"Alexa....." ibu memanggil. Ia bermaksud menyuruh putri sulungnya pergi ke supermarket untuk membeli telur. Wanita cantik nan baik, wanita yang jarang kau temui –kebanyakan wanita cantik tak terlalu baik- ini menjadi orang tua tunggal setelah sang suami menghilang belasan tahun yang lalu. Meninggalkan ia dan anak-anaknya.
"Apa, bu?" Alexa menyahut dari dalam kamar, dan dia tahu apa yang diinginkan ibunya lantas ia keluar. "Tolong belikan ibu telur, adikmu Edward sedang makan" kata ibu.
"Baiklah..." jawab Alexa dengan ringan. Maria adalah ibu yang baik untuk anak-anaknya. Dia seorang ibu sekaligus kepala keluarga yang telah membesarkan kedua anaknya dengan penuh cinta. Alexa dan Edward sangat menyayangi ibu mereka ini. Namun kebanyakan anak remaja tak ada yang seratus persen baik. Kadang mereka lalai ketika di ajak ke jalan lurus. Seperti Edward yang diam-diam mencuri rokok paman Hein dan mencoba menghirup sebatang penuh. Atau Alexa yang pernah kabur tengah malam dari rumah demi menghadiri pesta topeng temannya.
...
Di gang yang gelap, Alexa berjalan seorang diri. Hanya lampu jalan yang remang menemani dirinya. Ia baru berjarak dua meter dari rumah, namun terasa sudah berjalan dua kilometer jauhnya. Perempuan normal tak akan mau jalan sendirian di gang itu apalagi sekarang pukul sepuluh malam di Penville. Dan gang ini penuh dengan cerita mistis yang aneh.
Alexa masih ingat ketika malam penerimaan siswa baru di sekolahnya, mereka diharuskan mengikuti prosedur konyol dengan para senior sok jago. Bermalam di hutan dan mengungkit cerita horor desa terkutuk ini. Konon –sebenarnya konyol percaya dengan cerita ini- pemakaman seluas tiga hektar di samping kiri gang itu dulunya merupakan tempat makhluk seram dan bertaring membuang secara sembarang mayat-mayat manusia yang telah dihisap darahnya. Dan di gang itu pula berdiri sebuah rumah nan besar dan megah bercat hitam, satu-satunya rumah besar di Penville. Namun, sekitar enam tahun yang lalu sang pemilik menghilang secara misterius. Alexa tahu bahwa sang pemilik bukanlah orang yang suka menampakkan diri di hadapan umum. Ia tahu betul tuan Robert bukanlah orang yang seperti itu. Yang ia tahu, beliau merupakan sosok yang tegas dan berkharisma tinggi. Tapi hey, kemana dia pergi?
Tahun 2001 merupakan tahun terberat baginya, mungkin berat pula bagi ibu dan Ed. Dua orang yang mereka sayang menghilang secara bersamaan, entah kemana. Polisi berusaha memecahkan kasus ini, namun yang mereka dapati hanyalah jalan buntu. Ada yang bilang mereka diserang beruang hutan atau harimau. Cukup masuk akal jika tuan Robert dan ayah Alexa pergi berdua untuk berburu. Namun nyatanya, mereka memakai pakaian tipis dan tak membawa senjata apapun malam itu. Dan kenapa harus mereka? Dosa apa yang telah mereka perbuat?.
Alexa terus berjalan, supermarket ada diseberang gang. Ia berjalan cepat berusaha tak mengingat kenangan pahit itu ketika melewati rumah tuan Robert. Namun langkahnya terhenti seketika. Di ujung lorong ia melihat sekelompok orang-orang aneh yang berjalan ke arahnya. Mereka membawa tas besar dan koper. Dua laki-laki dan satu perempuan. Laki-laki yang satu tampak lebih tua dari yang lainnya karena keriput yang terlihat jelas. Dan yang perempuan tampak seperti kapur berjalan karena bedak yang di pakainya sangat tebal. Ini cukup aneh, karena di gang itu hanya ia, ibunya, dan Ed yang tinggal –setelah tragedi menghilangnya tuan Robert dan ayahnya, para penghuni di gang itu memilih pindah rumah bahkan pindah keluar desa-.
Tiba-tiba si perempuan berlari ke arah Alexa. Alexa berfikir sekarang dia benar-benar tampak seperti kapur karena lampu jalan menerpa wajahnya. Lantas perempuan itu bertanya pada Alexa.
"Permisi, cantik. Apa kau tahu alamat ini di mana?" ia menyodorkan selembar kertas kecil yang sudah lecek. "Jl. Jend. Rosevelth No. 14...." Diam sejenak "Kurasa aku tahu tempatnya. Mari aku tunjukkan jalannya".
Alexa berbalik arah dengan maksud menuntun rombongan aneh ini menuju alamat yang mereka cari. Alamat itu menuju ke rumah dua tingkat yang sangat megah. Pagarnya tinggi dan berukir. Rumah ini terkesan suram tetapi mewah. Dan rumah itu berada tepat di sebelah rumah Alexa yang kecil dan sederhana.
"Ini rumahnya..." jelas Alexa. "Apa kalian baru pindah ke sini?" Dia sangat penasaran dengan tujuan orang-orang ini mencari rumah tuan Robert.
"Ahh... benar kami baru pindah" jawab si laki-laki tua.
Aneh... kata pertama yang muncul dalam benak Alexa. Mereka ingin pindah ke rumah yang tidak mereka ketahui letaknya?, gumamnya.
"Apa kalian mengenal sang pemilik? Karena ia sedang tak dirumah sekarang" ujar Alexa.
"Kami tahu" seseorang menjawab. Namun Alexa tak yakin yang mana, mereka menutup hampir seluruh wajah mereka dengan topi dan syal.
"Dan, apa kau juga tahu kalau beliau tak kunjung kembali?"
"Kami tahu" jawabnya ketus, lagi.
"Okey... siapa kalian? apa kalian punya kunci?" Alexa mulai ragu. "Itu bukan urusanmu oke? Dan kami tak perlu kunci untuk masuk" jawab si lelaki muda sambil tersenyum smirk.
"Ohh, baiklah kalau begitu aku permisi..." ia pamit. Perasaannya tak enak mengenai orang-orang ini.
"Ooh ya, aku lupa memberitahumu. Rumah ini tak punya apapun untuk di curi"
"Hey... tunggu sebentar..." katanya. Laki-laki itu menampakkan gigi putihnya untuk pertama kali saat mengucapkan 'hey'. Alexa membalikkan bandannya. Ia melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih, rambutnya hitam lebat dan berwajah pucat pasih. Tetapi secara keseluruhan laki-laki ini tampan –hey! Ini bukan saatnya untuk terpesona-.
Alexa baru menyadari kehadirannya. Dia yang dari tadi menjawab pertanyaan Alexa. "Siapa namamu?" laki-laki muda itu bertanya. Namun Alexa lanjut pergi.
Ps : Maaf telat up teman-teman ToT
Ikuti terus ya ceritanya, thanks.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Vampire and Me
VampirgeschichtenKamu yakin jika vampir itu hanya makhluk mistis? maka kamu satu pemikiran dengan Alexa. Namun, tahukah kamu jika Alexa kini menyesali pemikiran itu? Vampir itu ada.