"LEPASKAN Lepaskan" pekik Polly.
"Aku bahkan tidak menyentuhmu" kata Digory.
Kemudian kepala mereka keluar dari mata air dan sekali lagi kesunyian terang Hutan di Antara Dunia-dunia menyelimuti mereka. Hutan itu terasa lebih kaya, hangat, dan damai daripada sebelumnya setelah mereka mengalami sesak kematian dan reruntuhan di tempat yang baru saja mereka tinggalkan. Kurasa, bila diberi kesempatan, mereka bakal sekali lagi lupa akan siapa diri mereka dan dari mana mereka datang, lalu berbaring menikmati ketenangan, setengah tertidur, mendengarkan pepohonan tumbuh.
Tapi kali ini ada sesuatu yang membuat mata mereka terbuka selebar mungkin. Segera setelah mereka menapakkan kaki ke rerumputan, mereka mendapati bukan hanya mereka berdua yang ada di sana. Sang ratu atau sang penyihir (terserah kalian mau memanggilnya siapa) telah muncul bersama mereka, mencengkeram keras rambut Polly. Itulah sebabnya Polly berteriak-teriak, "Lepaskan"
Ini membuktikan, secara tidak sengaja, satu hal lagi tentang cincin yang belum diberitahukan Paman Andrew kepada Digory karena pria itu sendiri belum mengetahuinya. Untuk melompat dari dunia ke dunia dengan salah satu cincin itu, kau tidak perlu mengenakan atau menyentuhnya sendiri, cukup menyentuh seseorang yang sedang menyentuh cincin itu. Dengan begitu cincin-cincin tersebut bekerja seperti magnet, dan semua orang tahu kalau kau mengangkat jarum dengan magnet, jarum lain yang menyentuh jarum pertama juga akan ikut terangkat.
__________________(58)__________________
Sekarang setelah kau melihatnya di hutan, Ratu Jadis tampak berbeda. Dia kelihatan lebih pucat daripada sebelumnya, begitu pucat sehingga nyaris tidak tersisa kecantikan pada dirinya. Dia juga membungkuk dan tampak kesulitan bernapas, seolah udara di tempat itu mencekiknya. Kedua anak itu tidak sedikit pun merasakan takut padanya sekarang.
"Lepaskan Lepaskan rambutku," kata Polly.
"Mau apa kau sebenarnya?"
"Hei Lepaskan rambutnya. Sekarang juga," kata Digory.
Mereka berdua berbalik dan bergulat dengan Jadis. Mereka lebih kuat daripada ratu itu dan hanya dalam hitungan detik telah memaksanya melepaskan cengkeraman. Sang ratu mundur dengan langkah terhuyung-huyung, terengahengah, ada ketakutan dalam matanya.
"Cepat, Digory" kata Polly. "Ganti cincin dan pergi ke mata air dunia kita."
"Tolong Tolong. Kasihanilah aku" jerit sang penyihir dengan suara lemah, tergopoh-gopoh mengejar mereka. "Bawalah aku bersama kalian. Kalian tidak bisa meninggalkanku di tempat mengerikan ini. Tempat ini akan membunuhku."
"Tapi ini sesuai logika negerimu," kata Polly penuh kebencian. "Seperti ketika kau membunuh semua orang di duniamu sendiri. Ayo cepat, Digory."
Mereka telah mengenakan cincin hijau mereka, tapi Digory berkata: "Ah, sial Apa yang harus kita lakukan?"
Dia tidak bisa mencegah dirinya merasa agak kasihan pada sang ratu.
"Aduh, jangan begitu bodoh," kata Polly. "Aku berani bertaruh sepuluh lawan satu dia hanya bersandiwara. Ayolah."
__________________(59)__________________
Kemudian kedua anak itu melompat ke dalam mata air menuju dunia mereka. Untung kami membuat tanda, pikir Polly.
Namun ketika mereka melompat Digory merasakan jari telunjuk dan ibu jari besar yang dingin menangkap telinganya. Dan ketika mereka tenggelam dan sosok-sosok samar dunia kita mulai muncul, cengkeraman jari telunjuk dan ibu jari itu kian kuat. Tampaknya kekuatan sang penyihir mulai pulih. Digory meronta dan menendang-nendang, tapi sama sekali tidak ada gunanya. Beberapa saat kemudian mereka mendapati diri mereka berada di ruang kerja Paman Andrew. Dan di sana berdirilah Paman Andrew sendiri, memandangi makhluk menakjubkan yang telah dibawa Digory dari dunia lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chronicles of Narnia : Keponakan Penyihir (Selesai)
Fantasi"The Magician's Nephew" (Keponakan Penyihir)adalah novel fantasi anak-anak karya C. S. Lewis. Buku ini adalah buku keenam yang dipublikasikan dari ketujuh buku "The Chronicles of Narnia". Walaupun demikian, bila diurutkan secara kronologi, maka buku...