7

125 8 4
                                    

Semuanya serba gelap, lilin di setiap sudut dimatikan, penerangan hanya berasal dari sinar purnama yang menembus jendela. Jungkook tak tahu mengapa dirinya harus digandeng oleh Hasa menuju kediaman menakutkan ini, bahkan beberapa kali rengekan meminta kembali pulang dilontarkan bersamaan dengan tarikan lengan agar dilepas.

Sayangnya, Hasa adalah pribadi keras kepala. Usaha Jungkook sia-sia.

Berikutnya Jungkook bisa melihat dua-ah tidak. Cukup banyak juga. Tengah berdiri di ujung lorong, tengah terlibat konversasi yang samar-samar bisa Jungkook tangkap dengan telinga kecilnya. Jungkook mengenal beberapa, wajah yang sudah tak asing lagi, kendati pertemuan terakhir berlangsung satu tahun lalu.

Satu kosakata diucap berulang kali dan Jungkook merasa asing di telinga.

"Hasa?" Seseorang diantara mereka menyahut, kemudian diikuti dengan lirikkan dua orang lainnya yang mungkin baru menyadari kehadiran Hasa dan Jungkook disini.

"Tolong aku."

Jungkook dapat melihat begitu jelas raut gusar, berikut tautan tangannya dengan Sang Kakak yang mengerat dan sedikit bergetar. Dalam hati dirinya bertanya tentang apa dan mengapa Jeon Hasa bisa seperti demikian.

"Aku akan bersamamu disini sampai akhir, benar-benar berada disini. Takkan meninggalkanmu, asalkan tolong bawa adikku."

"Hyung?" Semakin dibuat tidak mengerti, otak kecilnya tak menemukan jawaban. Lantas Jungkook menarik ujung pakaian Hasa dengan tidak sabaran. "Ini ada apa?"

Belum juga hasrat penasaran terpenuhi, gebrakan pintu beserta pecahan kaca dari salah satu jendela membuat seluruh atensi disana-kecuali Jungkook-jatuh pada satu titik dengan posisi waspada. Senyap tercipta kemudian. Sedikit samar, namun langkah kaki yang semakin terasa jelas bisa telinga Jungkook tangkap.

"Jungkookie? Lihat sini." Intrupsi itu terucap pelan. Jungkook menengadah menuju sumber suara, dan secara tak sengaja mempertemukan kedua mata bulatnya dengan iris Hazel yang sangat cantik. Sadar diperhatikan, si pemilik mata yang mencuri atensi Jungkook mengulas senyum, kemudian mengusap perlahan puncak rambut mangkuk hitamnya yang terlihat pas di telapak tangan wanita itu. Berikutnya tubuh itu berjongkok untuk menyamaratakan tinggi keduanya, membawa Jungkook kedalam rengkuhan lalu membisikkan sesuatu.

Hanya sebentar, dan Jungkook membalas dengan anggukan kelewat bersemangat. Mengundang kekehan gemas si wanita. "Janji ya sama Tante?" Pertanyaan mengudara bersama dengan jari kelingking teracung. Jungkook segera membawa jari kelingking kecilnya untuk ditautkan.

Rasa terpukau menyambangi hati. Ini janji pertamanya, terasa seperti misi besar penyelamatan dunia dan Jungkook merasa bersemangat untuk itu. Kelingkingnya masih setia bersentuhan disana. 'Hangat sekali. Seperti Mamah.' batinnya.

Detik berikutnya adalah ledakan besar memekakkan telinga. Jungkook tak bisa melihat apa yang secara jelas, sebab seluruh jarak pandangnya langsung tertutupi daksa jangkung yang entah sejak kapan sudah membawa tubuhnya berlari kencang.

Satu yang disadari.

Ia tak sedang bersama Hasa.

Aroma tubuh ini bukan milik kakaknya.

"Hyung?" Jungkook memanggil. Sedikit teredam karena wajahnya tertanam begitu erat dengan dada seseorang.

Tak ada jawaban. Hanya suara gesekan sepatu dan ranting pepohonan yang mengisi pendengar.

Ketakutan absolut menyelubungi hati. Perasaan tak mengenakkan membuat Jungkook lantas memukul kencang tubuh yang tengah menggendongnya.

"MANA HYUNG KU?!"














Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blood, Sweat, and Tears [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang