Prolog.

8K 552 37
                                    

     Sasori berjalan gontai memasuki rumahnya, ia masih teringat dengan kejadian tadi, kejadian dimana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri istrinya tengah bercumbu dengan pria lain ditempat umum.

Sasori menghembuskan napas kasar
perasaannya campur aduk antara kecewa, cemburu, marah, kesal, terluka, dan lain lain. "Shit," Sasori mengumpat kesal.

"Baru pulang?" terdengar suara wanita membuyarkan pikiran Sasori yang tengah berkecamuk.

Sasori menoleh dan mendapati orang yang sangat ia cintai berdiri didepannya, orang yang telah hidup bersamanya beberapa tahun ini, orang yang selalu membuatnya nyaman didekatnya, dan orang yang telah memporak porandakan hatinya.
"Hn," sahut Sasori bergumam tak jelas.

Terlihat wanita cantik bersurai pirang itu memutar bola matanya malas.
"Ada apa denganmu? kenapa kau terlihat menyedihkan seperti itu?"

Sasori menghembuskan napas kasar, menatap tepat dimanik sapphire istrinya.
"Daijoubo desu," sahut Sasori berusaha menutupi kekesalannya.

"Benarkah?" tanya wanita itu tak yakin, "apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanyanya sarkas.

Sasori mengeraskan rahangnya, emosinya tersulut ia kembali teringat kejadian beberapa jam yang lalu ia saksikan,
"Bukan aku yang menyembunyikan sesuatu," desis Sasori penuh emosi, "tetapi kau yang telah menyembunyikan sesuatu dariku." Kecam Sasori penuh penekanan.

Wanita itu refleks mundur beberapa langkah "A-a—apa maksudmu Sasori?" tanya wanita itu tergagap karena ketakutan dengan aura yang menguar dari suaminya.

Sasori berjalan maju, iris hazelnya menatap tajam tepat dimanik sapphire istrinya.
"Seharusnya aku yang bertanya, apa maksudmu Deidara?" Desis Sasori tajam.

Wanita yang bernama Deidara itu terus melangkah mundur menghindari suaminya.
"Aa–a–pa maksudmu Sasori? aku tak mengerti," cicit Deidara semakin ngeri melihat ekspresi suaminya.

Sasori mendecih. "Cihh... kau pikir aku tak tahu," Sasori terus berjalan maju.

Deidara terus melangkah mundur dan tak menyadari kakinya yang melangkah mundur membuatnya semakin dekat ke dinding.

Duukk...

Deidara membentur dinding dibelakangnya cukup keras, Sasori langsung mengurung Deidara dengan kedua tangannya berada di kedua sisi Deidara, Deidara pasrah tak bisa berkutik atau menghindar lagi, ia hanya bisa menunduk menghindari tatapan tajam suaminya.

Sasori mendengus melihat Deidara menunduk tak mau bertatap muka dengannya. "Tatap aku!" Perintah Sasori dingin.

Deidara bergeming, ia tetap menunduk tak berniat mengangkat kepalanya untuk menatap suaminya.

Sasori semakin geram dibuatnya, ia segera mengangkat dagu istrinya cukup kasar.
"Apa yang kau lakukan dicafe tadi siang?" tanya Sasori dingin.

Deidara tersentak mendengar pertanyaannya suaminya, matanya terbelalak saking kagetnya.
"Aa–a–apa maksudmu?" tanya Deidara tergagap.

"Jangan berbelit-belit, cepat katakan apa yang kau lakukan disana?" Sasori menggeram mencoba menahan emosinya yang ingin meledak.

"A–a—aku" Deidara kembali menunduk tak berani melanjutkan perkataannya.

Sasori mengepalkan tangannya kuat.
"Siapa pria itu? ada hubungan apa kau dengannya?" Tanya Sasori mati-matian berusaha menahan emosinya.

"Go–men," lirih Deidara.

"Katakan!" Bentak Sasori kesal.

"Di–di–a ke—kasihku." Cicit Deidara dengan volume sangat kecil.

Dad, I Want To Have A Mother. (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang