-TWENTY FIVE-

2.8K 126 5
                                    

[PART DUA PULUH LIMA]

KELAKUAN MILLY
DAN GILANG


"Ini hati tau.. Aja kalau gue kenal sama orang itu bawaannya kepo mulu."
-Ara-

***

Author

ARA pun merebahkan tubuhnya lelah, setelah bercanda tawa dengan Benua. Menceritakan Gilang kepada Benua, namun Ara sedikit merasa ada pengalihan dari Benua ketika ia menceritkan sifat lucunya Gilang kepada Benua, Ara tak memiliki kecurigaan terlalu, mungkin Benua sedang bosan tadi.

Ia pun beranjak berdiri di depan jendela kamarnya, matanya beralih ke pada rumah yang berada di depan rumahnya. Sepertinya ada warga baru di kompleks Ara tinggal. Dia melihat banyak orang untuk menurunkan barang - barang dari mobil. Ara pun bergegas keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur

"Ma, di depan ada tetangga baru ya?" tanya Ara kepada Ira yang sedang meracik masakan.

"Ya? Mama nggak tau."

"Itu didepan." ucap Ara seperti heboh dan sibuk sendiri.

Fiko yang sedang menonton tv diruang keluarga mengerutkan dahinya ketika melihat tingkah aneh Ara yang sibuk sendiri.

"Lo kenapa sih dek?"

"Itu ada tetangga baru? Baru beberapa hari om Tomi pindah udah ada yang nempatin aja." ucap Ara.

"Yaudah sih itu urusan mereka." ucap Fiko.

Ara mengerutkan dahi nya ketika mendengar Fiko berbicara seperti itu, iya juga? Untuk apa dirinya heboh - heboh sendiri. Tapi kali ini mengapa Ara sepertinya ingin mengetahui sekali?.

Dengan langkah cepat, ia kembali ke kamar nya dan bergegas ke arah jendela untuk melihat siapa warga baru itu. Mata nya menyipit ketika melihat ada seorang anak cewek sebayanya yang keluar dari mobil dan dari pintu sebelahnya keluar seorang cowok yang sepertinya sebayanya juga. Tetapi matanya tak henti - henti memerhatikan cowok tersebut ia seperti pernah melihatnya.

"Kok gue kayak pernah lihat ya? Tapi dimana?" ucapnya.

"Nggak mungkin deh, mungkin gue salah liat kali ya? kan ini udah malam jadi gelap."

Ia pun merebahkan tubuhnya diatas kasur nya itu. Tak bisa di pungkiri ia sangat kepo dengan tetangga baru depan rumah nya itu. Karna lelah serta penat ia memikirkan yang tak penting Ara pun segera memejamkan matanya. Baru sedetik ia memejamkan matanya, matanya kembali terbuka lebar ketika ada yang mengetuk pintu rumahnya. Ia pun segera duduk dan beranjak berdiri untuk melihat tamu siapa yang datang.

Ia pun berlari ke arah ruang tamu, dan melihat mamanya sedang berbincang - bincang dengan wanita sebayanya. Mata Ara beralih menatap seorang cewek yang sepertinya tadi dia lihat dari jendela kamarnya dan seorang cowok sedang mengamati rumahnya sambil duduk disebelah cewek itu.

Ara menatapnya tak percaya."Gilang?"

Bukan cowok itu saja yang melihat ke arah Ara namun, mama nya dan orang yang berada diruang itu melihat ke arahnya.

Cowok itu menautkan kedua alisnya sambil tersenyum."Ara?"

"Kalian kenal?" tanya Ira beralih menatap Ara.

Ara mengangguk."Waktu itu kita ketemu di bandara."

Ira tersenyum manis kearah Gilang."Baguslah kalau begitu."

"Oh iya nanti anakmu mau sekolah dimana jeng? " tanya Ira kepada Evi ---mama Gilang

"Rencana sih Gilang di SMA Persada jeng, kalau Milly di SMA Spitzer." ucap Evi.

Ira menaikkan satu alisnya."Loh? Kok dipisah? Kenapa Gilang nggak di SMA Spitzer juga biar satu sekolah sama Ara?"

"Itu loh jeng, Milly nggak mau satu sekolah sama Gilang karna nanti Gilang suka malakin dia katanya. Soalnya SMP mereka satu sekolah juga." ucap Evi sambil terkekeh.

Mendengar ucapan mamanya Gilang, Ara terkekeh sambil menggeleng - gelengkan kepalanya sambil menatap Gilang. Gilang yang merasa di tertawakan ia tersenyum kecut dan sinis kepada Milly. Milly yang merasa disinisi oleh Gilang ia tak terima.

"Apa sinis - sinis!" ucapnya.

"Mana ada gue sering malakin lo." ucap Gilang.

"Lo sering! Lo sering banget dulu. Sampe - sampe gue nggak jajan tau! Lo ancam - ancam lah ntar gue nggak bakalan lo anter pulang kalau gue nggak ngasih duit gue ke elo." ucap Milly lalu membuang muka.

"Buat - buat cerita is, ini ni." ucap Gilang tak mau kalah.

"Mana ada ya! Gue bilang itu F-a-k-t-a Fakta! Nggak usah ngeles deh." ucap Milly.

"Siapa bilang gue ngeles, orang gue duduk disini kok, nggak ngeles." ucap Gilang.

"Nggak ada baik - baiknya sama gue, padahal gue udah baik sama lo." ucap Milly.

"Baik apa? Coba gue mau tau? Baik iya baik ngusir temen gue dari rumah baik ya itu? Buang bola basket gue ke selokan, baik itu? Kempesin ban motor gue, baik itu? Ngerusakin PS gue baik itu sayang?" ucap Gilang.

Milly melirik Gilang sinis."Lo juga sering ganggu gue! Ngambil makanan jatah gue dikulkas, nyuri hotspot dari hp gue, nyoret - nyoret buku pelajaran gue, ganti Wallpaper hp gue jadi foto kuntil anak serem trus laptop gue lo isi file - file laknatt! Kayak video - video b--"

"Sstt, lo tu." ucap Gilang langsung menempelkan jarinya di depan mulut Milly.

"Adek durhaka tau nggak lo?" ucap Gilang kepada Milly.

"Bodo." ucap Milly membuang muka.

Evi melirik ke arah mereka berdua lalu menggeleng - gelengkan kepalanya heran melihat tingkah laku anak - anaknya itu.

"Gini ni kerjaannya berantemm terus, nggak pernah akur. Yang satu nggak mau ngalah yang satu cerewetnya nggak ketulungan." ucap Evi sambil terkekeh.

"Samalah jeng, Ara sama Fiko juga kadang gitu cuman Fiko aja yang kadang ngalah sama tingkahnya Ara." ucap Ira.

Evi terkekeh sebentar."Namanya juga anak - anak jeng." sambil menepuk pelan pundak Ira.

"Iya jeng, oh iya jadi kalian bener - bener menetap disini? Atau bakalan pindah lagi?" tanya Ira.

"Kayaknya sih menetap jeng." ucap Evi.

"Oh syukur lah kan gini enak, bisa tetanggaan."

"Iya jeng."

✴✴✴

Jhahah garing, gaje, ambyar:v
Iya tau kok:') heheh
Next part 26!

BENUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang