Part 17 - Sad Story

135 14 18
                                    

     Suasana dingin membuat diriku terbangun dari tidurku. Gelap. Aku memeluk tubuhku dan melihat sekitar. Ternyata aku ketiduran di tempat lubang ini. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur, yang pasti aku harus meninggalkan tempat ini.

Hal pertama yang kulakukan yaitu melihat situasi dari luar lubang.

Sepi.

Tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk itu.

Aku beranjak dari sana. Kakiku memulai dengan langkah perlahan, setelah merasa diriku aman, kini aku melangkahkan kakiku agak cepat untuk menyusuri terowongan.

Aku berhenti saat berada dekat tikungan. Tubuhku merapat ke dinding, jaga-jaga kalau saja ada musuh. Aku mengintip sedikit, betapa leganya diriku saat melihat terowongan itu kosong. Aku kembali berlari.

Tak terasa aku sudah berlari sekitar 30 menit dan aku tidak menemukan jalan keluar. Beberapa kali aku berhadapan dengan musuh dan aku bisa lolos bersembunyi dari mereka. Tentu mereka tidak melihatku, jadi situasi saat ini aman. Mereka nampaknya tidak mencari keberadaanku kemarin.

Aku berjalan mengendap-ngendap, pikiranku melayang ke arah perutku yang kelaparan. Aku butuh makanan sekarang. Apalah daya ada dua opsi kematian untukku yaitu mati karena dibunuh dan mati karena kelaparan.

"Argh!"

Langkah kakiku terhenti saat mendengar erangan tersebut.

Bugh

"Arghhh!"

Suara itu kembali muncul diiringi suara cambukkan. Bukannya lari, aku malah terdiam di tempatku. Itu suara orang yang sedang tersiksa. Sebenarnya aku ingin segera lari, takut jika aku jadi korban berikutnya. Tapi, hatiku mengatakan untuk melihat adegan tersebut meski hanya sekilas. Cukup gila memang.

Aku memantapkan hatiku terlebih dahulu, setelah siap aku kembali berjalan mengikuti suara rintihan yang semakin keras. Jantungku terus saja berdegub dengan kencang, oke kuakui aku cukup takut.

"Arghhhhh! Ampunnn!"

Mataku mengintip di balik tembok, sekarang terlihat jelas. Disana tiga makhluk mengerikan seperti kemarin sedang mencambuk satu makhluk yang sejenis dengan mereka. Tubuhnya penuh luka, ia terlihat begitu kesakitan. Aku jadi merasa kasihan.

Aku jadi berpikir kenapa ia bisa tersiksa seperti itu? Kesalahan apa yang telah ia perbuat?

Tak lama tiga makhluk itu pergi, meninggalkan makhluk yang dikurung dengan tubuh terluka parah. Aku masih terdiam disana, memikirkan apa yang harus kulakukan berikutnya. Sampai saat ini aku tidak menemukan celah untuk keluar dari tempat ini.

"Hei kau yang bersembunyi disana."

Otomatis aku kaget setengah mati, makhluk itu mengetahui keberadaanku. Aku sudah berniat untuk lari kalau saja mulutnya itu berteriak untuk memberitahu keberadaanku sekarang ini.

"Tak perlu lari, aku tidak akan memberitahu ke lain."

"Oh ya?"

"Percaya padaku, uhukk...uhukkk." makhluk itu batuk darah.

Aku menghampirinya dengan rasa takut yang melanda. Tubuhnya yang terluka semakin jelas, aku langsung meringis kasihan.

"Hei...kenapa kau disiksa begitu?" Aku bertanya kepadanya.

"Ceritanya panjang. Lebih baik kau kabur dari sini sebelum mereka menangkapmu."

"Aku sudah kesana kemari mencari jalan keluar, tapi aku tidak menemukannya. Dan sekarang aku kelaparan. Mungkin aku akan mati disini dalam keadaan mati di bunuh atau mati karena kelaparan," ucapku pasrah.

Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang