Malam pun tiba dan suasana ruangan semuanya sepi, tak ada seorang pun yang menemani ia. Ya, bundanya masih sibuk dengan urusan karirnya
Meski ia sempat bahagia karena beberapa teman-teman telah datang terutama sahabatnya Elsa, namun tetap saja jika sepi tiba ia mulai merasa bosan dan sedikit kesal
Namun apa daya Letta yang tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya dengan sabar
"Hp sepi, hati sepi, tidur aja kali ya. Tapi ga bisa tidur-_- jadi serba salah gini." Ucapnya sendiri untuk menghilangkan sepi
"Eh tapi hati bukan sepi si cuma hancur haha." Ujarnya kembali dengan sedikit tertawaan
"Deh gila nih gue lama-lama kalo ngomong sendiri ga jelas gini, udah gitu pake tambahan ketawa juga lagi haha." Ucapnya yang menyadari betapa anehnya dia berbicara sendiri
"Ayah.." Arletta yang tiba-tiba teringat kepada ayahnya dan sepontan menyebut namanya.
Arletta kemudian mengambil dompetnya yang berada diatas nakas dan mengambil foto ayahnya yang selalu ada didalam dompetnya
"Ayah, Letta kangen banget sama Ayah. Ayah liatkan Letta disini sendirian yah." Ucapnya mulai sedu sambil memperhatikan foto tersebut
"Yah, Letta tau ko Ayah selalu memperhatikan Letta kan meski ayah liatnya dari jauh sana." Dengan mata mulai berkaca-kaca Arletta terus berbicara pada foto tersebut
"Ayah sayang kan sama Letta? Kenapa Ayah pergi meninggalkan Letta ? Apa karena Ayah terlalu baik jadi ayah harus pergi duluan yang jauh dan takan pernah bisa kembali." Suaranya yang semakin sedu dan air matanya yang mulai menetes
"Letta cengeng ya yah? Hehe maaf ya yah, Letta cuma sedih disaat Letta masih sangat membutuhkan ayah tapi ayah malah udah ga ada." Air mata Letta terus berlinang
"Ayah pasti taukan betapa Letta mencintai dia setelah Ayah, tapi dia tidak seperti Ayah, mungkin karena Letta tak berani untuk mengungkapkannya." Curhatnya yang mulai mengisi sepinya
"Kalo ada Ayah pasti Letta udah tau apa yang harus Letta lakukan." Ucapnya yang menjadi-jadi
"Letta harus apa yah? Apa harus Letta jadi jahat untuk mendapatkan apa yg Letta mau? Apa harus Letta menjadi egois agar letta bahagia?." Ucapnya dengan rintikan air mata yg mulai mengering
"Letta bingung yah, semoga malam ini kita bertemu dimimpi dan Ayah kasih jawabannya." Dengan harapan terakhir dan bekas air matanya yg mengering diwajahnya
Arletta pun tertidur dengan foto ayahnya yang masih digenggamnya***
Hari pun sudah berganti, dan malam pun sudah digantikan oleh sejuknya pagi dan ternyata Arletta tidur dengan begitu nyenyak sampai ia tidak dapat mengingat malamnya
Yang ia ingat hanyalah sebuah foto digenggamnya namun itu sudah tidak ada ditangannya, semuanya sudah rapih, dompetnya pun sudah tidak ada diatas nakas
Diliatnya di sofa tas mamahnya, mungkin mamahnya yang merapihkannya. Namun dimana mamahnya sekarang
Tidak terlihat seorang pun diruangannya kecuali dirinyaTak perlu menunggu lama, dan berfikir keras mamahnya pun datang menghampiri Arletta
"Mamah mau berangkat dulu ya, kamu baik-baik. Nanti mamah suruh pembantu buat jagain kamu lagi, biar kamu ga bosan." Ucap bundanya
"Pergi lagi? Pembantu? Arletta tuh ga butuh pembantu mah, yg Arletta butuhkan itu mamah. Cukup mamah ada disamping Letta, Letta sudah merasa cukup lebih baik." Ucapnya dengan nada yang sedikit lebih meninggi
"Kamu harus ngerti sayang, manah nyari uang buat kamu." Ujar bundanya
"Uang tuh bisa dicari mah, sesekali mamah pun harus mengerti Letta, jangan Letta mulu yg ngertiin mamah," ucapnya yg mulai kesal
"Udah ya, mamah ga mau debat. Ini masih pagi tapi mamah udh terlambat. Mamah harus berangkat, bye sayang." Ucap mamahnya yang kemudian pergi meninggalkan Arletta sendirian lagi
Arletta yang menatap kepergian mamahnya dengan wajah yang begitu kesal
"Kenapa sih mama selalu memprioritaskan karirnya, kenapa ga sesekali gue yang diprioritaskan, yang gue butuhin itu kasih sayangnya, perhatiannya tapi apa dia selalu sibuk, sibuk dan sibuk." Ucapnya marah-marah sendiri
Arletta yang masih begitu kesal tiba-tiba terlelap dalam tidurnya, waktu terus berjalan dan hanya butuh waktu satu jam untuk Letta terbangun kembali
Saat terbangun sudah ada seseorang di sofa, Arletta yang masih setengah sadar bingung dengan apa yg dilihatnya
"Non udah bangun, non mau apa?," Ucap seseorang itu dengan asing
"Maaf ibu siapa ya?," Ucap Letta yang bingung dengan kehadiran orang asing itu
"Saya yang disuruh bunda non, buat jagain non." Ucapnya yang berdiri disamping kasur tidur Arletta
"Oh bibi, yaudh iya bi. Tolong ambilkan aku minum aku haus." Ujarnya pada sang pembantu
"Baik non, tunggu sebentar." Bibi pun langsung pergi mengambil segelas air putih
"Nih non minumnya," ujarnya sambil memberikan segelas air putih
"Makasih ya bi," ucapnya yang langsung meminum dan menarunya diatas nakas
Waktu terus berlanjut dan entah kenapa rasa bosan terus melandanya, jelas bagaimana tidak bosan seharian hanya berbaring diatas kasur
Saat siang tiba, ada seorang yang mengetuk pintu ruangannya
Tok tok tok
"Bi, tolong liat dong itu siapa." Ucapnya dan si bibi pun langsung membukakan pintu
Dilihatnya seorang laki-laki muda dan tampan siapa lagi kalo bukan Alex, si bibi pun langsung menyuruhnya untuk masuk
"Silakan tuan," ucapnya kepada Alex
Alex pun hanya tersenyum dan masuk kedalam ruangan tersebut
"Gue denger lo kecelakaan, Lo ga usah ke pedean gua cuma respect aja sebagai Kaka kelas yang baik dan populer ga ada salahnya buat jenguk orang yang sakit," ucapnya tanpa jeda
"Nih gue bawa sedikit buah buat Lo, udh ya gue langsung pergi lagi. Bye," ujarnya yang langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut
Arletta yang hanya bengong dan nampak kebingungan dengan apa yang barusan ia dengar dan lihat
"Apa? Alex? Alex jenguk gue? Gue ga salah liat?," Ujar Arletta dalam hati
"Gue ga ngerti sama semua ini," ucapnya dengan merasa aneh dan bingung
***
Maaf lama updatenya, lagi masa2 sibuk jadinya gini deh
Vote comment kalian berharga buat aku 😘
Semoga suka sama part ini 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You Be Mine
Teen FictionArletta Neylla Jovana, hidupnya tidak sesempurna yang orang lain lihat. Tinggal di sebuah rumah bagaikan istana, hidupnya mewah. Ia bisa mendapatkan apapun yang dia mau dengan hartanya. Tetapi mungkin tidak tuk mengembalikan Ayahnya yang telah tiada...