"KRING...... KRING...... KRING......"
Jam beker di kamar Riani berdering kencang, tanda Riani harus bangun untuk melaksanakan sholat subuh berjama'ah di masjid dekat rumah mewahnya.
Tiada ada angin tiada ada hujan, tiba-tiba Riana memanggil Riani, saudara kembarnya.
"Ri." Panggil Riana.
"Iya ada apa?" Jawab Riani singkat.
Dengan hati yang sumringah, saudara kembarnya itu tumben sekali memanggilnya, pasti ia mau mendengarkan penjelasan Riani dan menyadari bukan Riani penyebab kematian adik laki-laki mereka. Tapi diluar dugaan , angan-angan Riani ternyata salah, Riani salah besar menafsirkan panggilan Riana yang ditujukan kepadanya pagi ini. Dengan dingin dan nada yaang keras serta ditekan, Riana berucap
"Sekali lagi, lu jangan pernah nyapa gua di depan temen-temen gua, JANGAN SEKALI-KALI!!!" Tekanan pada kalimat terakhir yang mengarah ke langit-langit ruang keluarga rumah Sasmoadjipuro.
"Dan ingat!! Gua gamau semua orang tahu, seisi sekolah tahu, kalo lu dan gua saudara kembar!! CAMKAN ITU!!!" Lanjut Riana.
Deg!! Bagai ditusuk berjuta jarum, Riani seketika itu lemas dan mulutnya membisu, tak tahu harus bicara apa dan harus melakukan apa. Sedangkan Riana, tanpa sepatah kata, langsung meninggalkan Riani yang tergulai lemas di sofa ruang keluarga Sasmoadjipuro.
***
hai hai, nantikan kelanjutan cerita si kembar yaa :)
Jan lupa vote dan coment. makasih sudah mampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Pelangi Tanpa Hujan
Teen Fictionterkadang perbedaan sendiri yang membuat semua orang keliru memahami apa arti kehidupan. #fromzerotohero *rank1 14.05.2020 #try *rank4 14.05.2020