22 tahun kemudian.
4 Mei 2017.
18.00 PM.Namaku Park Lucy.
"Tugas ini harus dikerjakan secara berkelompok. Mengenai anggotanya, akan saya serahkan kepada kehendak kalian masing-masing. Kalian bebas memilih anggota kelompok, asal tidak lebih dari 3 orang."
Aku adalah gadis penyendiri. Bahkan di kampus pun aku sama sekali tak punya teman.
"Sowon-ah! Ayo kita sekelompok!"
"Jadi kita akan mengangkat tema apa untuk laporan ini?"
"Jam 6 sore kita kerja kelompok di perpustakaan ya!"
"Hei Jinyoung! Mau sekelompok denganku tidak?"
"Aku tak mau tahu, kalau kalian tidak datang saat kerja kelompok nama kalian tidak akan kutulis di makalah!"
Bosan? Tidak. Aku sudah terbiasa dalam kondisi seperti ini. Jadi tak aneh lagi bagiku jika dalam suasana ini tidak ada satu orangpun yang mengajakku sekelompok.
"Baiklah, kelas berakhir sampai disini. Minggu depan tugas sudah harus terkumpul di mejaku. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya!"
Kelas sastra pun berakhir satu jam lebih awal. Para mahasiswa bersorak girang, pasalnya dengan begitu mereka bisa kembali ke kediaman masing-masing.
Lucy dengan cepat mengemas barangnya, bergegas pergi dari kelas dan memacu kakinya, hendak menyusul sang dosen yang lebih dulu melangkah beberapa meter di depannya.
"Pak Namjoon!"
Merasa jika dirinya dipanggil, pria bersurai hitam itu berhenti dan berbalik. Hingga Lucy kini berada di hadapan dosen Kim Namjoon, pria itu mulai tersenyum. Memperlihatkan lesung pipi yang membuat senyumnya terlihat menawan.
"Ah, nona Park ternyata." ucap Namjoon. "Ada apa? Apa kau ingin bertanya perihal tugas tadi? Ada yang kurang jelas?"
"Bukan begitu. Hanya saja," Lucy menundukkan kepalanya kemudian. Sembari menggigit kecil bibir bawahnya. "Saya tak punya kelompok. Tidak ada yang mengajak saya bergabung, dan saya juga tak punya teman untuk diajak membentuk kelompok. Jadi bisakah saya mengerjakan tugasnya sendiri saja?"
"Tapi ini tugas kelompok, nona Park."
"Saya mohon." Seketika Lucy membungkukkan tubuhnya, tengah memohon kepada dosen nya. "Tolong, izinkan saya."
D
an pada akhirnya Namjoon menghela napas. Tangan kanannya terulur, mengelus puncak kepala Lucy dengan lembut. Tidak sekali dua kali Lucy datang menemuinya secara personal untuk memohon keringanan. Entah apa yang salah pada gadis di hadapannya kini sehingga menjadi enggan bersosialisasi dengan teman sebaya.
"Pantas saja Jimin menitipkanmu padaku saat kau di kampus." ucap Namjoon dengan tangan yang masih membelai lembut kepala mahasiswi didikannya. "Katakan, apa kau sengaja tidak berusaha mencari kelompok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood, Sweat, and Tears [ON GOING]
VampireDemi dirinya, aku rela mengikat perjanjian kepada sang iblis. Demi cerianya, aku rela memberikan darah ku. Mengeluarkan keringat, sebagai bentuk perjuangan ku. Serta meneteskan air mata, untuk berada di sisinya. @Cover edited by Dearmypsyche