Park Jimin POV
Kini aku berdiri disini. Memandangi langit malam. Mengagumi betapa indahnya benda langit ciptaan sang kuasa.
Sedikit mengingat beberapa konversasi dengan Lucy tadi siang.
"Ah, aku bicara apa sih padanya? Aku sudah seperti seorang pakarnya saja. Memalukan." rutukku. "Jika saja aku bisa menghapus ingatan, aku akan menghapus kejadian siang tadi dari memorinya."
Udara semakin mendingin. Tetapi aku tak menghiraukannya. Aku terlalu betah disini. Dan lagi, tak ada yang menggangguku. Karena aku seorang diri disini.
Sendiri itu asyik. Meski memang terasa ada yang kosong di relung hati. Terasa hampa. Namun jika itu akan membuat diriku tak tersakiti, aku lebih memilih seperti ini.
Tapi sekarang, aku merasa tak sendiri lagi. Ada sepasang mata yang mengawasiku. Dari balkon lantai dua, kurasa?
Dengan perlahan, aku menoleh ke arah sana. Dan ternyata benar. Ada yang memperhatikanku.
Park Lucy.
Tatapan kami saling beradu. Meski berada di jarak yang terbilang lumayan jauh, aku masih bisa menangkap warna iris hazelnya dari sini.
Kau akan dalam masalah kalau melihatku terlalu lama, Lucy. gumamku. Lebih dari sepuluh detik kau melihat bola mataku,itu mengindikasi jika kau tertarik padaku.
Bukannya apa-apa. Tapi ini sungguhan. Jika kau menatap dalam iris mata orang di depanmu lebih dari sepuluh detik, itu tandanya kau tertarik padanya. Kudengar ini sudah diuji oleh para peneliti. Dan aku juga pernah mengalaminya dulu.
Bahaya jika Lucy berlaku demikian. Pasalnya aku, tidak ingin Lucy tertarik padaku.
Aku tak ingin ramalan Namjoon menjadi kenyataan dan berakhir dengan kegagalan rencana yang sudah kurancang.
Dalam batin, aku menghitung berapa lama tatapan kami bertemu.
Satu.
Dua.
Tiga.
Empat.
Lima.
Enam.
Oh tidak, hampir sepuluh detik. Kau dalam bahaya, Lucy.
Tujuh.
Delapan.
Sembilan.
Sepu—
"LUCY!!!!!!! APA KAU SUDAH MEMANGGIL JIMIN?"
Aku dapat menangkap respon Lucy yang sedikit tersentak akibat teriakan Hoseok yang luar biasa keras. Bahkan aku saja bisa mendengarnya dari sini.
"ASTAGA HOSEOK! BISA KAU SABAR SEDIKIT? AKU BARU SAJA AKAN MEMANGGILNYA!" teriak Lucy yang bisa kudengar juga.
Ya ampun. Ini telingaku yang kelewat peka terhadap suara atau memang suara mereka berdua sekeras ini?
Bagaimana bisa selama ini aku hidup dengan dua makhluk yang volume suaranya mirip lengkingan simpanse, nyaring dan memekakkan telinga ini?
"JIMIN! CEPAT MASUK KE DALAM!" teriak Lucy lagi. Namun kali ini teriakannya ditujukan untukku. "CHURROS DAN MAKARONI PANGGANG BUATAN BIBI JUNG MENANTI! HOSEOK JUGA MEMBUAT COKLAT PANAS SEKARANG!"
![](https://img.wattpad.com/cover/116241664-288-k112831.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood, Sweat, and Tears [ON GOING]
VampireDemi dirinya, aku rela mengikat perjanjian kepada sang iblis. Demi cerianya, aku rela memberikan darah ku. Mengeluarkan keringat, sebagai bentuk perjuangan ku. Serta meneteskan air mata, untuk berada di sisinya. @Cover edited by Dearmypsyche