Tidak Membuahkan Hasil

833 25 21
                                    

Tapi saat Fakhri ingin memalingkan mobilnya dan tidak sengaja menatap danau itu. Ada seseorang yang sudah berdiri ditepi danau itu. Ya, perempuan berkerudung berwarna merahmuda, dia terlihat sangat menikmati pemandangan danau itu seorang diri.

"Apakah dia orang yang menulis surat itu" Pikir Fakhri.

Fakhri mencoba untuk mendekati perempuan itu. Saat Fakhri melangkahkan kakinya yang kelima. Perempuan itu melangkahkan kakinya juga dan berlari kecil meninggalkan Fakhri.

Ternyata perempuan itu menyadari akan keberadaan Fakhri. Fakhri ingin mengejarnya.

Tapi, Fakhri mengurungkan niatnya. Dan seperti biasa pikir Fakhri, pasti hasilnya akan nihil. Fakhri memutuskan untuk menikmati pemandangan danau itu dan menjernihkan pikirannya sebelum pulang kerumahnya.

Tiba-tiba handphone Fakhri berbunyi tanda pesan singkat telah masuk.

📨Fakhri... Kamu saat ini dimana ? Kenapa belum pulang

"Astaghfirullah... Ini udah jam berapa. Astaghfirullah..." Fakhri sedikit panik karena lupa memberitau kepada umminya.

Fakhri segera menuju mobilnya.

"Maafkan aku, Fakhri... Mungkin ini bukan saat yang tepat kamu tau siapa aku" Kata seorang perempuan dari kejauhan menatap kepergian Fakhri.

Saat diperjalanan pulang, pikiran Fakhri masih sibuk memikirkan siapa perempuan yang dipinggir danau tadi dan sebuah surat yang telah ia dapatkan diwiper mobilnya.

"Ahh... Lupakan saja. Kalau jodohkan tidak akan kemana..." Umpat Fakhri dengan mengangkat sedikit ujung bibir kanannya.

~~~~~

"Assalamu'alaikum, Abi..." Fakhri mencium tangan abinya dengan lembut penuh rasa baktinya.

"Wa'alaikumussalam... Fakhri, sini duduk sebentar..." Anwar menepuk-nepukkan tangan nya dikursi panjang sampingnya.

"Ada apa, Abi ?"

"Setelah lulus ini... Rencana kamu mau gimana, Ri ?"

"Fakhri masih bingung, Abi..."

Anwar menanggapinya dengan senyuman saja. Anwar tau pasti jawaban anak bungsunya itu selalu saja begitu.

"Tapi teman Fakhri ada yang mau lanjut ke Mesir, Abi..." Fakhri angkat bicara.

"Apakah kamu ingin ikut ke sana juga ?"

"Apakah Abi dan Ummi mengizinkan Fakhri untuk pergi ke sana ?" Fakhri merendahkan sedikit nada bicaranya. Fakhri tau kalau bukan hal mudah Abi dan Umminya melepaskan dirinya di tempat yang sangatlah jauh. Karena, hanya tertinggal dirinya saja lagi yang menjaga orangtuanya secara langsung, walaupun dia memiliki seorang kaka.

"Kalau Abi sih terserah Fakhri... Apa yang terbaik saja dan niat lillahi ta'ala. Bukan karena apa-apa... Dan janganlah ragu. Abi dan Ummi akan baik-baik saja di sini... Selama kamu benar-benar untuk menuntut ilmu..."

"Iya Abi... Fakhri rasa. Ilmu Fakhri belum cukup untuk sampai di sini... Apalagi ilmu mengenai agama. Fakhri sangatlah minim pengetahuan soal agama, Abi..."

Cinta Dalam HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang