Ema ikut

7.3K 2.1K 111
                                    

Berkencan? Hem mungkin saat masih SMA itupun hanya satu kali.

Ema bukan perempuan yang tergolong cantik saat masih sekolah, puberitas membuat tubuhnya membengkak dan jerawat batu tumbuh di wajahnya.

Stress? Tentu saja apalagi Ema sering di ejek oleh teman-teman sekolahnya, namun sekarang tidak lagi- Ema Djilian Sandjaya anak pak Sandjaya pengusaha ayam petelur itu sudah cantik, Bodynya terbentuk dan wajahnya mulus bagai jalan tol.

Mungkin karena itu Tanjung jadi gila.

"Kak, seriusan ini Ema nanya mau nonton apa? Film Indonesia atau luar negeri?" Ema dan Tanjung berjalan menuju lantai tiga mall panakukang, letak bioskop di gedung itu.

"Luar angkasa gak ada Em?" Goda Tanjung.

"Ih, kak Tanjung mah" Rajuk Ema karena Tanjung tidak memberikan jawaban apa-apa soal film yang akan mereka tonton.

"Lagian film luar angkasa pemerannya siapa? Alien?"

"Iya, sepupu Ema" Tanjung tidak henti-hentinya menggoda Ema yang sudah mencubit lengan Tanjung saking kesalnya dengan seniornya itu.

"Emang Ema mirip alien di mata kak Tanjung?" Ema menghentikan langkahnya berbalik meminta jawaban pada Tanjung.

"Alien cantik Em" Tanjung mengacak puncak kepala Ema "Matanya gede" Tanjung menunjuk mata Ema yang memesonanya "Tulang pipinya lucu" sekarang Tanjung mencubit pelan pipi Ema "Tapi-" Tanjung menggantungkan kalimatnya.

"Apa?" Ema penasaran.

"Idungnya pesek" Tanjung mencolek ujung hidung Ema lalu tertawa dan berlari meninggalkan Ema sudah akan mengumpat sambil tertawa. Hhhh dasar Tanjung!

🏝🏝🏝

"Ema, kakak kalau ke bioskop paling sama si Lucas, Damar atau Handika pas ngantri tiket dorong-dorongan siapa yang mau ngantri. Sekarang Ema beruntung"

Ema menatap Tanjung tidak paham.

"Soalnya buat Ema, kakak yang akan suka rela antri" Sambung Tanjung percaya diri.

"Pfffthhh" Tanjung itu memang tukang gombal, tukang gombal yang tidak hanya bisa membuat Ema merona tapi gombalannya sanggup membuat Ema tertawa lebar.

"Enakan antri berdua kak, Ema temenin" Ujar Ema.

"Takut kakak di ambil cewek lain yang antri yah Em?"

"Hahaha apaan coba?" Tanjung dan tingkat ke absurdannya yang tinggi membuat Ema kembali mencubiti lengan pria yang lebih tua darinya itu kedua kalinya.

"Dek" Tanjung mencolek dua siswa dengan seragam SMA yang mengantri di depan mereka.

"Iya kak?"

"Kakak ini takut" Tanjung menunjuk Ema.

"Takut adek bakal culik kakak. Lucu ga dia?" Ema yang menepuk jidatnya bersamaan dengan siswa yang di colek Tanjung tersenyum kambing.

Tidak lama ponsel Tanjung bergetar, pemuda itu megogoh sakunya menatap layar ponselnya sebentar lalu menatap Ema "Bentar yah Em" Ema mengangguk dan Tanjung pun menjauh.

Ema tetap mengantri tiket sementara Tanjung nampak berbicara serius dengan seseorang yang menelponnya, sebenarnya Ema penasaran tapi ya sudahlah Ema tidak akan menanyakannya sebelum Tanjung bercerita sendiri, gengsi dong!

"Udah kak?" tanya Ema saat Tanjung sudah selesai dengan ponselnya.

Tanjung mengangguk "Udah tapi--"

"Em kalau mau nonton, nonton sendiri gak apa-apa? Kakak ada urusan penting. Kalau udah selesai kakak balik kesini terus nganterin Ema pulang. Gimana?"

Ema melengkungkan bibirnya ke bawah "Yah, kan kak Tanjung yang ngajakin, masa Ema nonton sendiri?"

Tanjung kembali meletakkan telapak tangannya ke atas kepala Ema dan mengacaknya pelan "Kalau bukan karena perempuan ini" Tanjung memperlihatkan log panggilannya pada Ema yang menunjukan nama Tari kakaknya "Kakak gak bakalan ninggalin perempuan ini sendiri"

Tanjung kembali meletakkan telapak tangannya ke atas kepala Ema dan mengacaknya pelan "Kalau bukan karena perempuan ini" Tanjung memperlihatkan log panggilannya pada Ema yang menunjukan nama Tari kakaknya "Kakak gak bakalan ninggalin perempuan ini...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah, Ema tidak ingin mengakuinya. Tapi bagaimana? Kalimat Tanjung amat manis hingga Ema tersentuh karenanya.

"Kakak kak Tanjung kenapa kak? Penting banget yah?"

Tanjung kembali mengangguk.

"Dia di rumah, kakak mau pulang sebentar"

"Ema boleh ikut?"

🏝🏝🏝

Aku tidak pernah menolak permintaan Ema termasuk saat Ema meminta pulang ke rumah bersama ku.

Hhhh aku harus bilang apa pada kakak ku jika melihat kamu Em? "Kak, aku bawakan alien paling cantik di kota Daeng ini" Ah, iya harusnya begitu.

Jangan melihat tragedi hidup ku Em, cukup tonton. Selama tragedi itu tidak melibatkan kamu aku akan baik-baik saja- Tanjung Enggar Ismail.

-to be continued-

(Don't forget to touch the stars below if you like the story 😊 👉🌟)

TANJUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang