Secarik Kertas

1.2K 58 16
                                    

Hujan masih setia menemani Fakhri dan perempuan itu dalam kebisuaan mereka masing-masing. Entah apa yang sedang mereka pikirkan. Hanya sang pemilik hatilah yang tau apa yang sedang mereka pikirkan.

"Assalamu'alaikum..." Akhirnya Fakhri memutuskan untuk mengangkat bicara terlebih dahulu.

"Wa'alaikumussalam..." Jawab perempuan itu dengan pelan, tapi masih dapat didengar oleh pendengaran Fakhri.

Fakhri tersenyum bahwa akhirnya dia bisa berbicara dengan perempuan yang telah ia cari selama ini.

"Maafkan aku, jika aku lancang... Mengapa kamu sangat suka hujan-hujanan, apakah kamu tidak takut nanti sakit ?"

Ya, Fakhri bukan tipe orang yang suka basa-basi, Fakhri lebih suka menanyakan hal-hal yang penting saja.

"Sakit atau tidak, itu sudah di atur oleh Allah" Jawab perempuan itu dengan singkat.

Tapi, jawaban inilah yang dapat menggetarkan hati Fakhri. 'MasyaAllah, Subhanallah sungguh indah makhluk ciptaan-Mu ini' Gumam Fakhri dalam hati.

"Kamu yang aku tabrak tadi saat dikampuskan"

Perempuan itu hanya menjawab dengan anggukkan saja.

Fakhri terdiam sejenak untuk memikirkan dan menyusun kata-kata untuk berbicara dengan perempuan itu. Fakhri sangat hati-hati menuturkan kata-katanya, karena Fakhri takut jika salah maka akan membuat perempuan yang dia impikan akan menjauh.

"Sekali lagi maaf, bolehkah aku mengetahui nama mu ?"

Perempuan itu hanya diam beberapa detik dan sepertinya perempuan itu sedang berbicara dengan hatinya.

"Jika kamu tidak ingin memberitaukan, tidak apa-apa. Aku tidak memaksamu... Mungkin Allah tidak mengizinkanku untuk mengetahui namamu sekarang..." Imbuh Fakhri dengan rasa sedikit kecewa.

Perempuan itu masih setia dengan seribu diamnya dan berbincang dengan hatinya. Bahkan, sedikit samar-samar terlihat perempuan itu sedang berbicara dengan mawar-mawar putih yang ada dihadapannya.

Fakhri membalikkan tubuh dan langkahnya perlahan. Fakhri berharap sekali bahwa perempuan itu mau menjawab pertanyaannya. Tapi sayang, jarak mereka sudah semakin menjauh. Fakhri tidak bisa menghentikan langkahnya walaupun pelan. Dan perempuan itu sepertinya lebih memihak kepada egonya, yaitu diam daripada menjawab pertanyaan Fakhri.

Ketika tinggal beberapa langkah saja lagi Fakhri mencapai mobilnya. Fakhri memalingkan tubuhnya dan berharap bahwa perempuan itu memalingkan tubuhnya juga untuk menatap kepergiannya. Beberapa detik Fakhri diam dalam posisi membelakangi mobilnya. Tapi tidak ada hasilnya.

Akhirnya Fakhri menyerah. Dan ia menaiki mobilnya.

~~~~~

"Assalamu'alaikum shohib..." Syarwani merangkul pundak Fakhri.

"Wa'alaikumussalam..."

"Kenapa kamu, Ri ? Akhir-akhir ini kamu terlihat murung."

"Aku baik-baik saja, aku hanya tidak ingin banyak bicara..." Jawab Fakhri dengan nada lesu.

"Aku tau... Pasti kamu galau lama tidak bertemu dengan habibah ya..." Syarwani menatap Fakhri dengan senyum lebarnya.

"Apaan sih kamu..." Fakhri melepaskan rangkulan Syarwani dan berjalan lebih cepat.

"Aaaa... Aku anggap itu jawabannya iya."

Fakhri tidak menghiraukan perkataan Syarwani dan tetap melangkahkan kakinya. Dan Syarwani segera menyusul Fakhri, karena ia sadar bahwa Fakhri tidak menghiraukannya.

Cinta Dalam HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang