Part 10 - Tumbal

189 43 41
                                    

Aile POV

   Menghela nafas berat, kulangkahkan kakiku dengan sekuat tenaga untuk berjalan. Rasanya kakiku terikat oleh rantai yang berpuluh-puluh ton. Entah kenapa mereka terlihat biasa-biasa saja dan tidak terlihat letih. Oh ayolah, ini sudah 1 jam kami berjalan untuk mencari rumah Lauren tapi sampai sekarang kami tidak dapat menemukannya. Aku lelah dan ingin istirahat!

Aku berhenti mendadak, membuat Demelza memandangku bingung dan Brish ikut berhenti karena ia berada di belakangku. Chris yang merasa tidak mendengar langkah kami, menoleh kearah belakang.

"Kenapa berhenti?" tanya Chris bingung, sontak mata mereka menyorotku termasuk Lofwy dan si kuda.

"Aku 4Le!" teriakku.

"Huh?!" mereka memandangku semakin bingung. Aduh santai aja mukanya, gak usah gitu juga.

"Lelah, letih, lesu, lemas!" ucapku malas. Lantas aku duduk di atas bebatuan sambil mengambil botol air di dalam ranselku.

"Merepotkan." Chris menatapku tajam. Aku memandangnya malas dan langsung meneguk air yang terasa menyegarkan. Biarkan saja mereka menganggapku seperti itu, aku tidak peduli. Sekarang, yang aku butuhkan hanya istirahat. "Ayo kita lanjutkan, tinggalkan bocah payah ini."

Chris tersenyum licik kearahku, dasar manusia purba jahanam. Brish dan Demelza memandangku dengan wajah yang seolah mengatakan 'ayo bangun, kita lanjutkan perjalanan'. Enak saja, kakiku tidak bisa dipaksa begini. Kakiku juga punya perasaan. Aku tuh nggak bisa diginiin!

"Bisakah kita beristirahat sebentar? Ini sungguh melelahkan." kataku dengan wajah yang dibuat-buat. Demelza merasa iba kepadaku, ia menoleh kearah Chris seolah meminta persetujuan untuk beristirahat sebentar. Chris yang berwajah datar bak tembok itu menggelengkan kepalanya.

"Kita hampir sampai, jadi bertahanlah sebentar lagi." ucapnya dengan nada yang menyebalkan. Tiba-tiba ide cemerlang muncul di otakku.

"Baiklah, kalian bisa pergi meninggalkanku. Aku akan beristirahat dan memakan snack ini." kemudian, kukeluarkan jurus andalanku yaitu snack rasa balado. Demelza dan Brish langsung menatap snack ini dengan wajah kelaparan. Aku membuka bungkusnya perlahan dan membuat suara yang begitu menggiurkan. "Kenapa kalian belum pergi? Ah...aku tahu, kalian ingin mencicipi ini kan? Kemarilah bagi yang menginginkan." tawarku sambil tersenyum manis.

"Ah, aku mau." Brish langsung duduk di sebelah kiriku. Demelza tersenyum malu-malu dan duduk di sebelah kananku. Aku mengangkat daguku dengan angkuh kearah Chris. Lihat, siapa yang berkuasa disini. Apakah manusia zaman purba atau manusia zaman modern?

Dapat kulihat Chris kalah telak. Ia berdengus kesal dan duduk berjauhan dari kami, ya hanya sendirian. Para binatangpun mendekat kearahku. Kami makan snack dengan riang, sekali-kali aku melirik Chris dengan wajah mengejek. Ia langsung memalingkan wajahnya. Astaga, kenapa aku merasa bahagia seperti ini? Aile, saat ini kau mencetak skors 1 : 0. Menakjubkan!

"Apa kalian sudah puas makan-makannya? Jika kalian masih ingin bersama bocah payah ini, dengan senang hati aku akan pergi sendiri." Chris bangkit berdiri dan mulai melangkahkan kakinya pergi. Brish dan Demelza buru-buru bangkit dan mengikuti Chris sambil menggiring kudanya. Aku ditinggal bersama Lofwy si unicorn. Dapat kulihat Chris melirikku seakan mengatakan 1 : 1 dengan wajah menyebalkan.

"Jangan melihatku seperti itu." ucapku saat melihat Lofwy menatapku aneh. Terpaksa aku bangkit berdiri mengikuti mereka diiringi Lofwy.

Tak lama kemudian, kami menemukan sebuah rumah agak besar tapi kuno. Di sekelilingnya dipenuhi tanaman-tanaman aneh yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Pohon-pohon besar juga nampak menyeramkan. Di samping rumah itu terlihat seorang nenek sedang menanam benih tanaman. Aku menghampirinya dengan menarik tangan Demelza untuk menemaniku.

Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang