Chapter 8

774 99 8
                                    

Titik kesakitan tertinggi adalah saat kau tersenyum hanya untuk menutupi luka.

***

"Pagi Sil, pagi Chanyeol!" Inka menyapa dua orang yang tengah bermalas-malasan di atas mejanya. Inka meringis kecil saat Chanyeol dan Silva dengan kompak menjawab selamat pagi dengan nada lesu seakan tak memiliki gairah untuk hidup.

"Pagi baby Inka! Pagi baby Silva, dan pagi sebelahnya baby Silva!" Kini Naya datang dengan semangat paginya. Cewek dengan rambut yang dikuncir kuda itu memandang Inka dengan tatapan bertanya saat Chanyeol dan Silva menjawab ucapan selamat paginya hampir seperti gumamam. "Mereka berdua kenapa?" bisik Naya sembari meletakkan tasnya di meja. Begitupun dengan Inka.

"Nggak tau, pas aku dateng udah kayak gitu," sahutnya. Ia kini membalikkan tubuhnya menyamping. Menatap kearah Chanyeol yang menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan. Ada apa dengannya?

Naya juga membalikkan tubuhnya. Seolah sudah menjadi kebiasan, Naya kini memainkan tangannya di atas rambut Silva yang lembut dan halus. Ia kini malah terlihat seperti seorang Ibu yang tengah menina-bobo kan anaknya. "Silva udah sarapan?" tanya Naya dengan lembut.

"Hmm," jawab Silva menggumam.

"Sudah apa belum?" tanya Naya dengan sabar.

"Belum," Naya menolehkan kepalanya dengan cepat kearah Chanyeol yang baru saja menjawab. "Belum Nay," ulang Chanyeol yang kini mengangkat kepalanya.

Naya melirik Chanyeol kesal, "Aku nggak tanya sama kamu. Aku tanyanya ke Silva!"

"Eh, marmut. Udah makan belum? Kalau belum beli makan ke kantin gih, aku nitip!" ujar Chanyeol seenaknya. Seperti biasa, Chanyeol berucap sembari menyenggol-nyenggol lengan Silva.

"Ogah! Kamu aja sana yang pergi, aku yang nitip!" Silva mengangkat kepalanya dan menatap Chanyeol dengan sebal.

"Suit?" tawar Chanyeol mengangkat tangan kanannya.

Silva menegakkan tubuhnya dan mulai menghitung. "Satu, dua, tiga!" Ia terdiam sejenak, menatap Chanyeol dengan alis yang terangkat tinggi. "Suit jepang Chanyeol!"

"Kitakan orang Indonesia!"

"Tapi aku lebih suka gunting, kertas, batu!" kata Silva keras kepala.

"Aku lebih suka orang, gajah, semut!" Chanyeol menjawab dengan kekeras kepalaan yang sama.

"Biasanya aku kalau sama Suho suit Jepang!" Silva berujar dengan gemas. Kenapa Chanyeol tidak mengikuti keinginannya, sih? Padahal inikan cuma suit! Silva menggerutu dalam hati. Ia sendiri tidak sadar jika sesungguhnya hal itu juga berlaku padanya.

"Inikan lagi sama aku!"

"Intruksi!" sela Naya dengan cepat. Kali ini Naya benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan dua sejoli yang duduk di tempat paling bontot itu. Sendari tadi Naya berdoa jahat agar ada cupid lewat dan dengan iseng menjodohkan mereka berdua. Amiin!

"Apaan?" tanya Silva melihat kelakuan aneh temannya. "Memangnya ini sedang sidang pleno apa! Pakai instruksi segala!"

"Aku mau kasih saran, daripada kalian berdua ribut. Gimana kalau kalian hompimpah aja?"

"Hompimpah butuh lebih dari dua orang Naya sayang," Inka menyahut dengan sabar.

"Yaudah, tambahin kamu biar jadi tiga," ujarnya santai.

Memoar [PCY-Suho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang