dua berteriak, tidak mengerti keadaan sekarang.

"Butuh waktu lima belas tahun untuk menceritakan semuanya," sahut [Y/N] tiba-tiba.

Maehara mendengus di keheningan, "Tentu saja, kau menceritakannya dari awal kau terlahir." Disusul kekehan Chiba.

"Berisik, Hiroto." [Y/N] memasang wajah kesal. Ekspresi yang hanya akan dimengerti oleh orang-orang terdekatnya.

Menyiratkan arti aku merindukanmu.

[Y/N] berjalan dengan santai (lagi) ke kursi kosong yang ada di belakang, lebih tepatnya disamping Terasaka dan lelaki bersurai crimson yang tadi sempat bersinggungan mata dengannya selama beberapa sekon.

"Resleting-mu terbuka." Celetuk [Y/N] yang baru mendudukkan dirinya di kursi yang akan ia tempati selama setahun kedepan itu. Pandangan lurus menatap Terasaka, dagu sedikit terangkat tak lupa seringai yang terpatri di wajahnya.

Wajah Terasaka memerah, kepala langsung menunduk. Tidak mendapati adanya benda aneh apapun, ia mendongak dengan sebelah alis terangkat.

"Resleting tas-mu. Aku tidak berkata resleting celana. Pikiranmu jorok sekali." Kata [Y/] sarkas.

Orang-orang dengan radius dengar yang tercapai menahan tawa, menyamarkannya dengan kekehan, dengusan, bahkan ada yang pura-pura batuk.

Akabane Karma terkekeh spontan, menarik perhatian si perempuan yang sering mendapat julukan juragan bokep selama di Torbay.

Kala ia menengok, mata lelaki itu menyipit, akibat kekehan spontan yang berlanjut tawa.

'Anying ganteng.'

Bel istirahat berbunyi. Beberapa murid yang berniat basa-basi dengan [Y/N] terpaksa menahan niat mereka sebentar. Pasalnya, Maehara langsung berlari dan memeluk [Y/N] sebelum mereka menyapa [Y/N]. Bahkan Chiba memandangi [Y/N] lekat sambil tersenyum tipis.

"Jangan lama-lama, kita jadi bahan tontonan, tuh." Kata [Y/N] sambil mengusap surai oranye Maehara pelan. Tinggi mereka terpaut lima sentimeter, sementara posisi sekarang ialah Maehara menenggelamkan kepalanya di bahu [Y/N].

Mendongak, menatap mata [Y/N] lekat-lekat. Tatapan melembut, beralih pada pasang-pasang mata yang tengah menyaksikan mereka berdua. Cengiran kuda terbentuk, sepasang tangan Maehara masih menempel di pinggul [Y/N].

"Maaf, ya. Aku hanya merindukan kimcil satu ini." Kemudian ia kembali memeluk [Y/N] erat, tak berniat barang sedetikpun melonggarkan kedua tangannya.

Lah ini cowok napsu apa gimana.

Karma's Point of View

Tidak aneh.

Maehara itu playboy, mungkin perempuan itu salah satu pacarnya.

Tapi yang satu ini aneh.

Kejadian barusan sedikit-banyak mengganggu hati nurani-ku sebagai seorang manusia.

Kalau sekarang Nagisa sedang bersamaku, pasti ia menyadari keresahan yang aku rasakan. Entah kenapa, aku memilih menyenderkan punggung ini di pohon besar yang ada di hutan. Kejadian dua jam yang lalu sungguh mengusikku.

Keadaannya berbeda saat Itona menjadi bagian dari kelas kami, maksudku-dia itu laki-laki.

Sudah kubilang, aku tidak homo.

Insya Allah.

Ditambah tatapannya saat aku tertawa saat insiden (bukan) titit-terasaka tadi. Mungkin dia menyukaiku? Entahlah, aku ini memang ganteng.

Kira-kira apa yang membuatku resah? Sepertinya aku penasaran dengan perempuan itu, habisnya dia nyentrik. Perempuan pertama yang berhasil memutuskan dua tentakel gurita itu.

Dia aneh. Tapi itu yang menjadi daya tariknya.

Suara hembusan nafas seseorang terasa hangat di pipi-ku. Bahu kanan terasa berat, ada rambut seseorang yang menggelitiki leher. Mata yang sudah lama terpejam terpaksa kubuka perlahan.

"Tak usah memikirkanku sebegitunya." Perempuan itu berbicara dengan mata tertutup. 

"Tahu darimana aku memikirkanmu?"

[Y/N] tersenyum. Aduh, manis lagi.

"Kepo."

Aku menjatuhkan kepalaku ke kepala miliknya, hidungku terbenam di surai [H/C] nya. Kami bahkan baru mengetahui nama satu sama lain, tidak lebih.

Mungkin, dia orang yang tidak suka berbasa-basi dalam segala hal. Spontan, masalah resiko nanti aja.

Tipe orang yang tidak suka mengawali suatu hubungan, pun mengakhiri. Hanya menyukai inti. To the point.

Entah, aku hanya mengikuti alur yang orang ini buat saja.

"Kau kenapa bisa ada disini?"

"Hanya ingin berjalan-jalan." [Y/N] memandang lurus, "Kau dekat dengan Gakushuu ya?"

Alis Karma tersangkat, "Tidak juga, justru dia itu rival-ku dalam hampir segala bidang. Kenapa?"

[Y/N] Tidak membalas, hanya tersenyum simpul, "Seorang rival itu sebenernya salah satu orang terdekat untuk siapapun,"

Karma mengernyit, "Aku tidak homo."

"Siapa yang bilang kau homo?"

♠♥♣♦

escape. | karmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang