Sahabat

335 11 7
                                    

"Kok kalian berdua ninggalin aku sih disini ?" Protes Syarwani.

"Kalu gk mau ditinggalin... Ayo ikut. Kita berjuang sama-sama lagi..." Balas Adrian yang mengundang kekehan Fakhri.

"Fakhri... Kamu tega ninggalin aku disini?" Adu Syarwani kepada Fakhri.

"Ilmu belum cukup untuk terjun ke masyarakat, Syar... Kamu mending terima saran Adrian deh." Balas Fakhri.

"Hemm... Apa boleh buat. Aku akan bicara dengan abi dan ummiku. Demi berjuang bersama kalian." Ucap Syarwani seperti kekasih yang tidak rela ditinggalkan pasangannya.

"So sweet..." Balas Fakhri dan Adrian.

Mereka bertiga pun menghabiskan malam itu dengan bersuka cita. Karena hanya tinggal beberapa hari saja lagi. Wisuda kampus pun akan dilaksanakan.

>>>>>

Sedangkan disisi lain. Dalam suatu ruangan yang sangat privasi. Ada 2 orang gadis yang sedang berbincang-bincang.

"Aluna! Kamu udah tau belum ?"

"Tau apa, kalau aku gk diberitau dulu.." Jawab Aluna.

"Hihi.. Iya, iya sayang ku. Fakhri mau berangkat jauh tau."
Hanya dengan beberapa kata, satu kalimat yang telah diucapkan oleh Tisya berhasil membuat Aluna kaget. Aluna pun memilih untuk diak saja dan menyembunyikan rasa kagetnya. Aluna dikenal dengan gadis yang sangat pemalu, apalagi yang menyangkut tentang kepribadiannya. Namun, itu tidaklah berlaku untuk Tisya, sahabatnya itu. Tisya sangatlah kenal dengan Aluna dari dulu. Walaupun Aluna tidak pernah bercerita apa-apa kepada Tisya, Tisya tau apa yang Aluna rasakan.

"Kamu tidak ingin tau Fakhri akan pergi kemana." Sambung Tisya menggoda Aluna.

Aluna masih diam. Aluna tau, walaupun dia tidak mengeluarkan satu patah katapun. Nantinya Tisya akan memberitaukan dengan sendirinya.

Akan tetapi, Tisya tidak akan mengalah untuk ini. Tisya menantikan Aluna untuk bertanya kepadanya.
Detik demi detik mulai berlalu, hingga Tisya tidak tahan lagi dengan suasana hening.

"Ayolah Aluna... Tanyalah." Tisya memasang wajah cemberutnya. Aluna yang melihatnya, hanya terkekeh. Dan Aluna memilih mengalah untuk sahabatnya.

"Pergi kemana?"

"Pergi ke Mesir." Jawab Tisya dengan senyum lebarnya.

Raut wajah Aluna pun langsung berubah, seperti awan mendung. Tisya tau bahwa Aluna merasakan sakit direlung hatinya. Cinta yang selama ini Aluna simpan rapat-rapat direlung hatinya yang terdalam. Kini akan meninggalkannya jauh.

"Aluna.."
"Dengarkan aku. Aku tau kamu menyimpan semua itu dengan rapat. Tapi kamu tidak bisa menyembunyikannya dariku. Aku tau apa yang kamu rasakan, Aluna. Ketahuilah, kita bisa saja tidak untuk seperti Sayyidah Fatimah yang dapat menyimpan rapat rasa cintanya terhadap Sayyid 'Ali. Kita bisa menjadi Sayyidah Khadijah yang menyampaikan cintanya terlebih dulu kepada Rasulullah."
"Tapi, jika kamu tidak sanggup untuk menjadi Sayyidah Khadijah. Percayalah, bahwa suatu saat ada dimana cintamu akan terbalaskan. Walaupun itu bukan orang yang kita harapkan. Karena, Allah lebih tau, lebih paham apa yang kita perlukan dibandingkan diri kita sendiri."

Tidak terasa, air mata itu jatuh membasahi pipinya. Ini untuk yang kedua kalinya Aluna merasa dirinya sangatlah rapuh.

"Dengar Aluna, kamu jangan rapuh sedikitpun karena cinta. Aku masih ada disini menemani kamu. Aku bisa mengeluarkan apa yang ada dihati kamu. Aku bisa menjadi pundakmu, Aluna. Aku sahabat kamu dari dulu." Tisya dengan spontan memeluk Aluna dengan erat, dan tak terasa juga air matanya juga keluar.

"Iya Tisya... Makasih untuk semuanya. Maafkan aku yang tidak bisa memahami dirimu. Maafkan aku, Tisya. Kalau aku terlalu egois.. Maafkan aku.." Ucap Aluna disertai dengan isak tangisnya.

"Iya Aluna.. Iya. Mulai sekarang kamu tidak boleh terlalu egois ya. Kalau tidak, aku pun akan pergi.." Jawab Tisya.

"Kamu jahat." Jawab Aluna dengan wajah cemberutnya.

Tisya yang melihat wajah Aluna yang cemberut seperti wajah anak kecil yang merajuk itu berhasil membuatnya tertawa. Kemudian, disusul juga dengan tawa Aluna.

"Terus kamu.. Kamu gk ada rasa jatuh cinta gitu, Sya ?" Tanya Aluna yang membuat mata Tisya melotot, karena sangat terkejut dengan pertanyaan Aluna.

"Kamukan tau. Aku itu gk normal seperti kamu yang dikit-dikit dilema karena cinta." Ledek Tisya dengan tawanya.

"Apaan sih. Aku serius tau tanyanya."

"Hemm, coba aku ingat-ingat dulu kapan terakhir kali aku jatuh cinta."

"Huh, kamu sepertinya emang gk normal, Sya."

"Pernah sih aku jatuh cinta, tapi bagiku jatuh cinta itu terlalu sakit, Lun. Jadi aku lebih baik menjauhinya."

"Benarkah?. Jatuh cinta dengan siapa kamu ?. Dengan Adrian ya." Aluna menyipitkan matanya.

"Apaan sih, kamu ngaur deh."

"Haha.. Kan dari dulu kamu sama Adrian sama-sama gk normal. Kalau didekatin dengan lawan jenis, langsung menghindar." Tawa Aluna pun pecah mengisi seluruh ruangan itu.

"Gk ada ah kamu ini."

"Terus sama siapa?" Aluna pun semakin penasaran dengan Tisya, karena Tisya gk pernah dekat dengan laki-laki satupun, apalagi menampakkan rasa cintanya.

"Dengan... Ada deh." Jawab Tisya disertai tawanya.

"Ih dasar Tisya. Umur kamu itu udah berapa, masa gk ada rasa mau jatuh cinta sih. Nanti kamu jadi perawan tua lho.."

"Ihh, amit-amit. Jaga omongan, Lun. Aku ini sahabat kamu lho, masa do'ain aku yang enggak-enggak."

"Haha.. Habisnya kamu juga sih. Ceritalah.. Kitakan sahabat." Senyum Aluna dengan maksud menggoda Tisya.

"Iya-iya... Tapi emang masih gk ada orang yang nempatin dihati ku" Senyum Tisya.

Aluna menanggapinya hanya dengan anggukan saja. Karena, Aluna tidak tau harus bicara apa. Tiba-tiba saja, semua kosakata yang berada diotaknya, menghilang.

"Tapi semua itu tidak ada artinya bagiku... Yang terpenting adalah sahabat. Karena bagiku, sahabat itu segalanya... Dia yang akan mendukung dan mengerti disaat waktu dan keadaan berpihak kepada kita. Dan yang selalu mengingatkan dijalan-Nya, di kala aku tersesat . Dan orang itu adalah kamu, Aluna. " Sambung Tisya.

"Bukan kita yang merencanakan untuk bertemu. Namun, Allah lah yang mempertemukan kita, lalu kita bersahabat karena-Nya." Sahut Aluna.

"Terimakasih Aluna, kamu sudah hadir di hidup ku."

Tisya pun memeluk Aluna.

"Terimakasih juga Tisya, kamu sudah hadir di hidup ku." Sahut Aluna.

Mereka pun tertawa dengan sukariya malam itu. Semua rasa sedih dan dilema yang Aluna rasakan. Semuanya hilang begitu saja.



_________________________
Assalamu'alaikum...
Hello guys... 👋👋👋
Maaf banget ya baru update... Pasti banyak readers yang udah pada lari nih... 😅
Sekali lagi maaf banget... 🙏🙏🙏
Soalnya author lagi sibuk dengan tugas dan susah nyari inspira akhir" ini... 😅
Dan untuk readers yang masih setia... author ucapkan terimakasih sebanyak" nya, karena masih setia nunggu cerita ini...

Jika masih terdapat typo, mohon maaf ya...
Dan jika ada kritik dan saran... Silakan coment...
Dont forget stars.. 😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dalam HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang