• Bintang 7 •

30 4 0
                                    

Kau berikan aku satu kata
Satu kata penuh warna
Satu kata penuh rasa
Dan satu rasa penuh nestapa

********

"Woyy..." suara itu mengagetkan Revan dari lamunannya.

"Astagfirullah Kevan ! Bikin kaget gue aja lo," sahut Revan sambil mendorong Kevan.

"Lagian lo dari tadi gue panggil ngga nyaut - nyaut " jawab Kevan. " lagi mikirin apasih ?"

"Kepo lo ! " Revan menjawab pertanyaan Kevan sambil tertawa.

Kevan meneliti wajah sahabatnya itu. Ada kesedihan dibalik tawa Revan, dan Kevan bisa melihat hal itu dari mata Revan.

"Cerita sama gue, jangan suka mendem sesuatu sendiri. Ngga baik loh," ingat Kevan. Revan hanya tersenyum.

"Kejadian dua tahun lalu udah ngebuat lo nyesel kan sekarang ? Udah berapa kali gue ingetin sama lo tentang keputusan lo saat itu, tapi lo nya malah maksa" perkataan Kevan membuat Revan memandang satu objek didepannya.

"Bener ya kata orang, penyesalan itu selalu datang terlambat. Dan gue baru ngerasain hal itu sekarang," sahut Revan.

"Semuanya belum terlambat. Lo masih bisa mencoba kalau lo mau, " tawar Kevan. Dan tawaran itu membuat Revan tertawa miris.

"Dengan resiko hati dia yang akan sakit lagi ? Gue ngga bisa, udah cukup selama ini gue bikin dia menderita " tawaran itu ditolak mentah - mentah oleh Revan.

"Kalo gitu buka hati lo. Buka hati lo buat cewe lain diluar sana, gue yakin lo akan dapat cinta yang sama besar dengan apa yang lo rasain saat ini, " saran dari Kevan membuat Revan diam tak bergeming.

Gimana bisa aku lupa sama kamu ? Kamu yang ngajarin aku apa arti cinta yang sesungguhnya. Dari kamu aku tau, bahwa cinta sejati itu ada, batin Revan sedang berperang saat ini. Mana yang harus ia dengarkan ? Mana yang harus ia lakukan ? Rasanya Revan ingin hilang saja dari muka bumi ini.

******

Revan berjalan menyusuri koridor sekolah, sambil memikirkan perbicangannya dengan Kevan semalam. Entah kenapa untuk melupakan seseorang yang sudah singgah dihatinya, tidaklah mudah.

Saking sibuknya dia memikirkan pendapat Kevan semalam, dia hampir saja melupakan kemana tujuannya saat ini. Ruang perpustakaan, dirinya disuruh oleh Bu indah untuk mengambil buku Matematika.  Segera dia berbelok ke kanan untuk menuju ruang perpustakaan.

"Permisi Bu," sapa Revan sopan kepada penjaga perpustakaan.

"Iya, ada yang bisa saya bantu nak ?" tanya penjaga itu kepada Revan.

"Saya disuruh oleh Bu Indah untuk mengambil buku paket Matematika Bu," jawab Revan.

"Ohh, yaudah silakan kamu cari dirak ketiga disebelah kanan saya ya" perkataan penjaga itu membuat Revan langsung melangkah nenuju rak yang disuruh.

"Aduh," suara ringisan kecil itu terdengar disekitar Revan. Karena penasaran, akhirnya Revan memutuskan untuk melihat apa yang telah terjadi.

"Lo, cewe yang kemarin kan ?" tanya Revan setelah melihat orang yang meringis tadi.

"Iya ka " jawab orang itu pelan. Revan tersenyum dalam hati, dia rasa dunia ini terlalu sempit. Sehingga dia bertemu lagi dengan cewe yang menolongnya kemarin.

"Lo kenapa ?" tanya Revan lagi. Sementara yang ditanya malah diam tak bergeming.

"Lo butuh bantuan ?" tanya Revan sekali lagi. Dan jawaban dari cewe itu sama, hanya diam. Setelah Revan lihat rak buku dan ukuran tubuh cewe itu, dia baru mengerti apa yang terjadi.

"Lo tadi kepentok sama rak ? " tepat, pertanyaan Revan dijawab dengan anggukkan kepala dari cewe itu. Revan menahan tawanya ketika melihat ekspresi malu dari wajah perempuan itu.

"Yakin, ngga perlu bantuan gue ?" tawaran Revan membuat perempuan itu bingung. Revan tahu, perempuan itu pasti memerlukan bantuannya. Tapi dia lebih memilih jawaban perempuan itu lebih dahulu.

Hanya diam yang dia dapatkan dari perempuan itu, akhirnya Revan memutuskan untuk pergi. Sepertinya saat ini perkiraannya salah.

"Yaudah kalo lo baik - baik aja. Gue duluan ya, " pamit Revan, dirinya langsung berbalik.

"Kak Revan " suara itu menghentikan langkah Revan. Baru dua langkah Revan berjalan, tapi perempuan itu sudah memanggilnya. Revan tersenyum tipis, sangat tipis, bahkan orang tak akan tahu jika dirinya sedang tersenyum saat ini.

"Ya ?" tanya Revan berpura - pura tak mengetahui.

"Tolong bantuin saya bisa ?" pertanyaan yang ditunggu Revan, akhirnya datang juga.

"Bantu apa ?" tanya Revan balik.

"Tolong ambilin buku paket bahasa indonesia ka, aku nggak sampai " Revan tersenyum geli melihat tingkah perempuan itu. Lucu. Itulah kata yang Revan deskripsikan kepada perempuan itu.

"Bilang dong, " sahut Revan. Revan segera mengambil buku yang dimaksud oleh perempuan itu.

"Makasih ya ka " ucap cewe itu sambil tersenyum.

"Sama - sama " jawab Revan. Merasa tugasnya telah selesai, dia juga tak ingin berlama lama. Akhirnya, dia memutuskan untuk pamit kepada perempuan itu.

"Yaudah, gue duluan ya. Lo mau bareng ngga ?" tawar Revan. Perempuan itu hanya menjawab dengan gelengan.

"Oke deh, " Revan segera berbalik pergi, tapi baru selangkah berjalan, langkahnya terhenti. Bukan karena perempuan itu memanggilnya, tapi karena ia melupakan sesuatu.

Dia pun kembali menoleh, dan masih mendapati perempuan itu masih melihat ke arah dirinya. Perempuan itu tersenyum malu, mungkin karena dia ketahuan memperhatikan seseorang secara diam - diam. Revan hanya mampu tertawa didalam hati kecilnya itu.

"Nama lo siapa ? " tanya Revan setelah mengingat sesuatu yang ia tadi lupakan. Hanya nama saja, tapi mampu membuat Revan penasaran.

"Ha ? Siapa ka ? " tanya perempuan itu lagi dengan lugu.

"Lo lah, " jawab Revan sambil tertawa. Perempuan itu ada - ada saja. Memangnya siapa yang Revan tanyakan selain perempuan itu.

"Alina ka " jawab perempuan itu. Nama yang sama dengan nama yang Kevan beritahu saat dikantin.

"Oke, bye Alina " setelah itu Revan pergi dari perpustakaan. Meninggalkan seseorang yang sedang memikirkan apa yang belum lama ini terjadi padanya dan Revan.

---------------

Holaa guys, apa kabar ?
Maaf ya baru update lagi,

Maaf ya kalo masih banyak typo

Jangan lupa vote dan commentnya ya guys....

Salam :)
Putri_Julia


AlvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang