• Bintang 3 •

122 15 3
                                    

Kita ada di cerita yang sama
Tapi, apakah Tuhan menakdirkan kita untuk menjadi happy ending di dalam cerita itu
-------------------------------

Seorang laki laki berjalan sambil mengelap bulir keringatnya dengan sebuah tisu. Dirinya menjadi pusat perhatian saat memasuki kantin, jika boleh jujur sebenarnya dia agak risih dengan keadaan seperti itu, tapi seperti biasa dia akan bersikap tidak perduli dengan semua itu. Dirinya segera mencari teman - temannya, sekarang sudah jam istirahat, dirinya yakin teman - temannya pasti sudah ada di kantin ini.

"Revan !!!" seseorang berteriak memanggil namanya. Revan segera menoleh ke sumber suara dan mendapati Kevan yang sedang duduk di meja paling ujung di kantin. Revan segera berjalan ke arah mereka.

"Babang Revan gimana keadaannya ?" Arkan berbicara seakan mereka sudah tidak bertemu puluhan tahun.

"Ngga baik kabar gue!" Revan segera duduk di samping Kevan dan langsung mengambil OJ yang ada di meja mereka, tak perduli minuman itu milik siapa.

"Ngga baik sih, ngga baik! Tapi, jangan OJ gue dong yang kena sasaran!" marah Rio kepada Revan. Tapi, Revan tidak perduli dengan Rio karena yang terpenting sekarang adalah menghilangkan rasa hausnya.

"Pelit lu! Nih, ngga doyan gue " jawab Revan sambil mengembalikan OJ milik Rio.

"Ngga doyan tapi habis! Ngga usah ngomong lu!" Rio menjawab sambil meratapi OJ yang ia beli dengan penuh perjuangan, kini telah habis tak tersisa.

"Gue ngga doyan, tapi haus " Revan menjawab diiringi dengan kekehan.

"Gimana rasanya dihukum sama Bu Titin ? " tanya Kevan kepada Revan.

"Gilaaa parah abisss! Tuh guru ngomel ke gue aja udah termasuk hukuman. Eh, ditambah lagi gue disuruh keliling ke kelas 10 pake kalung yang tulisannya ' Jangan Telat, Berat. Nanti kamu dihukum. Biar Aku Saja '. Diketawain gue setiap masuk kelas mereka, dikira gue Dilan apa pake kata - kata kaya begitu ! " Revan bercerita dengan nada yang penuh emosi, dan hal itu membuat teman - temannya tertawa karena mimik muka Revan yang ingin meluapkan emosinya pada Bu Titin tapi tak bisa.

"Lu Dilan kok, Dilan tahun 2018. Nanti deh gue bikin filmnya, " ucap Arkan yang diiringi dengan tawanya.

"Judulnya ? " tanya Kevan kepada Arkan.

"Dilan....... da Musibahh. Hahahahaha.." jawab Arkan yang terus tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa terus.

"Boleh juga tuh, hahahha... " Rio yang seakan setuju dengan ide Arkan. Mereka tak habis - habisnya mengerjai Revan. Tak terbayang bagaimana muka Revan saat itu.

"Sialan lo ! " jawab Revan sambil melempar gulungan tisu yang berada dihadapannya.

"Bercanda elahhh Van! Jangan marah dong Dilan, nanti milea takut. " Arkan kembali meledek Revan dengan ucapannya itu.

"Udah ah, kasian si Revan!" Kevan menengahi sambil menahan ketawa karena muka melasnya Revan.

Revan yang sedang kesal segera membuang muka ke arah pintu kantin. Matanya tak sengaja bertubrukan dengan mata milik seorang gadis yang berada di pintu kantin, sepertinya gadis itu sedang mencari temannya. Entah mengapa dirinya merasa pernah bertemu gadis itu sebelumnya tapi dimana ?

"Revan! Lu ngeliatin siapa sih ?" tanya Kevan kepada Revan. Kevan segera memusatkan matanya ke arah yang sama, yang sebelumnya ditatap oleh Revan.

"Lo... tau siapa cewe yang berdiri di pintu kantin ? "Pertanyaan Revan itu mampu membuat Rio dan Arkan yang sedang mengobrol segera menatap ke arah Revan dan kemudian menatap pintu kantin.

"Ohh.. Itu mah si Alina," jawab Kevan. Dia yang barusan melihat gadis itu segera memberitau Revan saat bertanya tentang gadis itu.

"Lo kenal ?" tanya Arkan kepada Kevan.

"Nggak terlalu kenal sih, cuma beberapa kali gue denger si Aldo ngomongin soal Alina dan pas itu kebetulan Alina lewat di depan kelas kita. Jadi gue bisa tau yang namanya Alina. " jelas Kevan kepada mereka.

"Emang Aldo pernah ngomongin soal Alina ? Perasaan gue ngga pernah denger deh! " Rio bertanya kepada Revan dengan raut wajah kebingungan, Rio yang notabenya teman sekelas serta teman sebangkunya Kevan tidak pernah mendengar Aldo membicarakan Alina.

"Gimana Lo mau tau! Dikelas aja kerjaan lo cuma tidur sama main ML, " jawab Kevan dipenuhi dengan kekesalan dengan sikap teman sebangkunya itu.

"Pantesan lu ngga pinter - pinter Rio" kata Arkan kepada Rio dengan raut wajah yang menjengkelkan.

"Yeuu.. Paling juga sikap lu di kelas sebelas duabelas sama sikap gue! " ketus Rio.

Revan tak memerdulikan perdebatan teman - temannya lagi, dirinya hanya fokus kepada satu hal, yaitu iris cokelat dan sebuah senyuman manis milik seorang gadis yang bernama Alina itu. Senyuman dan iris cokelat yang gadis itu miliki mengingatkannya pada seorang gadis yang dulu pernah hadir di dalam hidupnya, yang dulu pernah menjadi sebagian dari nafasnya, yang dulu pernah menjadi sebagian dari hidupnya, tapi tidak tau bagaimana dengan sekarang.

------------------------

Hai Readers....
Gimana sama ceritanya ? Nyambung ngga ? Feelnya dapet ngga ? Masih bingung ya sama Alina sama Revan ?
Kalo mau tau jawabannya ikutin kisah mereka terus ya...
Maaf masih banyak yang typo

Jangan lupa vote dan comentnya ya ......

Salam :)
Putri_julia

•Kevan Bagaskara Pattinson •

•Kevan Bagaskara Pattinson •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AlvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang