Hit Magic

8.5K 2.4K 512
                                    

Ema berjalan pelan masuk ke dalam ruang perawatan Tanjung sembari memegang ujung kaos bagian belakang Lucas dan bersembunyi di sana.

Bukan apa-apa Ema merasa canggung, di sana banyak sekali mahasiswa kampus Ema yang bisa di bilang petinggi banyak organisasi mulai dari himpunan hingga BEM bahkan UKM lain, terbukti sudah senioritas Tanjung dengan banyaknya junior yang ia miliki.

"Mana abang Willam?" Tanya Lucas pada Ten yang di ketahui Ema salah satu mahasiswa fakultas hukum di kampusnya itu.

"Mana abang Willam?" Tanya Lucas pada Ten yang di ketahui Ema salah satu mahasiswa fakultas hukum di kampusnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh si kulkas, elo kok baru dateng? bawa cewek lagi lo. Durhaka elo sama bang Tanjung- kasian udah jomblo, masuk rumah sakit abis guling di aspal eh yang jengukin batangan semua, bawa cewek pula" Ocehnya.

Lucas menunduk menyesuaikan tingginya dengan Ten dan berbisik di telinganya "Aku membawa calonnya"

Ten melirik Ema "Yakin?"

Lucas mengangguk.

"Mau emang itu cewek?" Tanya Ten tidak percaya.

"Ck ck bang, Betapa durhakanya dirimu pada bang William" Lucas berdecih lalu kemudian menarik lembut lengan Ema masuk tanpa perduli tatapan tidak percaya dari Ten.

"Eh, Ada dek Ema" Tanjung merekahkan senyumannya begitu melihat Ema.

"Tua banget bang manggilnya. 'Dek Ema' seumur-umur jadi junior bang Tanjung di Mapala Joana gak pernah di panggil 'dek' sama abang" Oceh perempuan yang di menyebut dirinya Joana itu.

"Beda kunyuk! Minggat sono suruh Ema yang duduk" Usir Tanjung hingga Joana mengambil ancang-ancang meninjunya namun tidak jadi karena luka-luka yang cukup banyak di wajah Tanjung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Beda kunyuk! Minggat sono suruh Ema yang duduk" Usir Tanjung hingga Joana mengambil ancang-ancang meninjunya namun tidak jadi karena luka-luka yang cukup banyak di wajah Tanjung.

"Duduk Em" Ramah Joana.

"Dedek Lucasnya gak di suruh duduk kakanda?" Lucas menyengir aneh yang di balas tendangan di tulang keringnya oleh Joana.

"Manja banget. Selojoran sono di lantai" Ujarnya lalu meninggalkan kamar perawatan Tanjung dengan Ema dan Lucas di dalamnya.

"Kak Tanjung lukanya banyak banget"

"Ah gak apa-apa Em"

Ema menunduk, ada penyesalan di wajahnya "Gara-gara Ema yah yang nyuruh buru-buru ke kampus?"

Tanjung menggeleng cepat.

"Enggak, Ema kan gak pernah nelpon kakak nyuruh cepet ke kampus. Cuma sms posisi dimana, nah itu kakak udah di ambulance" Tanjung menjelaskan.

"Tapi kalau bukan karena tugas Ema sama tugas kak Tanjung pasti kak Tanjung gak bakal ke kampus, gak bakal kecelakaan gini" Entah mengapa emosi Ema meluap, matanya berkaca-kaca, gadis itu merasa bersalah.

"Kakak lepas infus nih kalau Ema nangis"Ancam Tanjung.

"Ih jangan, nanti gak sembuh" Ucap Ema hampir menangis.

"Ya makanya jangan nangis"

Ema mengangkat kepalanya agar air matanya tidak jatuh "Iya enggak. Tapi Ema merasa ber-"

"Bukan salah Ema, salah kakak yang gak pakai helm terus ngelawan arus" Bohong Tanjung karena pada kenyataanya dia di tabrak dari samping oleh pengemudi mabuk yang kemudian kabur tanpa menolong Tanjung yang sudah terkapar.

Tanpa perintah, Ema meraih jemari Tanjung dan menepuk-nepuknya hingga rasanya jantung Tanjung mau lompat keluar. Harusnya ia di rawat di bagian khusus jantung bukan di sini.

"Ema khawatir kak"

Tanjung memejamkan matanya seolah lemah terhadap kalimat yang baru saja di lontarkan Ema.

"Kakak ngapain? Kok tutup mata?"

"Ceritanya pingsan" Ujar Tanjung dengan mata yang masih tertutup hingga Ema di buat terkekeh karenanya.

"Gue kalau jadi Lucas, Pulang gue" Ujar Ten yang mengintip di jendela ruang perawatan Tanjung.

"Sama, dari pada jadi Hit magic di dalem" Balas Joana yang kasihan melihat Lucas yang memeluk lutut dan kaki panjangnya memandangi Tanjung dan Ema yang tengah dalam dunianya.

"Gue panggil deh" Damar membuka ruang perawatan Tanjung memanggil Lucas "Cas, sini deh ada yang mau gue tanyain"

Lucas bangkit "Bang kalau ada apa-apa panggil Lucas"

Tanjung menangguk lalu kemudian memandangi Ema yang sudah sibuk mengupas buah yang tadinya di kupas Joana.

"Aaaaaa" Ema menyuapi Tanjung potongan apel yang dengan semangat di lahap Tanjung meski rahangnya masih sakit.

"Jadi pengen sakit terus Em hehe"

"Ih, Ngomong apa sih? Ga boleh gitu"

Tanjung menyengir.

"Eh btw keluarga kak Tanjung udah ngabarin keluarga kakak kalau kakak masuk rumah sakit? Kok gak ada yang nengokin kak?"

Senyuman Tanjung yang memudar menjadi tanda bagi Ema kalau seharusnya ia tidak perlu menanyakan keberadaan keluarga Tanjung.

🏝🏝🏝

Keluarga? Kalau aku bilang aku tidak punya kau percaya Em? Aku juga ingin punya keluarga. Kalau kuajak berkeluarga dengan ku mau? - Tanjung Enggar Ismail.

🏝🏝🏝

-To be continued-

Beberapa chapter kedepan di private yah, kalau mau baca silahkan follow lalu relogin agar ceritanya dapat di muat. 🐹

(Don't forget to touch the stars below if you like the story 😊 👉🌟)

TANJUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang