Unknown Feelings

128 19 24
                                    























Aku tidak tahu.

Aku ini cinta karenanya,

Atau karena aku melihatnya sebagai Yoongi, biasku?

Aku mengaku bahwa dulu, aku menganggapnya sebagai Yoongi.

Tapi, mengapa sekarang aku menjadi aneh?

Aku merasa jahat dengannya.

Sangat jahat.

Aku rasa, sebaiknya aku mundur akan perasaanku ini.





Tapi,

Saat aku satu kelompok belajar dengannya, aku baru merasakan yang namanya dijauhi.

Aku pula merasakan yang dinamakan cemburu(kurasa).

Iya, saat itu temanku menyentil keningnya.

Aku hanya bisa menatapnya yang meringis dan diam.

Dan temanku yang memarahinya.

Sakit.

Sangat sakit.

Aku harus menjauh.

Harus.

Tapi perasaanku seakan tidak mau hilang.

Aku takut jika aku melihatnya sebagai orang lain.

Aku sebaiknya berhenti.

Terima kasih atas kenanganmu, Jihoon-ah.

Ah, seandainya ini bisa dibaca olehmu, aku hanya ingin mengatakan bahwa―

―aku suka senyumanmu.

Aku suka tawamu.

Aku suka tubuh mungilmu.

Aku suka candaanmu.

Aku suka saat kau memanggilku.

Tapi, hatiku sakit saat kau tidak memanggil nama kecilku.

Dan saat aku berharap kau memanggilku dengan nama kecilku,

Tuhan mengabulkan permohonanku dalam waktu dekat.

Senang?

Sangat.

Aku menyukai dirimu.

Kurasa.

Aku tidak tahu.







Aku terusik dengan kebisingan para murid di kelas saat mengerjakan latihan matematika.

"Ya! Bisakah kalian diam!"

Hhh, aku membenci seseorang yang berisik dan tidak menyadarinya seakan-akan dunia hanya miliknya seorang.




Saat itu, aku memutuskan untuk membencinya.

Tetapi, perasaan membenciku mulai runtuh saat ia ke sekian kalinya duduk disebelahku.

Oh ayolah! tempat duduk sudah diacak dan dia jauh dariku.

Tapi dia masih saja gencar duduk disebelahku.

Entah mau menyontek atau mau dekat dengan temannya.




"Jisoon-ah,"

Aku menengok ke arahnya.

"Jawaban nomor 11 apa?"

Aku menjawabnya karena ini bukan tugas melainkan membahas bersama-sama.

"C,"

Hampir saja aku diam melihat wajahnya.

Tahan Jisoon-ah! Kau harus berhenti!

Dia terus-menerus bertanya dan membuatku mau tidak mau harus menjawabnya.

Aku tidak kuat.

Wajahnya membuat pertahananku runtuh untuk kesekian kalinya.




Jihoon-ah,

Kurasa, aku salah menganggapmu menyukaiku.

Aku akan menunggumu sampai kau menyukaiku.

Tidak, tidak.

Sampai kau cinta padaku.

Aku berharap agar perasaanku tidak berubah sampai dewasa.



Beda dengan yang lain.

Aku tidak ingin kau tahu perasaanku.

Kau pasti risih dan menjauhiku jika kau tahu perasaanku.

Aku pasti akan merasa bosan suatu saat.

Tapi bukan sekarang.









Perasaan benciku sudah melebihi rasa sukaku padamu.

Benciku bagaikan enam puluh persen.

Rasa sukaku bagaikan empat puluh persen.


Jihoon-ah,

Aku sudah menyerah menyukaimu.

Tapi aku masih mau menunggumu.

Aku tahu ini aneh.




Kuharap,

Dirimu dan kepribadianmu tidak berubah.




Aku sudah merasakan sakit hati.

Aku sudah merasakan cemburu.

Aku tahu bahwa ini hanya cinta anak remaja.

Aku hanya tidak ingin kenangan ini hilang bersama kenangan yang lainnya.

Jihoon-ah,

Semoga kita bisa bertemu di masa depan.

______

Cukup Tau ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang