Chapter 15

547 78 15
                                    

    #Tolong koreksi jika ada typo. Selamat membaca! 


Silva memasuki ruang kelasnya yang ramai, khas kelas ketika tidak ada guru yang mengajar. Tadi ia melewati taman saat berjalan menuju kelas, dan Chanyeol sudah tidak ada disana. Taman juga sudah bersih dan rapi. Sepertinya Chanyeol sudah membereskan hukuman mereka berdua. Jujur saja, Silva sedikit memuji bakat Chanyeol dalam membersihkan taman. Mungkin, ia bisa merekemondasikan Chanyeol menjadi tukang kebun ke tetangganya.

Silva menggigit bagian dalam bibirnya saat ia mendapati Chanyeol tengah menyangga kepalanya dengan tangan kanan. Sepertinya Chanyeol tengah melamum. Silva berdiam diri disamping barisan meja. Ia kini berpikir keras apakah ia harus duduk di tempatnya atau menghindari Chanyeol sampai mereka berdua lupa. Tapi bagaimana ia bisa tau kalau kapan Chanyeol akan lupa? Memangnya ia cenayan apa!

"Ngapain berdiri disini?" tanya Sehun yang ternyata berada tepat di belakang tubuh Silva. Posisi Silva yang berdiri di tengah jalan antara meja membuat Sehun tak dapat menuju mejanya.

"Ciiiiyeeeeeeee!" ucap seluruh kelas dengan serempak.

Pasalnya, kini posisi Sehun benar-benar berdempetan dengan punggung Silva. Sehun tidak merubah posisinya, ia malah mengulurkan tangannya dan memberikan satu botol air dingin kepada Silva dari belakang. Kelas semakin heboh, dan semua hal itu tak luput dari perhatian Chanyeol.

"Buat kamu," ucap Sehun dengan tenang.

"Udah jadian aja!" celetuk Baekhyun dengan jahil. Satu kelas juga tahu kalau Sehun terang-terangan melakukan pendekatan kepada Silva.

Silva mendelik kearah Baekhyun. "Nggak usah Hun, nanti aku beli sendiri aja nanti," jawab Silva sambil tersenyum kecil, mencoba menolak secara halus.

"Sakit tuh," celetuk Baekhyun yang kini dibekap oleh Kai.

Sehun tersenyum masam mendengar celetukan Baekhyun yang memang ember seperti keran bocor itu. "Aku sengaja beliin buat kamu, dan aku maksa," tutur Sehun dengan suara pelan. Ia tidak ingin teman-temannya mendengar percakapannya dengan Silva. Tapi, melihat isi kelas yang berpusat pada mereka, ia tidak menjamin kalau mereka tidak mendengar. Dasar teman super kepo! Gerutu Sehun dalam hati.

Silva lalu mengambil botol air mineral dingin itu dengan canggung. "Makasih ya Hun," ujarnya.

Sehun terseyum, ia lalu memegang bahu Silva dan mendorong perlahan menuju mejanya. "Duduk sini," pinta Sehun sambil mendorong pelan bahu Silva agar duduk di bangku paling belakang. Sehun lalu duduk di samping Silva.

"Kamu duduk sini?" tanya Silva keheranan. Tumben Sehun duduk belakang, biasanya cowok yang jago matematika itu selalu berada di barisan depan.

"Kemarin kan aku ikutan olimpiade, jadi nggak sempet ikutan perang tempat duduk. Kamu juga kenapa duduk belakang?"

"Aku telat," jawab Silva sambil meringis malu.

Sehun lalu terdiam sebentar, cowok yang juga menjabat sebagai ketua kelas itu nampaknya tengah mempertimbangkan sesuatu. "Sil," panggilnya pada Silva setelah cewek itu meneguk minuman pemberiannya.

Silva menolehkan kepalanya, "Ya?"

"Kamu duduk sini aja deh," pinta Sehun yang membuat Silva mendadak merasa—aneh.

Silva tersenyum canggung, "Aku terlanjur duduk sama Chanyeol, Hun. Kan nggak enak kalau tiba-tiba pindah," jelas Silva berusaha agar terlihat sopan.

Memoar [PCY-Suho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang