Dilema

1.2K 54 0
                                    

Fakhri membaringkan tubuhnya dikasur yang selalu membuatnya nyaman saat istirahat dengan menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos tanpa ada hiasan sedikit pun. Pikiran Fakhri masih bekerja walaupun tubuhnya sudah istirahat, Fakhri masih memikirkan perempuan yang dia tabrak siang tadi. "Apakah dia baik-baik saja ???" Gumam Fakhri dengan hatinya.

"Astaghfirullah, kenapa aku memikirkannya terus" Fakhri tersadar dari lamunannya.

Tok Tok Tok. Tiba-tiba pintu kamar Fakhri diketuk.

"Fakhri, apa kamu ada didalam ??? Apa umi boleh masuk..." Kata Farida dari luar.

"Iya umi... Silakan masuk umi.."

Farida membuka pintu kamar Fakhri dengan lembut dan menampakkan senyuman dan wajah teduh yang membuat penat Fakhri hilang saat melihat umi tersayangnya itu.

"Ada apa umi ???"

"Umi cuman mau ngasih tau... Nanti malam Fakhri jangan kemana-mana ya. Pak Ridho mau mampir kerumah kita..."

"Baik umi... Kebetulan Fakhri gk mau keluar malam ini..."

"Baiklah... Umi mau nyampaikan itu saja..."

"Iya umi..."
Farida beranjak dari kamar Fakhri. Dan meninggalkan Fakhri dalam kesunyiannya. Fakhri memang suka dengan ketenangan, terlebih-lebih kalau dikamar. Hampir tidak ada suara terkadang jika Fakhri ada dikamar. Maka dari itu sering Anwar dan Farida mengira Fakhri sedang keluar, padahal Fakhri hanya berdiam dikamar 😁

"Kenapa umi tiba-tiba menyampaikan kedatangan teman abi, biasanya umi biasa-biasa saja... Hemmm..."

Fakhri beranjak dari kasurnya seraya mengambil handak yang tersangkut didinding samping lemarinya. Fakhri menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya karena Adzan Ashar sudah berkumandang.

~~~~~~~~

Kini matahari pun berganti dengan bulan yang diteman beberapa bintang agar bulan tidak kesepian saat menyinari bumi.

Sedangkan laki-laki yang berada dikamar dengan khusyu' berdo'a kepada yang mahaPencipta.

"Ya Allah... Lancarkanlah semua perkara hamba, hamba hanya ingin mendapatkan ridho-Mu dan kedua orang tua hamba. Hamba ingin membahagiakan kedua orang tua hamba." Tiba-tiba Fakhri mengingatkan akan perempuan yang menari ditaman saat hujan itu.
"Ya Allah... Mengapa hamba-Mu ini selalu mengingat dia. Hamba takut akan dosa yang siap menarik hamba keneraka. Bantu hamba-Mu ini. Jika dia adalah jodoh hamba, maka permudahkanlah hamba untuk menemuinya dan menghalalkannya. Dan bantulah hamba untuk menjaga Jika dia bukan, maka bantulah hamba-Mu ini untuk melupakannya. Hamba takut akan adzab-Mu... Ampunilah hamba-Mu ini disaat memikirkannya... Rabbighfirli waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shaghiro. Rabbanaa aatina fiddunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaabannar. Walhamdulillahirabbil 'aalamiin.." Fakhri mengakhiri do'anya dengan mengkupkan kedua tangan diwajahnya.

Tok Tok Tok. Ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Fakhri. Dan Fakhri sudah tau bahwa yang ada disamping pintu itu adalah uminya, Farida.

"Fakhri... Apa kamu sudah selesai sholat ???"

"Sudah umi..." Sahut Fakhri sambil melipat sejadahnya dengan rapi, kemudian menaruhnya dinakas tepat disamping kasur nya.

"Nanti turun kebawah ya, Fakhri..." Ucap Farida tanpa membuka pintu kamar Fakhri.

"Iya umi..."

Fakhri menuruni anak tangga pelan-pelan tapi pasti. Diruang tamu sudah berkumpul dua keluarga. Kaka dan kaka iparnya pun ikut serta malam itu. Fakhri terkejut saat melihat ada kaka dan kaka iparnya.

Cinta Dalam HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang