Part 20 - Dangerous market

211 19 19
                                    

     Riuh pikuk pasar sudah terdengar dari kejauhan. Cukup besar tempatnya, namun terasa menakutkan. Bagaimana tidak, tempat ini perkumpulan orang yang tidak normal. Mereka adalah orang yang ingin mempersiapkan bekal hidup untuk menuju ke gerbang-gerbang. Tujuan mereka bermacam-macam, meski tujuan mereka sudah dilarang keras oleh para penghuni di luar gerbang. Penampilan mereka juga tidak seperti orang biasanya. Jika sudah berada disana, semua orang sudah dianggap musuh. Tidak ada yang namanya menjalin pertemanan.

"Tempat yang menarik." Seorang pria mengeluarkan smirknya. Matanya menjelajah sekitar, berharap ada sesuatu yang membuatnya terkesan. "Wah," mulutnya membulat setelah melihat wanita cukup cantik berpakaian minim duduk di depan sebuah tempat.

"Apa kau ingin mencari wanita penghibur?" Kata-katanya pelan, namun sangat menusuk. Pria itu menoleh ke arah gadis di belakangnya, ia memberikan senyuman semanis mungkin.

"Mana mungkin aku tertarik padanya, jika ada kau yang lebih manis disini." Ia mengangguk meyakinkan diri.

"Maaf, kau bukan tipeku." Ujarnya ketus.

"Ah, kapan sih kau mengakuiku?" Pria itu menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan. Ia menghembuskan nafas pelan, seakan lelah dengan kebohongan dari gadis itu.

"Ini sudah pagi, bangun! Jangan kebanyakan mimpi."

Helaan nafas terdengar berat di belakang mereka berdua. Tidak ingin mendengar perdebatan lebih jauh, seorang pria menjauh dari mereka. Lama-lama disana membuatnya tidak tahan. Lagipula mereka berdua sekarang menjadi tontonan gratis, ia tidak mau terlibat. Pria itu beralih menuju penjual bahan-bahan makanan yang bisa bertahan lama.

"Ah, dimana Tuan?!" Pria itu menghentikan perdebatannya saat tuannya tidak terlihat lagi di sekitar mereka.

"Ini gara-gara kau." Gadis itu pergi meninggalkan pria yang kebingungan mencari tuannya. Sibuk berdebat, ia jadi lupa tujuannya kesini.

"Elza, tunggu aku!"

Tepat. Mereka adalah Chris, Brish, dan Demelza. Kini mereka berada cukup dekat dengan gerbang satu. Mereka mencari bahan makanan dan alat untuk bertahan hidup pada perjalanan selanjutnya. Banyak rintangan yang sudah mereka lewati hingga mereka sampai disana.

Chris memakai jubah hitam dan menutup kepalanya dengan hoodie. Ia tidak ingin seseorang mengenali dirinya. Demelza dan Brish memakai pakaian seperti biasanya. Ia tidak peduli jika identitas mereka diketahui musuh. Cukup bersama sudah membuat mereka tak terkalahkan.

"Ah...tuan!"

Demelza menemukan Chris yang sedikit kebingungan memilihkan bahan, gadis itu dengan senang hati merekomendasikan bahan yang lebih dibutuhkan. Chris melirik Demelza yang serius memilih bahan-bahan tersebut, memang ia dapat diandalkan.

"Aku akan mengandalkanmu."

"Hn." Seulas senyuman keluar di bibir manis Demelza, ia senang jika bisa menjadi orang yang berguna bagi tuannya. Selama bersama dengan Chris, pria itu jarang bicara dan selalu terlihat serius. Sekarang pria itu berbicara padanya, ditambah pujian pula. Andai ada Ailee, Chris pasti menjadi orang yang banyak bicara.

"Aish...pemandangan apa itu." Brish berdesis melihat Demelza yang berubah manis jika berhadapan dengan Chris. Brish yang tidak mengerti bahan makanan beralih menuju alat-alat yang diperlukan nantinya.

BRUK

Seorang pria menjatuhkan karungnya dekat Demelza dan Chris. Tiba-tiba tatapan pria itu bertemu dengan manik mata Chris yang tajam. Pria itu buru-buru mengambil karung itu kembali, dan melangkahkan kakinya untuk pergi. Chris merasa curiga apa isi dari karung tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang