Matahari kala pagi tak lupa akan menampakkan kilau kekuningan khasnya, desisan kecil angin darat membuat pohon-pohon di sekitar pelataran rumah keluarga Sasmoadjipuro menari mengikuti irama. Satu demi satu bunga teratai mulai tak sungkan membuka sedikit demi sedikit kelopak pink indahnya, hingga membuat burung-burung beterbangan berhenti sejenak guna menantikan kesempurnaan kelopak yang akan terlihat utuh. Tak lupa dengan kebiasaan ayam untuk berkokok ria tanda para petani telah menapakkan kaki mereka di sawah dengan senang hati.
Pagi ini, Riani Ayu Sasmoadjipuro bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Pagi buta ia bahkan sudah bangun. Setelah bangun dari tidur, hal pertama yang ia lakukan adalah mengambil air wudhu. Untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Dilanjutkan dengan mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia mengenakan seragam putih abu-abu karena hari ini adalah hari senin. Dengan balutan kerudung putih bersih menutupi auratnya, disertai jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya dengan warna hitam yang ada pada angkanya. Seperti biasa pukul 05.30 ia bahkan sudah otw menuju sekolahnya. Ia berjalan kaki menuju depan kompleks untuk menantikan angkot yang akan ditumpanginya menuju ke sekolah.
Kebiasaan Riani setiap pagi ini, berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan seorang Riana. Riana dan Riani merupakan saudara kembar. Namun, sifat mereka berbeda 180 derajat. Bagaikan langit dan bumi.
Bahkan ketika Riani sudah berangkat, sampai saat ini pun Riana tak kunjung bangun dari tidurnya. Jarum jam menunjukkan pukul 06.15.
Ketika hendak berpamitan, Riani tak tega membangunkan orang tuanya yang masih tertidur pulas di kamarnya.Kriingg Kriingg Kriingg....
Padahal alarm di kamar Riana sudah berdering sejak tadi. Tapi Riana masih belum juga bangun. Perlahan mamanya masuk ke kamar Riana. Krek!! Dencitan pintu kamar Riana menghiasi langit-langit kamar. Beliau langsung saja membuka gorden jendela kamar Riana. Mengizinkan cahaya sang fajar menelusuk masuk. Menyilaukan. Hingga Riana yang sedari tadi tak mempan dibangunkan alarm, kini bersuara.
"Aww, silau ma!!"
"Bangun Nana, kamu ga sekolah? Coba lihat jam berapa sekarang?"
Nana adalah panggilan kesayangan orang terdekat Riana termasuk anggota keluarganya dan sahabatnya.
Riana mulai mengerjapkan bola matanya dan terfokus di satu titik.
"Haa jam setengah tujuh ma!! Riana belum mandi. Belum makan. Belum ngapa-ngapain ma, lagian mama juga sih ga bangunin Nana, Nanti saat di sekolah Nana juga yang kena! Kalau kayak gitu repot ma urusannya!!"
Tanpa rasa bersalah sedikitpun ia mengomel pada mamanya. Dengan sabar dan terkendali, mamanya langsung saja menyuruh Riana sang putri yang manja bertemperamen tinggi itu mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sedangkan mamanya menyiapkan makanan untuk sarapan mereka.
***
Lalu bagaimana dengan Riana? Apa ia akan dihukum karena datang terlambat? Atau ia malah berlaku curang agar bisa masuk ke sekolah elite nan favourite di kotanya itu? Nantikan keseruan part berikutnya!Salam kenal
Rambu Ayu Eryani
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Pelangi Tanpa Hujan
Teen Fictionterkadang perbedaan sendiri yang membuat semua orang keliru memahami apa arti kehidupan. #fromzerotohero *rank1 14.05.2020 #try *rank4 14.05.2020