"Brengsek" Aku menumpahkan segala sumpah serapah yang sejak tadi sudah aku tahan saat tiba di ruanganku. Anak-anak divisi kreatif menatapku heran, namun mereka sudah terbiasa dengan kelakuanku yang satu ini. Tidak hanya aku saja. Mereka juga pasti pernah merasakan hal yang sama denganku.
Percayalah! Bekerja di perusahaan iklan itu menyenangkan sekaligus membuatmu gila. Bagaimana tidak? Bekerja dalam ruangan hingga ke lapangan juga, bertemu berbagai macam jenis klien dengan segala kerumitannya masing-masing, dikejar-kejar deadline hingga membuat ingin memaki dan berkata kasar. Namun semua itu akan terbayar ketika klien puas dan kalian mendapatkan bonus yang lumayan besar dari perusahaan!
"Kenapa lagi lo?" tanya Sofi.
"Gila itu bos baru!" kataku berapi-api.
"Emang si bos ngapain lo sih?" tanya Mas Rey yang merupakan senior art director.
"Dia ngomentarin penampilan gue!"
"Karena rambut lo yang nghits itu?" Kini giliran Andre sohibnya Nick yang juga merupakan art director ikutan nimbrung.
"Diam lo!" hardikku kesal.
"Masa sih si bos nggak kepincut sama lo?" Sofi menatapku tidak percaya.
"Nggak mampan dukun lo ya Kei!" Nick tergelak kecil.
"Emang lo pikir gue kesana mau godain dia apa?"
"Si bos bilang apa emang sih sampai lo ngamuk-ngamuk gitu Kei?" Mbak Mila si senior copy writer bertanya dengan nada penasaran.
"Masa dia bilang gue nggak bisa bedain pakaian ke kantor dengan ke club malam."
Nick dan Andre reflek tertawa terpingkal-pingkal. Dua orang itu memang paling senang kalau lihat aku marah-marah kayak gini. Bukannya membantu agar emosiku reda, mereka malah semakin meledek ku.
"Seriusan itu lucu Kei." Saking kencangnya tertawa, air mata Nick sampai keluar. Dasar memang sahabat kurang ajar.
"Lucu pala lo peak! Lo tahu si bos gila itu nyuruh kita selesain konsep proyek ini besok sore!"
Reflek Nick yang mendengar perkataanku barusan langsung berhenti tertawa.
"What beso? Serius Lo?!
"Iya bego! Makanya gue uring-uringan kayak gini!"
"Masa lo nggak bisa minta dispensasi waktu sih? Kedip-kedip manjah andalan lo nggak lo pakai apa?"
"Gimana mau kedi-kedip manjah kalau belum apa-apa gue dilepeh gitu aja."
"Nggak normal memang nih si bos!" komentar Andre. Diikuti Sofi yang mengangguk setuju.
"Mbal Mil Mas Rey bantuin kita.." Nick merengek seperti anak kecil.
"Yaudahlah dinikmati aja!" Mbak Mila mengedipkan matanya padaku. "Kalau udah mentok baru deh!"
"Kalau udah nggak kuat lambai tangan ke kamera aja sih!" Mas Rey bercanda diwaktu yang sangat tidak tepat.
"Mbak Ann.. itu benaran sih bos yang turun langsung ngerjain proyek iklan ponsel ini?" Aku langsung menyerang mbak Anna yang merupakan Creative Director dengan pertanyaan ketika Mbak Anna baru saja memasuki ruangan.
Mbak Anna hanya menganggu kecil sebagai jawaban.
"Kenapa nggak mbak Ann aja sih?"
"Loh bukannya Tristan udah jelasin langsung ke kamu ya?" Mbak Anna menatapku bingung.
"Uda sih.. Tapi—"
"Saya yakin kamu pasti bisa. Tristan memang galak kelihatannya tapi sebenarnya dia baik kok. Dia memang orangnya kayak gitu kalau kerja suka total. Maunya langsung turun ke lapangan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Red Lips
Chick-LitKeira Andini, si wanita angkuh, kasar dan menyebalkan tapi semua pria setuju kalau Kei itu CANTIK dan SEXY. Lihat saja senyum mematikan yang tersungging di bibir merahnya. Sekali lihat pria-pria langsung terjerat oleh pesona yang dimiliki Kei. Tap...