22. Broke Up

1.4K 143 12
                                    

Jeongyeon tengah duduk di sebuah ayunan yang ada di taman belakang cafe. Untung saja waktu itu cafe sedang sepi. Matanya menatap kosong kotak pasir mainan anak-anak yang berada di hadapannya.

 Matanya menatap kosong kotak pasir mainan anak-anak yang berada di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa ia sadari, Tao sudah berada dibelakangnya.

"Jeongyeon..." Panggil Tao.

Jeongyeon diam walaupun sebenarnya ia mendengar panggilan Tao. Ia berusaha untuk mengabaikannya.

"Yeon..." Panggil Tao lagi.

"Hm?" Gumam Jeongyeon malas.

"Kau tidak marah padaku kan?" Tanya Tao.

Menurutmu?! Batin Jeongyeon geram.

"Tidak." Jawab Jeongyeon.

Kau tentu berbohong. Batin Tao.

 Batin Tao

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf. Aku benar-benar minta maaf." Ucap Tao.

"Pergi.." Gumam Jeongyeon.

"Hm?" Tao benar-benar tak mendengar perkataan Jeongyeon barusan.

"Kubilang pergi!" Seru Jeongyeon.

Tao memutari ayunan tersebut. Setelah itu, ia berlutut di hadapan Jeongyeon. Ia menggenggam tangan perempuan itu, tetapi gadisnya itu malah menepisnya.

Jeongyeon menunduk. "Kubilang pergi!" Suara nya bergetar.

"Kumohon jangan seperti ini."

"Kenapa-" Suara Jeongyeon tercekat. "Kenapa kau tak menceritakan hal itu padaku?" Ia menatap Tao dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Hati Tao sakit. Seperti diiris pisau. Ia tak bisa melihat Jeongyeon menangis. Apalagi karena dirinya.

"Apa kau tidak menganggapku? Apa kau tidak peduli padaku? Apa kau tidak memikirkan bagaimana diriku ketika kau pergi?! Hah! Sekarang aku benar-benar berpikir bahwa sepertinya aku itu tidak penting untukmu. Kalau kau mau pergi begitu, pergi saja! Jangan pedulikan aku!" Ucap Jeongyeon dengan ketus.

 Kalau kau mau pergi begitu, pergi saja! Jangan pedulikan aku!" Ucap Jeongyeon dengan ketus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba Tao memeluk Jeongyeon.

"Lepas!" Jeongyeon berontak berusaha melepaskan diri walau jauh di lubuk hatinya, ia menginginkan ini.

"Maaf, Yeon! Maaf!" Ucapan Tao yang tulus mampu membuat amarah Jeongyeon sedikit mereda.

"Pergi saja kau! Enyah dari pandanganku! Tega sekali kau tidak membicarakan hal itu denganku! Sama sekali tidak memikirkan perasaanku!" Jeongyeon sedikit meradang.

"Aku sangat bingung hingga aku tidak sanggup mengatakannya kepada mu ataupun memikirkan bagaimana perasaanmu nanti, bagaimana marahnya dirimu ketika kau tahu bahwa aku akan pergi jauh dari sisimu. Aku juga terkejut akan semua ini. Kumohon, maafkan aku. Jeongyeon, mengertilah.."

Jeongyeon tak kuat lagi menahan tangis. Ia pun terisak hebat.

"Menangislah. Menangislah dipelukanku. Mungkin ini terakhir kalinya kau bisa bersandar padaku ketika kau sedih." Kata-kata Tao itu justru membuat Jeongyeon semakin hancur.

"Jangan pergi. Kumohon." Ucap Jeongyeon dengan lemah.

"Maaf, Yeon. Seandainya bisa, aku lebih memilih tinggal. Namun, sayangnya aku tidak bisa membangkang permintaan Mama dan Kakek." Tao mengeratkan pelukannya.

"Jangan pergi." Tangisan Jeongyeon semakin menjadi.

"Maaf.."

Beberapa waktu kemudian, Jeongyeon mulai tenang.

"Jadi, hubungan kita berakhir sampai di sini?" Tanya Jeongyeon.

"Kau pernah bilang, kau tidak ingin menjalani hubungan jarak jauh bukan?" Tanya Tao memastikan.

Kini, Jeongyeon menyesali omongan yang pernah ia katakan itu.

"Iya. Tapi-"

"It's okay. Sepertinya hubungan kita memang harus berakhir di sini."

Jeongyeon terdiam. Kemudian menatap Tao.

"Walaupun kita sudah putus, aku harap pertemanan kita tidak akan pernah putus."

"Tentu!" Tao mengangguk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tentu!" Tao mengangguk.

"Hei! Tersenyumlah!" Hibur Tao.

Jeongyeon terkekeh karena tingkah lucu dari Tao

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongyeon terkekeh karena tingkah lucu dari Tao. Walau begitu, hatinya justru lebih sakit daripada sebelumnya.

"Ya! Singkirkan muka itu! Sangat menjijikkan!" Gerutu Jeongyeon.

"Tersenyumlah Jeongyeon sayang." Tao melakukan tingkah imut lagi.

"Ya!" Raut wajah Jeongyeon berubah datar, tetapi sesaat kemudian ia tertawa.

Karena melihat Jeongyeon akhirnya tertawa, Tao pun melakukan aegyo yang lebih imut dari sebelumnya.

"Hentikan!" Jeongyeon tertawa geli melihat sikap Tao.

Untunglah, setidaknya aku masih bisa membuatmu tertawa. Batin Tao.

Aku benci kau menghiburku di saat-saat seperti ini. Karena kenangan ini akan selamanya membekas. Batin Jeongyeon.


[TBC]



Twister | EXOTWICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang