PAK SANDJAYA

7.8K 2.1K 211
                                    

Hari sabtu Ema berbeda dari biasanya, jika biasanya Ema hanya menghabiskan waktu di rumah membantu pak Sandjaya mengatur telur ayam-ayamnya ke dalam rak sebelum di pasarkan. Pagi ini Ema sudah mandi, sudah dandan cantik padahal Ema hanya di ajak Tanjung untuk rapat untuk aksi damai dalam rangka hari lingkungan hidup besok bukan untuk kencan.

"Apa gue dandannya berlebihan ya?" Ema mengambil tissue lalu menghapus lipstick pink yang tadi terlukis indah di bibir tipisnya.

"Iya, gini aja Em. Apa adanya."

"Ema temen mu datang!" Teriak pak Sandjaya.

"Iya tunggu!"

Pak Sandjaya bukannya tidak marah atau keberatan jika ada lelaki yang menjemput Ema, ayah mana sih yang mau di duakan oleh putrinya? Namun pak Sandjaya sadar Ema anak satu-satunya itu sudah besar, dewasa, tahu mana yang baik dan yang buruk. Lagipula anak muda jaman sekarang tidak boleh di kekang, yang ada mereka malah berontak.

"Selamat pagi om." Sapa Tanjung ramah.

"Pagi, duduk."

"Iya om. Saya mau jemput Ema kebetulan ada kegiatan UKM kampus. Boleh?"

Pak Sandjaya hanya mengangguk, di perhatikannnya penampilan Tanjung dari atas ke bawah yang simple dengan celana jeans hitam, kaos biru tua dan topi, not bad sama sekali. Tidak ada tampang anak berandalan dan nakal dalam sekali lihat.

"Saya senang kalau teman lelaki Ema langsung menjemput, bukannya janjian di luar tanpa sepengetahuan orang rumah. Ema itu anak saya satu-satunya, cewek lagi."

"Iya om, Tanjung paham." Ujar Tanjung patuh.

Pak Sandjaya punya perawakan tinggi besar namun dengan kulit yang putih, mata yang bulat, dan senyum yang sangat ramah. Persis seperti Ema.

"Nama kamu Tanjung?"

"Iya om, Tanjung Enggar Ismail."

"Kak, ayo Ema udah siap." Ema keluar dari rumahnya dan mendapati Tanjung berbincang akrab dengan sang Ayah.

"Papa, Ema jalan dulu, dadah assalamu alaikum." Pamit Ema yang sudah mencium tangan ayahnya di ikuti Tanjung di belakangnya.

"Duluan om, kapan-kapan Tanjung mampir lagi ngobrol-ngobrol." Ujar Tanjung setelah mencium hormat tangan ayah Ema.

"Boleh, hati-hati Tanjung. Jaga Ema, jangan pulang terlalu malam." Pesannya.

"Siap om laksanakan!"

Tanjung memberi hormat pada Ayah Ema seperti laporan inspektur upacara kepada Pembina upacara pada hari senin hingga tidak hanya Ema, Pak Sandjaya pun ikut tertawa karena tingkah ajaib teman lelaki anaknya.

🌴🌴🌴

Di taman di samping kantor PU di jalan AP Pettarani ada boulder panjat untuk wall climbing, di bawahnya sudah bergabung banyak mahasiswa dari berbagi kampus dan UKM yang satu suara dalam aksi damai besok.

Dari yang nampak seperti mahasiswa biasa dengan potongan rambut rapi sampai yang gondrong dan gimbalpun ada, perempuannya dari yang berhijab, hingga yang ikut merokok dengan laki-lakipun ada.

Ema takut bercampur minder, "Kak, itu banyak banget orangnya. Ema di sini aja ya?" Ema menarik-narik baju kaos Tanjung agar mendapat perhatiannya.

Tanjung menghentikan langkahnya.

"Jangan takut, junior kakak semua itu. Hey!" Sapa Tanjung ramah dari kejahuan hingga para mahasiswa yang di sebutnya junior itu balik menyapa tak kalah hebohnya.

"Bang Tanjung!!"

"Tuh kan pada manggil abang, ayo jangan takut, asal sama kakak-Ema aman."

🌴🌴🌴

"Acara akan di buka dengan aksi teaterikal dari UKM Seni Universitas Cakrawala Nusantara yang mengangkat isu-isu kerusakan lingkungan. Bagaimana perwakilan UKM Seni ada penjelasan di bagian ini?" Titan yang merupakan ketua UKM Mapala dan selaku pemimpin rapat melirik barisan anak UKM Seni di samping kirinya.

 Bagaimana perwakilan UKM Seni ada penjelasan di bagian ini?" Titan yang merupakan ketua UKM Mapala dan selaku pemimpin rapat melirik barisan anak UKM Seni di samping kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebenarnya aksi teaterikal hanya untuk sensasi sih, yah kalau di pikir dari pada bakar ban, bikin macet, nutup jalan mending kita teaterikal." Jawab Damar.

Tanjung mengangkat tangannya seolah meminta Izin dari Titan untuk berbicara di forum itu.

"Grand issue aksi kitakan tentang penolakan reklamasi pantai. Jadi akan ada latar jingga dan beberapa orang yang menikmatinya namun semuanya jadi gelap, pantai rusak karena reklamasi yang berlebihan, senja lenyap, jingga menghitam." Sambung Tanjung yang mendapat tatapan kagum Ema.

Wah ide Tanjung berlian sekali, Ema bahkan tidak menyangka Tanjung yang di kenalnya yang menyuarakan ide tersebut.

"Oke, luar biasa idenya, kayanya kita latihan sampai sore nih, gimana teman-teman?" Titan melemparkannya ke forum.

"Siap!"

"Bang Tanjung jadi pengarahnya yah? Oke kita lanjut dulu tentang-" Titan masih berbicara panjang lebar tentang rencana aksi damainya di sana, namun Ema tidak bisa mendengarkan apa-apa, matanya terkunci pada Tanjung.

"Kenapa Em?" Sadar di tatap Ema-Tanjung berbalik, "Ada belek di mata kakak?"

Ema terkekeh lalu menggeleng.

"Terus?"

"Kakak kalau kayak tadi ganteng banget sumpah." Puji Ema yang membuat Tanjung hanya bisa menggaruk kepalanya salah tingkah.

"Ah, bisa aja Em." Tutup Tanjung yang sudah menyenggol bahu Ema pelan dengan bahunya sendiri, malu-malu.

"Rapat bang, rapat. Jangan pacaran." Tegur Ten yang ada di belakangnya bersama Joana yang sudah tertawa melihat seniornya itu salah tingkah.

"Ganggu lo angka!"

"Malu-malunya Ema sih lucu, gemes. Tapi malu-malunya abang malu-maluin tahu." Tambah Joana yang akhirnya membuat Tanjung menjitak kepala mereka berdua bergantian.

"Pasangan laknat!"

🌴🌴🌴

Semua orang bilang mereka jatuh cinta tanpa alasan, tapi saat aku jatuh cinta dengan mu aku punya satu alasan Em, no one like you Itu alasan ku jatuh pada mu - Tanjung Enggar Ismail.

-To be continued-

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

TANJUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang