Seminggu kemudian papa dan mama mereka pulang dari meeting diluar kota.
"Assalamu'alaikum, Mbok, Riana mana?" tanya Nyonya Aminah Puspita Sari, Istri Tuan Ali Sasmoadjipuro.
"Wa'alaikumussalam, neng Riana nya masih mandi nya." Jawab Mbok Iyem.
Seusai membersihkan dirinya, Riana berjalan menuju ruang keluarga untuk melihat FTV kesukaannya, biasa, masalah percintaan yang di gandrungi oleh seluruh remaja di belahan bumi manapun.
"Mama...... Papa......." Pekik kaget Riana yang baru menyadari keberadaan orang tuanya, ia bergegas men cipika cipiki mamanya dan memeluk papa tercintanya.
"Nih, papa bawain oleh-oleh khas Bali buat kamu."
"Makasih pa, ma."
Di waktu yang sama pula Riani menyaksikan apa yang Riana lakukan dengan kedua orang tuanya. Mereka begitu akrab sekali. Riani tersenyum getir, jika kau tahu apa yang terjadi pada Riani, maka kau juga akan merasakan kepahitan yang sama, kepahitan yang selama ini hanya Riani rasakan seorang diri.
Riani mencoba mengusir bayang-bayang semu yang mengganggu fikirannya. Sekali lagi, ia tak mau ambil pusing atas beban derita yang yang dihadapinya. Riani mencoba menepisnya jauh-jauh, dan memutuskan untuk menyambut kedatangan papa dan mama nya dengan menghidangkan 2 gelas teh hangat dan sepiring kue kering.
"Pa.... Ma..." Panggil Riani seraya menaruh hidangan di meja dan berniat salim kepada kedua orang tuanya. Dengan judesnya, mama dari kedua saudara kembar tersebut tak mau tangannya di pegang oleh putrinya sendiri, Riani. Begitupun dengan papa nya. Dengan nafas berat, Riani mencoba menerima perlakuan orang tuanya tersebut. Fikiran negatif nya diterpa dengan menghidangkan hidangan yang disiapkan Riani untuk menyambut kedatangan kedua orang tuanya. Tiba-tiba, "pyarrr..." Riana sengaja mendorong nampan yang berisi 2 gelas teh hangat dan sepiring kue kering seraya berkata "Lu ga usah deh sok cari muka di depan papa mama!!" Tangisan Riani pecah pada saat itu juga, sambil membereskan pecahan kaca yang berserakan di lantai, ia berdo'a kepada Allah SWT "Yaa Allah, teguhkanlah hati hamba." Seketika itu, jari Riana tak sengaja menyentuh pecahan beling yang tajam.
"Aww." Ia meringis kesakitan dan darah nya bercucuran deras menorehkan luka yang amat dalam baginya. Padahal kedua orang tuanya dan saudara kembarnya, Riana menyaksikan kejadian itu. Tapi tak satu pun dari keluarga nya yang peduli atas kepedihan yang dirasakan Riani.
Hanya Mbok Iyem lah yang selalu ada di sela perjuangan Riani, yang tahu menahu akan peristiwa pahit yang dialami Riani setiap detiknya. Sejak saat itu, Riani sama sekali tak peduli pada keluarga yang tak pernah menganggap Riani ada. Dalam hati, ia menangis, tapi diluar, ia terlihat sangat bahagia. Ya, jauh dari ekspektasi. Bukankah kata bahagia dalam kamus kehidupan Riani telah dihapuskan? Kini ia memutuskan untuk mengenakan topeng kebahagiaan, karena luka yang tega keluarga nya sendiri torehkan sangat dalam.
***
Hai hai, Riana Riani come back. Simak kelanjutan ceritanya yaa. Jangan lupa vote dan comment. Arigatou :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Pelangi Tanpa Hujan
Teen Fictionterkadang perbedaan sendiri yang membuat semua orang keliru memahami apa arti kehidupan. #fromzerotohero *rank1 14.05.2020 #try *rank4 14.05.2020