ANGEL - 16

3.7K 241 1
                                    

Ketika Dera dan Zio masuk ke dalam mobil, keduanya pun menggelengkan kepalanya sambil saling bertatapan. Dilihatnya, Alvaro yang sedang tidur meringkuk dengan paha Sandra sebagai bantalannya, juga Sandra yang tertidur dengan posisi duduk. Ketika mobil sudah melaju, Sandra pun terbangun.

"Eh, udah pulang?" tanyanya dengan wajah yang masih setengah mengantuk.

"Iya, kita ke Rumah Varo. Jasad Tante Dinda sama Om Pras udah nyampe."

"Jangan di bangunin dulu, kasihan," ujar Dera ketika melihat gelagat Sandra yang akan membangunkan Varo dari kaca depan.

"Pegel."

"Tahan," ucap Zio sambil nyengir.

"Gantiin gih Yo, kasihan," sela Dera membuat Zio membelalakan kedua matanya. "Yaampun Der, masa gue sih."

"Terus siapa, gue?"

Zio pun mendengkus kesal. "Iye deh, stop dulu."

Dera pun menepikan mobilnya, barulah Zio keluar dari pintu menuju Sandra berada. Setelah membantu Zio, Sandra pun beralih ke depan.

"Lyly udah pulang?"

"Udah dari tadi," jawab Dera.

"Masa kita gak dibolehin izin coba Sand?" gerutu Zio membuat Sandra tersenyum. "Eh kalo...."

"Varo udah kita izinin kok, tenang aja. Lo juga," jawab Zio memotong ucapan Sandra membuat dia mengucapkan terima kasih.

Ketika mereka sudah sampai di depan rumah Varo, Zio pun segera membagunkan sahabatnya.

"Bentar Sand," gumam Varo.

"Idih," gerutu Zio.

"Bang bangun," ucap Sandra dari depan.

"Heem ihh, Abang banguun," ulang Zio dengan suara yang dibuat seperti wanita membuat Varo menggeliat dan mengerjapkan matanya.

"Udah nyampe rumah lo Var," ucap Dera menengahi.

Varo membuka matanya dan alangkah terkejutnya ia ketika wajah Zio sangat dekat dengan wajahnya.

Zio memanyun-manyunkan bibirnya membuat Varo menghalangi wajahnya dengan kedua tangannya, sedangkan Dera dan Sandra malah terbahak melihatnya.

"Minggir Yo," perintah Varo dengan kesal.

"Kok jadi elo sih," gerutu Varo yang sekarang sudah duduk di samping Zio.

"Bilang makasih kek," ujar Zio yang diacuhkan Varo.

"Maaf Bang, kaki gue pegel banget," sahut Sandra merasa bersalah.

"Yuk turun." Kini Dera yang bersuara.

Varo yang melihat rumahnya di datangi banyak orang pun tersadar, jika ini semua bukanlah mimpi. Zio yang melihat perubahan mimik muka sahabatnya pun segera mendorongnya supaya cepat keluar dari mobil.

"Cepet keluar," ujar Zio, tetapi Alvaro masih bergeming di tempat.

Sandra keluar dari mobil dan beranjak untuk membuka pintu belakang. "Ayo," ucapnya tersenyum sambil mengulurkan tangannya pada Varo.

Mau tak mau, akhirnya Varo beranjak menuju rumahnya dengan tangan yang menggenggam erat tangan milik Sandra seolah mencari kekuatan disana.

Dilihatnya, ayah dan ibunya yang terbujur kaku dengan di kelilingi keluarganya. Tante Zeni, adik sang Ibu, menghampirinya dan langsung memeluk Alvaro dengan erat.

"Yang sabar ya Bang! Tante bakalan selalu ada buat kalian."

"Makasih Tan," ucap Varo sambil membalas pelukan tantenya.

Setelah pemakaman kedua orang tua selesai, kini mereka berkumpul di kediaman Varo. Lyly yang tengah berada dalam pelukan kedua sahabatnya, dan Varo yang sedang duduk dengan kepala menunduk.

Suasana pun hening, mengingat sudah tak ada lagi banyak orang di rumahnya. Hanya menyisakan Tante Zeni, adik kandung dari almarhumah ibunya. Ayahnya anak tunggal dan ibunya hanya memiliki satu saudara. Tente Zeni seorang single parent dan tak memiliki anak.

"Kalian makan dulu yuk, tante udah masak banyak."

"Makasih Tan, duh jadi ngerepotin," ucap Zio mewakili.

"Tante malah seneng kalian disini. Lyly sama Varo jadi banyak temennya. Tente ke atas dulu yah, jangan pada lupa makan! Kalaun Tante kesini lagi kalian udah pada makan ya."

"Ly makan dulu yuk," bujuk Sandra untuk kesekian kalinya yang di balas gelengan oleh Lyly. Sandra pun menghela napas, oke kenyataan ini memang berat bagi keduanya. Sandra pun beranjak menuju varo dan berjongkok di hadapannya.

"Bang, makan yuk," ucap Sandra yang sama sekali tak di respon oleh Varo.

"Para laki, kalian makan duluan deh," ujar Vivi yang langsung diangguki Dera, Ray dan Zio.

"Sand, kita bawain makan buat mereka ke sini aja deh."

"Oke."

Sandra dan Lyly kembali dalam beberapa menit kemudian dengan masing-masing membawa satu piring di tangannya.

"Lo bujuk si Abang yah, Lyly biar sama gue."

Sandra pun mendekati Varo yang masih saja menunduk. Di sentuhnya bahu varo membuat si empunya menoleh seakan bertanya ada apa?

"Makan yuk," ajak Sandra dengan tersenyum.

"Nanti aja," jawab Varo, kemudian ia berlalu menyisakan Lyly, Vivi dan sandra menatap kepergian Alvaro.

Disusulnya Varo oleh Sandra masih dengan membawa piring makannya. Ternyata, Varo memilih halaman belakang rumahnya sebagai tempat untuk menenangkan diri.

Sandra menyusul duduk dengan tanpa dosanya di samping Varo membuat yang diikuti pun merasa kesal. Saat Sandra mencoba untuk mengajak Varo makan, Varo terlebih dahulu berucap, "Nanti aja Sand, gue gak laper."

Sandra tersenyum dibuatnya. "Bang, lo harus sayang sama diri lo sendiri. Lo jangan menyiksa diri sendiri lo dong. Bersedih juga butuh tenaga. Istigfar bang, doakan yang terbaik untuk mereka. Inget! Masih ada Lyly yang membutuhkan elo."

"Lo gak tahu Sand, gimana rasanya kehilangan orang yang lo sayangi. Gue takut semua orang yang gue sayangi pergi ninggalin gue untuk selamanya. Gue takut.. gue juga takut kalo elo ninggalin gue. Ini bukan kali pertama gue kehilangan seseorang yang gue sayang," racau Varo di sela-sela tangisnya.

Sandra merasa sakit begitu mendengar kalau Varo takut kehilangan dirinya. Tanpa sadar, Sandra menitikan air matanya.

"Oke, gue emang gak tahu rasanya gimana kehilangan seseorang yang gue sayang untuk selamanya. Tapi lo harus tahu, kalau gue juga merasa sakit liat lo kayak gini."

Sandra meletakan piring yang sedari tadi di pegangnya, kemudian menangkup wajah lelaki di hadapannya. "Denger! Lo gak bakalan kehilangan gue. Gue udah janji kan, gue gak akan pernah ninggalin elo sendirian. Lo sayang kan sama gue?"

Varo mengangguk mengiyakan.

"Oke, kalau lo sayang sama gue, berarti lo harus makan! Buka mulutnya, aaaaaak...."

Akhirnya, Varo membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Sandra.

Sedari tadi, hal itu tak luput dari pandangan seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka.

---

27 Februari 2018
Ekapertiwi❤

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang