Sebuah Kenyataan

973 48 2
                                    

"Dia.." Gumam dalam hatinya. Dan langkahnya terhenti karena saking kagetnya.

Sedangkan Syarwani masih melangkahkan kakinya. Namun, baru tiga langkah mendahului Fakhri. Syarwani merasa kalau Fakhri tidak mengikutinya dibelakang.

Syarwani membalikkan pandangannya. Ternyata benar, Fakhri tidak mengikutinya dibelakang dan seperti mematung dirinya. Dan untungnya mereka baru setengah jalan menuruni anak tangga, sehingga tidaklah nampak sekali jika Fakhri sedang mematung saat itu.

Syarwani langsung menghampiri Fakhri yang sedang mematung.

"Ada apa Fakhri ??"

"Tidak apa-apa Syar... Sebaiknya aku dikamar kamu saja"

Syarwani paham bahwa Fakhri sedang tidak baik. Syarwani hanya menjawab dengan anggukkan yang bertanda mengiyakan keputusan Fakhri. Dan Syarwani meneruskan langkah kakinya menuruni anak tangga, dan menghampiri kedua keluarga itu.

Fakhri menaiki anak tangga dengan tergesa-gesa. Fakhri takut bahwa terlihat oleh orang yang dimaksudnya.

"Apa dia benar sepupunya Syarwani... Aku harus menanyakan hal ini kepada Syarwani..."

Tidak lama, ada seseorang yang membuka pintu kamar Syarwani.

"Syarwani... Kenapa kamu kembali ???"

Syarwani tidak menjawab pertanyaan Fakhri langsung, Syarwani lebih memilih untuk menampakkan senyum lebarnya. Dan Fakhri mengangkat sebelah alisnya karena merasa heran oleh tingkah laku Syarwani.

"Aku bilang sama umi dan abi. Kalau ada tugas kuliah mendadak bersama kamu... Dan aku bilang sama umi bahwa tidak usah memberitahu kalau ada kamu"

"Bagus, bukannya kita gk ada tugas atau apapun ??" Mulanya Fakhri tersenyum, tapi ketika Syarwani mengatakan kebohongannya Fakhri langsung merubah raut wajahnya menjadi datar.

"Oh, iya.. Aku lupa. Ah, tidak apa... yang penting aku bisa mengintrogasimu..."

Syarwani mengeluarkan tatapan tajamnya kepada Fakhri.

"Harusnya aku yang mengintrogasi kamu..." Fakhri membalas tatapan Syarwani dengan tatapan datar.

"Mengintrogasi aku apa ???"

"Sepupu kamu itu Naura ???"

"Iya... Emang kenapa ??? Dia cantik ???"
Syarwani mengeluarkan tatapan mesumnya.

"Biasa aja... Kenapa kamu gk bilang kalau keluarga kamu itu Naura..."

"Lha.. Ngapain aku bilang. Emang kamu siapa ???"

"Aku musuh kamu, Syar..."
Fakhri menatap Syarwani dengan seribu kekesalannya.

"Hehe.. Dan bagaimana kamu tau kalau itu Naura ?"

"Naura.."
Belum selesai Fakhri bicara, Syarwani langsung memotong pembicaraannya. Dan itu ada kebiasaan buruk Syarwani terhadap Fakhri.

"Yang dijodohkan sama kamu.."

"Iya..."

Tawa Syarwani langsung pecah memenuhi ruang kamarnya setelah mendapat jawaban dari Fakhri. Untungnya saja, kamar Syarwani ada diatas sehingga tidak terdengar jika ada suara berisik.

"Ketawa aja terus sampai tu leher copot"
Fakhri sudah sangat kesal melihat Syarwani yang tertawa sangat lepas.

"Iya.. Maaf Fakhri. Ternyata dunia itu memang sempit ya..." Syarwani menyapu sela-sela matanya karena ada sedikit air mata yang keluar.

"Begini Fakhri... Sebelum itu, aku bertanya kepada kamu..."

Fakhri hanya menatap Syarwani yang berarti "apa".

Cinta Dalam HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang