Allah memberimu rasa kecewa agar kamu paham bahwa hidup itu tak selalu di atas angin. Adakalanya kamu berada di dasar bumi agar kamu tahu berharap selain kepada-Nya itu menyakitkan.
***
Ada sebuah pesan masuk ke ponselku. Aku beranjak dari kasur dan meraihnya di meja belajar. Sebuah pesan dari Aryan, tempo hari kami sempat bertukar nomer telepon. Dia beralasan ingin memantau langsung kondisi adiknya melaluiku. Aku tahu itu cuman modus, dasar!
From : Bau Ketek
Ay.
Aku mengetik balasan.
To: Bau Ketek
Ay, Ay, Ayam?
Send!
Satu menit kemudian, notifikasi pesan basalan terdengar.
From : Bau Ketek
Ayang.
Membaca itu rasanya geli, enak aja panggil-panggil sayang. Aku pun membalasnya,
To: Bau Ketek
Jijik Aryan!
Tidak lama dari itu, dia membalas.
From: Bau Ketek
Syah, kamu bisa shalawat?
Aku mengetik balasan, mengatakan bisa. Kemudian dia membalas kembali.
From : Bau Ketek
Ajarin aku, mau?
"Mengajarinya?"
Aku mengerutkan kening, menatap pesan Aryan dengan keheranan. Ngapain juga mau diajarin? Memangnya dia tidak bisa shalawat? Belum sempat aku membalas pesannya, satu pesan masuk lagi.
From : Bau Ketek
Syah, aku otw rumah kamu."Innalilahi!" Aku langsung loncat dari kursi meja belajarku. Hampir terjungkal karena saking kagetnya. Ngapain ke rumah segala?
To : Bau Ketek
Jangaaaan, ngapain sih?Sumpah, sinting, nih, manusia. Bisa-bisa Abah nelan dia idup-idup kalo sampai datang malam-malam gini. Bukan cuma dia yang bakal kena damprat Abah, aku juga bakalan ditausyihi tujuh hari tujuh malam. Aku kelimpungan, berjalan ke sana-kemari, menatap layar ponsel dengan was-was. Kenapa dia balasnya lama? Jangan-jangan dia udah perjalanan ke rumah.
Aku langsung lari keluar kamar, mencari keberadaan Abah.
Allahuakbar! Abah lagi di ruang TV, sedang asyik menonton acara TV sama Umi. Habislah aku, pasti habislah aku malam ini. Aku kembali menatap layar ponsel, masih tidak ada notifikasi pesan dari Aryan. Aku semakin gelisah, rasanya pengen nangis. Aryan, kamu gila!
Aku masuk lagi ke dalam kamar, menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya. Kemudian kembali mengutak-atik ponsel. Terpaksa aku harus menelponnya. Mencegahnya untuk datang ke rumah.
Deringannya lama sekali, sampai akhirnya suara bass-nya terdengar.
"Halo? Dengan siapa dari mana? Passwordnya jangan lupa."
Aku sedikit terbengong. Maksudnya apa? Aku nggak salah sambung, kan? Aku menarik ponsel dari telingaku dan memastikan kontak dengan nama 'Bau Ketek' yang benar aku panggil.
Ih, benar, kok.
Aku kembali menempelkan ponsel ke daun telingaku. "Aryan!"
"Iya, dengan Mbak siapa dan dari mana? Password-nya ditunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[DSS 2] ME AFTER YOU : 1 AMIN 2 IMAN
SpiritualeAisyah, dokter muda yang selalu membuat drama dengan residen killernya itu merasa beruntung bertemu dengan Aryan, pemuda konyol yang gemar memakai jeans robek. Masa pendidikan co-ass yang semula menyeramkan itu berubah menjadi menyenangkan saat pemu...