ANGEL - 27 [LAST PART]

13K 397 35
                                    

Setelah berpikir semalaman, akhirnya Varo mengalah dengan egonya sendiri.

"Mengalah demi kebaikan Var," gumamnya sambil menatap pantulan wajahnya di cermin.

Berhubung hari ini adalah hari libur sekolah, dia akan mengunjungi rumah Sandra. Dia akan menjelaskan semua masa lalunya pada wanita yang dicintainya itu.

Dia menghembuskan napasnya dengan pelan, sebelum memencet bel rumah Sandra. Jam memang masih menunjukan pukul sembilan pagi, tetapi dia sudah kelayapan bertamu ke rumah orang.

Sekali, dua kali, Varo memencet belnya. Begitu dia akan menggerakan tangannya untuk memencet bel untuk yang ketiga kalinya, seseorang membukakakn pintu mengurungkan niatnya, krmbali menurunkan tangannya yang sudah telanjur naik, dan tersenyum kepada si pembuka pintu.

"Loh, Var... ayo masuk."

Varo tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi rapinya. "Assalamualaikum Mi," ucapnya sambil menyalami tangan perempuan paruh baya yang notabene ibu dari Sandra, Giovani.

"Sandranya ada Mi?" tanyanya.

"Ada, dari kemaren dia nggak keluar kamar. Melewatkan makan siang sama malem, mana belum sarapan tuh anak. Anak zaman sekarang kalo galau suka gitu ya?" tanya Gio yang kemudian terkekeh pelan. "Kalian lagi berantem ya?" tebaknya menggoda teman lelaki putrinya itu.

Alvaro tersenyum salah tingkah. "Boleh Varo nemuin Sandra nggak Mi?"

Gio mengangguk. "Tentu saja. Sekalian suruh dia makan, kali aja kalo kamu bujuk dia mau. Mami udah pusing bujuk Sandra, dia keras kepala emang."

"Mirip sama Mami dong?" celetuk Varo membuat Gio mendengkus pelan. "Dikit," jawabnya, kemudian tertawa.

"Ya udah, kamu tunggu di sini dulu. Mami mau buatin minum sekalian bangunin putri Mami yang malas."

Alvaro mengangguk. "Makasih Mi."

Lima belas menit kemudian, Gio kembali menghampiri Varo dengan nampan yang berisi satu gelas minuman dan beberapa makanan ringan.

Varo tersenyum, menatap ibu dari wanita yang dicintainya itu penuh harap.

Begitu Gio menggelengkan kepalanya, raut wajah kecewa terpampang jelas di wajah tampannya. Alvaro menghembuskan napasnya dengan pelan. "Dia nggak mau nemuin Varo ya Mi?"

"Kayaknya dia masih ngambek."

"Yahh." Alvaro mendesah pelan membuat ibu dua orang anak itu menepuk pundaknya, mendudukan bokongnya di samping Alvaro. "Cerita sama Mami, kalian kenapa?"

Alvaro tersenyum canggung, mengusap tengkuknya beberapa kali berusaha menghilangkan kecanggungan pada dirinya.

"Anu, Mi...." ucapnya ambigu.

"Cerita aja, anggap aja kamu lagi bicara sama temen kamu. Kali aja Mami bisa bantu."

"Serius Mi, Mami mau bantuin Varo?" tanyanya dengan mata berbinar membuat Gio menganggukan kepalanya.

"Sebenernya, kita nggak berantem sih Mi, mungkin ... cuma salah paham. Kita bahkan udah lama nggak ketemu."

"Loh, bukannya kalian satu sekolah?"

Alvaro mengangguk. "Akhie-akhir ini Sandra selalu ngehindari Varo. Beberapa hari yang lalu ... Sherly cerita sama Varo kalo ... aduh, gimana bicaranya ya? Varo malu Mi."

"Dih, kamu sok-sokan punya malu segala," cibir Gio yang hanya dibalas cengiran oleh Varo.

"Mami netral kan?" tanya Varo yang kemudian malah membuat Gio tertawa. "It’s okay!"

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang