-TWENTY ONE-

2.2K 123 7
                                    

[PART DUA PULUH SATU]

PAPA!

"Apa yang lebih menyakitkan dari sakit nya saat diputusin pacar?malam minggu tak ada kouta?baterai habis waktu lagi ngechat doi? Yaitu kehilangan seorang papa tercinta."

***

Author

KINI Ara tiba di Bandara Hang Nadim.Kepulauan Riau,Batam.
Akhirnya Ara sudah tiba di Batam,hanya tinggal mengunjungi Rumah Sakit tempat Papanya dirawat namun, seketika mata nya terararah satu orang,dia...Divo! Mantan kekasih Ara,kalau sampai kak Fiko tau bahwa yang namanya Divo itu telah melukai Ara,Fiko pasti akan marah besar.Karna pada saaat itu Fiko tak dapat menemui Divo karna Fiko langsung pergi ke luar negeri untuk bersekolah.

Ara memalingkan mukanya dari orang itu,dan berjalan di belakang mama nya tapi,matanya ini lah yang tak mau lepas untuk melihat dia,Ara pun meliriknya lagi,dia tengah bercanda ria dengan sekumpulan temannya,mukanya bagi Ara tak berubah masih seperti dulu dan mungkin yang sekarang berubah dari fisiknya dia bertambah putih dan rambutnya di cat pirang bagian jambulnya.

Ira pun menaiki taxi yang berada disekitar Bandara,diikuti Ara dengan Fiko.

"Keadaan papa gimana ya ma?." tanya Fiko gelisah.

"Sabar sayang,kita bentar mau kesana nanti kita liat keadaan papa semoga baik - baik saja." ucap Ira berusaha tenang.

"Pak,ke RS.Awal Bros ya pak." ucap Ira kepada supir taxi.

Dan supir taxi itu mengangguk.

✴✴✴

DENGAN langkah tergesa - gesa Ara berjalan menuju koridor Rumah Sakit,dipikirannya hanya terisi dengan tentang papa nya.Ara melirik pintu mawar 03 ini adalah ruang papanya dirawat.Ara pun langsung membuka knop pintu ruangan ini.Betapa terkejutnya Ara melihat keadaan Papanya yang sangat memprihatinkan,dengan memakai alat infus dan suatu benda yang tercantol di leher papanya,Ara pun kurang tahu nama benda itu apa dan kening papa nya yang berisi perban tak lupa dengan mesin pendeteksi jantung (EKG) yang bergerak menunjukkan garis yang berliku - liku.

"Papaa." isak Ara sambil memeluk Papanya.

Fiko pun langsung memeluk Papanya.

Ira yang melihat kejadian ini tak berhenti tangannya mengusap air matanya yang kian menetes. Lalu dia berjalan menuju Fiko dan Ara yang tengah memeluk Danang ---suami Ira. Kedua tangannya kini berda di punggung Fiko dan punggung Ara yang artinya dia juga ikutan berpeluk.

"Papa bangun pa,Ara disini.Ara kangen sama papa,papa bangun paaa." isak Ara.

"Pa,inget hari ini hari apa?." tanya Fiko disela - sela tangisnya.

"Hari ini hari ulang tahun papa!.Fiko mau ngasih kejutan ke papa,tapi papa harus bangun dulu." ucapnya.

"Happy Birthday papa!." ucap Ara dengan nada sedikit bergetar.

"Happy Birthday pa,semoga papa cepet bangun dari koma dan ngumpul bareng kita lagi." ucap Fiko disela tangisnya.

Ira tersenyum sambil meneteskan air matanya yang terus - menerus turun,tak bohong jika dia sangat merindukan suaminya itu.Dia tak bisa berkata - kata apa lagi,didalam hatinya dia selalu berdoa untuk kesembuhan suaminya itu.

Namun,Danang--papa Ara,bangun dengan tubuh kejang - kejang.Ara yang melihat itu tangisnya makin pecah dan berteriak keras memanggil dokter.Dokter pun masuk dengan langkah yang terburu - buru lalu dokter mengeluarkan alat pacu jantung dan menempelkannya di dada Danang.

Dan seketika,mata Ara membulat ketika melihat mesin EKG yang menampilkan garis lurus dan berbunyi nyaring.

Fiko,Ara tak lupa Ira --mama Ara tertunduk lemas.Ketika dokter mengatakan bahwa papanya kini telah meninggal dunia.Tangis Ara pecah dengan teriakannya menyebut sebutan papa,Fiko yang tersender lemas didinding,
Ira yang berusaha menenangkan Ara.

"PAPA!!!" tangis Ara sambil memeluk papanya erat.

"Papa bangun pa!bangun....papa jangan tinggalin Ara...papaa..."

"Dokter jahattt!!dokter nggak bisa buat papa sembuhhh."

"Saya hanya perantara tuhan saja,kematian sungguh sudah ditentukan olehnya,kamu harus bisa mengikhlaskannya." ucap Dokter itu yang juga berusaha menenangkan Ara.

"NGGAKK!!papa nggak meninggall papa masih hidup, Ara tau papa cuman lagi capek terus tidur."

"Ra,udah ra." ucap Ira yang mengelus lembut pundak anaknya itu.

"Ara nggak rela maa!!kenapa papa pergi cepat banget hari inikan ultah papa,kenapa jadi hari terkhir papa?! Ara kangen maa sama papaaa." Teriak Ara sambil menangis yang tak henti - henti.

"Kita harus bisa ikhlasin papa nak,papa udah tenang disana."

✴✴✴

Vote n comment nya guys! ✌

BENUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang