"Sebuah kesalahan ada untuk diperbaiki, bukan hanya untuk disesali."
-ME AFTER YOU-
"Mbak DM, tolong bantuin saya!"
Semula aku yang sudah merebahkan tubuh di kursi ruang co-ass terlonjak kaget ketika perawat tiba-tiba masuk, aku berdiri seketika. Rasa kantuk yang merayap di kepala langsung buyar.
"Ada apa, Kak?" tanyaku sembari menata jilbab.
"Minta tolong bantuin nebul pasien kamar A, perawat yang lain ngatasin pasien OB, banyak," katanya.
"Oke, Kak," aku langsung keluar mengikuti langkah Kak Mega, perawat bangsal yang menjadi staseku selama satu bulan ke depan.
Malam ini adalah malam ke-duaku jaga di bangsal ini, aku seorang dokter muda atau bisa disebut co-ass yang mengambil pendidikan profesi dokter. Sejak sore tadi memang banyak pasien baru, meskipun sudah dibantu tiga perawat dan satu dokter, kami kewalahan. Menjelang pukul 4 pagi, bangsal terlihat sepi, aku berniat merebahkan tubuh di ruang co-ass karena merasakan kantuk yang tak tertahankan. Namun, sehabis subuh pasien baru membludak lagi.
"Kamu lihat Dokter Juan, nggak?" tanyanya saat kami berjalan menuju gudang bangsal untuk mengambil alat nebulizer atau biasa awam menyebut alat untuk uap pernapasan.
"Terakhir saya lihat waktu RJP pasien kamar J-5. Setelah itu saya nggak tahu. Emangnya nggak ada di ruang dokter, Kak?"
"Aneh, ih, dokter itu. Nggak dibutuhin aja muncul, waktu dibutuhin gini ngilang. Udah kayak hantu itu dokter," oceh Kak Mega.
Aku hanya tersenyum menanggapi ocehannya. Dokter Juan memang seperti itu, dia residen yang nggak bisa ditebak pikirannya. Ya, aku akui memang dia bikin penasaran. Cuek dan datar. Jika ada award untuk menganugerahi residen dengan wajah es kutub, mungkin dia akan mendapatkannya. Bicaranya itu irit kayak orang tidak punya duit, tetapi, dia lumayan kompeten di action-nya. Malam ini aja enam pasien apnoe berhasil dia tangani, meski ada yang meningga satu. Tetapi, Dokter Juan menurutku lumayan keren waktu tindakan.
Astaghfirullahaladzim... ngapain juga aku mikirin dokter aneh itu? Unfaedah banget.
Kami memasuki gudang, aku langsung mengambil alat nebul begitu juga dengan Kak Mega, kami membawa masing-masing dua alat nebul karena memang pasien yang akan di uap tidak hanya satu.
Kami dikejutkan dengan makhluk es kutub itu yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu gudang. Sontak aku dan Kak Mega takbir berjamaah. "Allahu Akbar!"
Dokter Juan masih berdiri, tanpa ekspresi. Datar dan... sedikit horor?
"Ngangetin aja, Dok," ujar Kak Mega.
"Kamu." Matanya mengarah ke aku, langsung membuatku menahan napas, "Ikut saya rawat luka, sekarang!" perintahnya.
"Dokter Aisyah mau bantu saya nebul, Dok, di kamar A," kata Kak Mega, aku langsung mengembuskan napas kencang sampai membuat Dokter Juan melirikku sejenak.
"Sehabis nebul, kan, bisa ditinggal. Saya tunggu di kamar M bed 3, lima menit dari sekarang. Jangan telat, saya tidak suka bekerja dengan orang yang lelet," katanya sembari membalikkan badan untuk pergi.
Aku menelan ludah dengan kuat-kuat, lalu menatap Kak Mega yang sudah memonyongkan bibirnya mungkin karena saking jengkelnya dia sama dokter kutub itu.
"Heran aku , kok, ada ya dokter kayak dia. Horor banget," kata Kak Mega ngedumel sambil beranjak pergi dari tempatnya. Meski, rasanya menegangkan, aku mencoba untuk tenang. Aku mengikuti Kak Mega untuk melakukan nebul pada pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DSS 2] ME AFTER YOU : 1 AMIN 2 IMAN
EspiritualAisyah, dokter muda yang selalu membuat drama dengan residen killernya itu merasa beruntung bertemu dengan Aryan, pemuda konyol yang gemar memakai jeans robek. Masa pendidikan co-ass yang semula menyeramkan itu berubah menjadi menyenangkan saat pemu...