Sepulang sekolah, seperti biasa Riani berjalan kaki menuju halte dekat sekolahnya. Di tengah perjalanannya kebetulan situasi dan kondisi jalan raya saat itu sedang becek nan berair. Karena terkena sisa air hujan yang begitu derasnya tadi siang. Di saat yang sama pula Riana lewat mengendarai mobil pajero sport putih miliknya dengan elegannya. Yang setiap hari menjadi kendaraan pribadinya kemanapun ia pergi. Dengan kecepatan 100 KM/jam Riana mengendarai kendaraannya. Dan "Trasshhh...." Suara cipratan yang sengaja dilakukan Riana kepada Riani. Lihatlah sekarang seragam putih yang dikenakan Riani menjadi kotor. Berwarna kecoklatan. Sangat menjijikkan. "Astaghfirulloh hal adzim" Tenang Riani.
Ia tahu siapa yang tega melakukan hal seburuk ini padanya. Ia tahu. Siapa lagi kalau bukan kembarannya sendiri. Riana. Ia tega melakukan hal demikian. Bukan tanpa alasan. Ia tahu. Apa yang dilakukannya. Ia sadar. Tapi bagi Riana, yang dilakukannya sekarang ini. Tak sebanding dengan apa yang dilakukan Riani. Dulu. Sebesar apa salah Riani? Hingga saudaranya sendiri tega melakukan hal seburuk itu. Tanpa ampun.
***
Apa sebenarnya yang dilakukan Riani. Hingga perbedaan yang tidak signifinikan berani menggantikan posisi keduanya? Hingga papa mamanya tak mau sedikitpun menjalin komunikasi dengannya. Hingga kedua saudara kembar ini. Riana Riani. Bagaikan pelangi tanpa hujan.
Salam bahagia.
Rambu Ayu E.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Pelangi Tanpa Hujan
Teen Fictionterkadang perbedaan sendiri yang membuat semua orang keliru memahami apa arti kehidupan. #fromzerotohero *rank1 14.05.2020 #try *rank4 14.05.2020