Mobil Naoto berhenti di sebuah restoran.
"Mampir?" tanya Ichigo yang melihat Naoto keluar dari mobil.
"Tentu, kita makan malam dulu," jawab Naoto.
"Kita? Kamu, kali?"
"Kita--watashitachi, Daarin. Deeto ... deeto."
"Yah ... terserah," Ichigo ikut keluar sembari memakai kacamata dan mengepang rambutnya, kemudian mengenggam lengan Naoto.
"Irasshaimase," kata pelayan sembari memberikan menu. "Menyuu de gozaimasu. Gochuumon ga kimarimashitara, oyobi kudasaimase."
"Arigatou gozaimasu," kata Naoto, kemudian menoleh pada Ichigo. "Kamu mau makan apa?"
"Kamu duluan. Kamu kan belum pesan."
"Tidak, kamu dulu. Aku yang mencatat."
"Hm ... ya sudah. Aku onion ring, spageti aglio olio, milkshake vanila, dan caramel custard. Kalau kamu?"
Naoto cuma nyengir kecil, kemudian memberikannya ke pelayan. Sekembalinya Naoto, Ichigo masih menunggu jawaban.
"Kamu penasaran?" tanya Naoto. "Lihat saja nanti. Tokorode, kamu jadi seperti mahasiswi banyak tugas," candanya.
"Apa?" Ichigo mendelik.
"Haha, aku cuma bercanda--aa ... itai!" Naoto meringis saat Ichigo mencubit lengannya. "Aku bilang bercanda ... . Kamu cantik sekali kalau seperti itu."
Kali ini, wajah Ichigo berubah merah padam mendengar kata 'cantik'.
"Kali ini seperti kepiting rebus saus tomat--aa!" Naoto kembali meringis. Ini cubitan Ichigo yang kedua kali dan memang sakit.
"Huh, berhenti mengejekku atau aku cubit lagi," kata Ichigo pura-pura ngambek.
"Aku cuma bercanda, Daariiiin ... . Jangan dianggap serius, dong. Sakit," Naoto mengelus lengannya yang merah karena cubitan Ichigo.
"Gomen, gomen," Ichigo tertawa kecil.
Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Ichigo bengong melihatnya. Ternyata porsi double dari makanan yang dipesannya tadi.
"Buat berdua," Naoto mengerling. "Ittadakimasu."
Naoto mencomot onion ring, mencelupkannya ke saus mustard, kemudian menyuapkan ke mulut Ichigo. Wajah Ichigo memerah mendapat perlakuan seperti itu, meskipun biasanya ia juga melakukan hal serupa dengan Aoi. Tapi kan ini dengan pacarnya, bukan sahabatnya! Beda lagi.
Naoto tersenyum, "Wajahmu memerah."
"Kepiting rebus saus tomat, seperti katamu tadi?"
"Ah, yang itu kan, cuma bercanda."
"Wajahmu juga merah, tahu."
"Eh? Masa, sih?"
"Yee ... nggak percaya." Ichigo menyodorkan cermin.
***********************************************************************************************
Selesai makan dan konflik pembayaran antara Naoto dan Ichigo yang sama-sama berdebat untuk mentraktir satu dengan yang lain ... .
"Huh ... sudah selesai, kan?" tanya Ichigo.
"Yah ... tapi tidak langsung pulang," jawab Naoto.
"Terus?"
"Ikut aku," Naoto menarik tangan Ichigo ke taman yang tak jauh dari restoran. Di sana bertebaran pedagang street food.
"M-makan lagi?" Ichigo bengong.
"Tunggu di sini," Naoto meninggalkan Ichigo di dekat sebuah bangku. Ichigo semakin heran. Teganya, meninggalkan pacarnya sendirian. Akhirnya ia duduk di bangku itu.
Tak lama, Naoto datang dengan segelas teh dengan cup plastik. Diberikannya ke Ichigo.
"Aku sudah cukup kenyang," tolak Ichigo.
"Harus, sekarang," Naoto agak memaksa. "Kamu lihat sendiri nanti."
"Apa? Kekenyangan?" Ichigo meneguknya. "Kalau begitu, tadi kita kencan di sini saja."
Naoto cuma tersenyum tipis sambil duduk di samping Ichigo dengan jarak 0 cm, kemudian mendekapnya dan mengecup dahinya lembut. Wajah Ichigo memerah, namun ia merasa nyaman.
"Malam ini masih terasa cukup dingin, ya?" tanya Naoto pelan.
Ichigo mengangguk, ia meneguk untuk tegukan terakhir tehnya. Matanya menangkap tulisan di dasar gelas.
結婚して下さい !ー直人
"Naoto-kun?" bisiknya sembari menoleh ke sampingnya, tapi Naoto tidak ada. Naoto kini berada di depannya. Berlutut, dengan kotak cincin di tangan kanan Naoto.
"Dou yatte?" tanya Naoto.
Mata Ichigo berkaca-kaca. "Gomen nee, demo ... ."
Naoto terkejut. Tadi ... apa? Ichigo menolaknya?
"... aku tidak bisa menolaknya." Lanjut Ichigo dengan senyum mengembang. Air matanya kini membanjiri pipinya. Naoto masih ternganga.
"Hei, aku mau, Atashi no Ouji-sama," kata Ichigo, menyadarkan Naoto.
Kini, mereka saling memeluk erat dengan perasaan tak terkata. Enam pasang mata mengintip dari balik pohon di dekat bangku itu. Naoto yang mengenali itu mata siapa saja, tersenyum dan mengedipkan sebelah mata.
"Aku tak menyangka, ini akhirnya," Tiara tergugu, sama halnya Raichi, Ringo, dan ibu Naoto.
"Adikmu sudah dewasa," timpal Ringo, terisak.
"Kalau kata Aoi-neesan ini 'odayaka janai'!" kata Raichi.
Sedangkan Taichi dan ayah Naoto saling bertatapan dengan senyuman.
"Kurasa sebentar lagi kita akan punya hubungan keluarga," kata Taichi pada ayah Naoto.
"Ya," ayah Naoto tersenyum. "Ini musim semi yang terindah."
***********************************************************************************************
KAMU SEDANG MEMBACA
Knock Love
FanfictionAoi dan Ran heran sekali. Kenapa offtime musim panas yang biasanya diwarnai keceriaan Ichigo, berubah menjadi biasa saja? Kemudian apa yang disembunyikan teman mereka? Apa yang disembunyikannya? Pertanyaan itu perlahan terkuak seiring berjalannya wa...